Dinginnya malam terasa menusuk kulit Taehyung. Ia memakai pakaian tebal, memakai celana panjang, serta memakai kaus kaki dan selimut, namun tetap saja terasa ding—tunggu. Selimut. Kemana selimut yang dipakainya?
Taehyung setengah sadar membuka mata. Selimutnya dipakai oleh Jungkook, yang tidur dengan posisi menyamping masih membelakanginya.
Tak apa. Taehyung masih bisa menahan rasa dingin dan tak mungkin mati kedinginan hanya karena tidur tanpa selimut. Ia mengambil ponselnya, mengecek jam.
Pukul dua lebih dua puluh dua menit. Masih tersisa sekitar tiga jam lagi untuk tidur. Suasana di luar sunyi sepi, hanya terdengar deru angina malam yang menggebu.
Pandangan Taehyung tertuju pada termos berisi teh panas di atas lemari. Teh yang disediakan di setiap kamar, beserta lima saset gula dan dua gelas. Meminum teh hangat boleh juga.
Taehyung menuangkan teh ke dalam gelas. Tak sampai penuh, hanya setengahnya. Masih hangat. Ia menggesekkan telapak tangannya pada permukaan gelas. Untuk menjalarkan kehangatan pada tubuhnya. Baru menyesap sedikit, atensi Taehyung teralihkan pada gumaman seseorang.
"Tidak ... jangan ...."
Seketika itu juga Taehyung menoleh. Ia terdiam mengamati Jungkook yang tidur meringkuk. Ekspresi Jungkook ... sukar dijelaskan. Sedih? Ketakutan? Atau cemas? Taehyung tak tahu pasti.
Apakah Jungkook bermimpi buruk?
"Kook, Jungkook." Dengan pelan Taehyung menepuk lengan atas Jungkook.
"Jangan ...."
"Jungkook, bangun." Kali ini tepukan Taehyung lebih kencang, namun Jungkook tak juga terbangun dari tidurnya.
Bagaimana ini? Taehyung tak bisa membiarkan Jungkook tampak ketakutan begitu.
Akhirnya ia menempelkan gelas teh hangat ke pipi kiri Jungkook, sembari memanggil namanya. "Jungkook. Sadarlah."
Bola mata Jungkook terbuka. Taehyung mengangkat gelas dari pipi Jungkook, lalu menaruhnya di kursi. Ia duduk di lantai, mengamati Jungkook yang kini menatapnya dengan tatapan kosong.
Jungkook mengerjap. Seperti diambang ketidaksadaran. "Hyung ...?"
"Ya? Lo baik-baik aja Kook?" tanya Taehyung khawatir.
Jungkook beberapa kali mengerjapkan kelopak matanya. "Kayaknya gue mimpi buruk," jawab Jungkook, tertawa hambar.
Jawaban yang mencoba untuk meyakinkan Taehyung bahwa ia baik-baik saja. Mimpi buruk yang kebetulan menghampirinya. Hanya kebetulan—yang sempat dipertanyakan oleh Taehyung dalam hati apakah mimpi buruk yang Jungkook alami sering muncul atau memang kebetulan sekali ini saja.
"Mau gue buatin teh anget?"
"Gak usah Hyung."
"Teh panas?"
"Gak."
"Air mineral?"
"Gak juga."
"Kopi?"
Ekspresi kesal tampak dengan jelas di wajah Jungkook. "Dari mana lo dapet kopi malem-malem gini?"
"Dari mimpi."
"Tsk."
Taehyung terkekeh pelan. Ia lebih suka melihat Jungkook kesal dibandingkan dengan ekspresinya ketika bermimpi buruk tadi. Beranjak dari lantai, ia kembali ke bagian kasurnya. "Waktu tidur masih lama. Tidur lagi?"
"Hmm."
Selimut yang membelit tubuh Jungkook diambilnya. Jungkook membalikkan posisi tidur, menghadap Taehyung. Taehyung menyelimuti tubuh keduanya dengan selimut lalu membaringkan tubuhnya dengan posisi menghadap Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klinik Mantan [✔]
Fanfiction[KOOKV - completed] Karena ulahnya sendiri, Taehyung harus menghadapi mantan (re; lebih dari belasan mantan) seorang Jeon Jungkook. ----- 214 in fanfiction [03/08/17] WARNING: homo, yaoi, shonen-ai, bahasa baku + non-baku note: some chapters are pri...