Chapter 24

4.2K 683 92
                                    

Sudah lebih dari tiga hari sejak di festival Jungkook tak menghubunginya sama sekali. Walaupun tak bisa bertemu, biasanya Jungkook tetap mengiriminya pesan di line. Kali ini tidak sama sekali. Berkali-kali Taehyung mengecek ponsel, berkali-kali ia menatap layar ponselnya hanya untuk menunggu chat dari Jungkook.

Tapi percuma. Jungkook tak kunjung menghubunginya.

Suara dosen di depan kelas yang cukup nyaring mengembalikan fokus Taehyung. Ia sampai lupa sekarang ini ia masih di kelas. Seharusnya ia tak memikirkan Jungkook; seharusnya lebih memikirkan kuliah yang hampir mencapai akhir semester.

Taehyung menggeleng pelan. Dalam hati ia menyangkal. Ia memikirkan Jungkook karena perkuliahan di sore hari sulit untuk berkonsentrasi. Ya, begitu.

Satu jam kemudian perkuliahan selesai. Namun Taehyung sama sekali tak beranjak dari bangkunya. Ia ingin sendiri—memikirkan sebuah keputusan. Keputusan yang berkali-kali ia pikirkan. Berkali-kali ia urungkan karena ... entahlah.

Teman sekelasnya telah pulang semua. Seperti yang Taehyung inginkan, ia sendirian di kelas. Ketika ia mendengar nada pesan masuk di line, dengan malas ia membuka ponselnya.

Babe

Hyung
Gue mau ketemu

Kemana aja lo Kook?
Sama sekali gk ngasih gw kabar

Gue sibuk
Lo dimana?

Taehyung tertawa miris. Jawaban Jungkook tak seperti biasanya. Terlalu singkat, seakan Taehyung ini orang yang baru dikenalnya.

Juga ... lebih dari dua hari tak menghubungi, alasan Jungkook hanya sibuk? Sungguh? Sama sekali tak masuk akal. Dan sekarang, Jungkook menanyakan keberadaannya? Untuk apa? Semudah itukah bagi Jungkook menghilang tanpa kabar, lalu muncul kembali dan memintanya bertemu?

Gw masih di kelas
Napa?

Gue mau ngomong

Harus ngomong langsung?
Gk bisa lewat chat gitu?

Soalnya
Gue ga mau bahas ini lewat chatting

Oh
Ok
Lo tinggal ke kls gw

Jungkook hanya membaca pesan darinya. Satu menit, hingga tiga menit, Jungkook tak juga membalas. Taehyung mengambil napas dalam-dalam, mengeluarkannya perlahan. Perasaannya yang semula memang tak baik saat ini kian tak menentu—antara marah, gusar, kecewa, sedih. Seakan ... ia merasakan firasat buruk.

Menenangkan diri, Taehyung mengembuskan napas panjang. Ia menempelkan dagunya pada tangannya di atas meja, menelungkupkan diri. Orang yang mungkin melewati kelas dan melihat bisa saja mengira ia sedang kelelahan dan tertidur. Padahal pada kenyataannya, perasaannya sedang kacau.

Taehyung dari awal tahu, ia harus menghadapi banyak resiko ketika menjadi pacar pura-pura seorang Jeon Jungkook.

Taehyung juga tahu, ia harus menghadapi lebih banyak lagi resiko saat menjadi pacar resminya.

Salah satunya, resiko paling berat yang harus ia hadapi—patah hati.

Haruskah ... ia yang lebih dulu memutuskan hubungan mereka? Sebelum Jungkook mengatakan bosan berhubungan dengannya?

Sampai sekarang pun Jungkook tak pernah menceritakan secara rinci mengenai dirinya. Jungkook selalu menghindari topik sensitif mengenai kehidupannya. Dan pada akhirnya, Taehyung hanya bisa mengabaikan hal itu dan beralih membahas hal lain.

Klinik Mantan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang