"Iyaaa. Bentaaarrr!"
Jungkook telah menunggu Taehyung di depan kosannya. Taehyung yang sedari tadi tidur-tiduran sehabis mandi sore kini merapikan rambutnya, menata supaya rapi. Penampilannya? Sederhana. Ia memakai kaos hitam—dan jaket hitam sebagai luarannya. Bawahannya celana hitam juga. Lagipula pakaian kotornya masih menumpuk jadi ia menggunakan yang ada dan bisa layak pakai.
Ketika Taehyung membuka pintu kosan, ia disambut dengan senyuman Jungkook. Pemuda itu duduk di jok motornya. Penampilan Jungkook? Kelewat keren. Modis banget. Jaket yang dipakenya aja jaket denim. Bisa dipastikan kaos, celana, sepatu, semua yang dipakai Jungkook bermerk. Taehyung yang penampilannya casual jadi minder jalan bareng Jungkook.
Jungkook menyadari ekspresi aneh yang ditampakkan Taehyung. "Kenapa? Ada yang ketinggalan?"
"Nggak juga. Tadi cuma nyadar kalo penampilan l—" Taehyung menghentikan perkataannya. Apa sekarang juga ia harus menggunakan aku-kamu? Kenapa kaku sekali di lidahnya. Kenapa ia sulit sekali membiasakan diri mengatakannya.
"Hm?"
Masa bodo lah.
"—penampilan gue sama lo beda banget. Jadi minder."
Taehyung tetap berdiri di depan gerbang kosan, tak beranjak sedikitpun. Jungkook memperhatikan Taehyung dari ujung rambut hingga ujung kaki. Menurutnya tak ada yang berbeda dari penampilan Taehyung.
"Beda apanya?"
"Lo gak ngerasa gue kelewat simpel?"
"Gak ada bedanya. Tetep imut, tetep manis."
Imut? Manis? Kenapa itu malah terdengar seperti gombalan? Tapi kenapa Jungkook mengatakannya dengan wajah serius? Taehyung jadi bingung Jungkook memang mengatakan hal yang sebenarnya atau gombalan semata.
"Ish. Beneran?"
Jungkook mengangguk. "Yang penting nyaman dipake."
Taehyung tersenyum simpul. Ia memang lebih suka memakai pakaian simpel tapi nyaman dipakai. Lagipula ia tidak mempunyai penghasilan tetap untuk membeli barang-barang mewah atau bermerk. Paling kakaknya mengirimkan uang mingguan yang cukup untuk menjalani hidupnya.
"Kenapa masih diem di sana? Ayo."
Taehyung melangkah menghampiri Jungkook. Bukannya langsung naik ke motor, ia malah berdiri di samping motor, menepuk pundaknya. "Kook."
"Hm? Apa lagi?"
Bilang tidak ya? Daripada mengganjal di hati mending bilang saja.
Dengan suara pelan—terdengar seperti gumaman—Taehyung berujar, "Gue beneran gak kebiasa ngomong pake aku-kamu."
Kalau chatting Taehyung masih bisa berpikir sejenak untuk mengetikkan balasan. Reaksi yang ditampakkan olehnya juga tidak terlihat. Beda dengan interaksi langsung. Jatuhnya malah kaku, aneh, dan bisa jadi malu-maluin.
"Gapapa. Daripada gue maksa lo, jadinya malah gak nyaman." Sungguh, tanggapan Jungkook diluar dugaan Taehyung. "Tapi—"
"Ada tapinya?"
Salah satu sudut bibir Jungkook terangkat ke atas, menampakkan seulas seringai. "Tapi gue bebas nyium lo Hyung. Gimana?"
Taehyung mengalihkan pandangannya dari Jungkook. Ia mem-pout-kan bibirnya, bergumam pelan. "Dasar mesum."
"Manyun gitu jadinya malah pen gue cium."
Nah kan. Mesumnya Jungkook kumat. Taehyung memukul dengan pukulan ringan lengan atas Jungkook lalu—
KAMU SEDANG MEMBACA
Klinik Mantan [✔]
Fanfiction[KOOKV - completed] Karena ulahnya sendiri, Taehyung harus menghadapi mantan (re; lebih dari belasan mantan) seorang Jeon Jungkook. ----- 214 in fanfiction [03/08/17] WARNING: homo, yaoi, shonen-ai, bahasa baku + non-baku note: some chapters are pri...