Chapter 32 - end

8.7K 742 93
                                    

"Hyung. Maaf ya. Baru bangun tidur." 

Taehyung menampakkan cengirannya. Rambutnya masih acak-acakan dan kelopak matanya belum sepenuhnya terbuka. Ia mengerjap beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.

"Gapapa. Santai aja. Harusnya gue yang minta maaf tadi malam batal ke sini."

Seokjin tadi malam membatalkan janjinya untuk berkunjung menemui Taehyung, karena ada keperluan mendadak. Untung saja batal. Karena semalam Taehyung di kosan Jungkook hingga jam sepuluhan—ketiduran, dan langsung pulang ke kosannya mengingat Seokjin pasti mengkhawatirkannya.

"Hmm."

Taehyung membuka gembok gerbang. Seokjin langsung masuk ke dalam kosan. Ia sudah biasa berkunjung ke kosan Taehyung. Bahkan beberapa kali masak di dapur sini, sekaligus membuat makanan untuk penghuni kamar lain. Sekarang pun tangannya menjinjing sebuah kresek berisi sayuran.

"Gue masak dulu." Seokjin mengangkat kresek di tangannya, dibalas Taehyung dengan anggukan. Sudah jam setengah sebelas begini Taehyung belum sarapan.

"Perlu gue bantu gak Hyung?"

"Gak usah. Mending mandi terus beresin kamar lo aja sambil nunggu gue selesai masak."

Taehyung menampakkan cengiran lebar. Seokjin tahu sekarang ini hampir tengah hari tapi Taehyung belum sempat membereskan kamarnya, baru bangun tidur begitu.

"Hehehe oke. Masak yang enak ya!"

Tak diragukan lagi masakan yang dibuat Seokjin selalu enak. Dari dulu Seokjin terbiasa untuk memasak makanan sendiri, dari tutorial keluarga, buku, hingga internet. Jika ia tak menjadi psikolog pilihan karir lain untuknya adalah chef atau mendirikan sebuah restoran. Namun ia sudah nyaman dengan yang ia jalani sekarang.

Setengah jam lebih Seokjin berkutat di dapur, makanan yang dibuat olehnya hampir selesai. Ia menghidangkannya di meja makan. Sengaja ia membuat porsi banyak, untuk berbagi dengan yang lain.

"Taetae, ayo makan."

Taehyung yang telah membersihkan kamar dan dirinya langsung menuju dapur. Ia memanggil teman sekosnya untuk makan juga. Makan bersama sembari menonton televisi di ruang tengah.

Sekitar dua puluh menit mereka habiskan untuk makan, semuanya kembali ke kamar masing-masing. Seperti biasa, Seokjin bertanya tentang keadaan Taehyung. Jika orang lain atau temannya yang melihat ekspresi maupun gestur Taehyung, terlihat baik-baik saja. Berbeda dengan Seokjin, ia merasa ada yang janggal. Sepertinya Taehyung memikirkan banyak hal.

Awalnya Seokjin mengira Taehyung kelelahan karena beban UAS. Tapi setelah diperhatikan lebih detail, Taehyung terkadang tak menangkap apa yang dikatakan olehnya. Seakan ia ingin menanyakan atau mengatakan sesuatu padanya, tapi diurungkan.

Keduanya kini terbaring di kasur, saling terbentang menatap langit-langit kamar.

"Kalo ada yang mengganjal di pikiran, bilang aja Tae. Mungkin hyung bisa bantu."

"Hyung."

Taehyung menoleh sekilas ke sampingnya, melirik Seokjin lalu menghela napas. Ia bingung untuk menceritakan dari mana dulu.

"Misalkan Umma atau Appa masih ada ..." Seokjin tak langsung menanggapi. Ia tahu Taehyung belum selesai menyampaikan perkataannya. "Mereka bahagia gak ngeliat gue kayak gini? Kadang gue mikir, apa yang gue lakuin ini bisa ngebuat mereka bangga?"

Seokjin mendekatkan dirinya dengan Taehyung, mendekapnya. Taehyung membutuhkan sandaran, membutuhkan seseorang kakak yang lebih dewasa di sampingnya.

Klinik Mantan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang