Part 17

5 0 0
                                    

"Bagaimana kabar Queen?" tanya Xavier yang dengan tenang duduk di mejanya.

"Beberapa hari psikiater datang ke mansion tuan Greyson, sepertinya nona muda mengalami depresi berat" kata orang suruhan Xavier.

Xavier menyunggingkan bibirnya, "Dasar wanita lemah" kata Xavier menyeringai, "Aku akan menemui wanita itu lagi" ucapnya menyeringai.

"Tuan... Sebaiknya jangan, saya khawatir jika tuan Greyson akan melakukan sesuatu pada tuan" kata pelayan itu mencegah.

"Queen tak akan pernah mengatakan hal apapun pada kakeknya, sedikit peringatan akan menutup mulutnya selamanya" katanya menyeringai, "Dimana Queen sekarang?" tanya Xavier lagi.

"Paris"

Orang yang ada di depan Xavier hanya menatap tuannya takut, dalam hati ia khawatir pada Nora, tapi ia sama sekali tak bisa melakukan hal apapun.
***

"Bagaimana dengan mata-mata itu?" tanya Nora yang sedang menikmati makannya didalam kamar.

"Sepertinya dia akan melaporkan pada tuan Xavier" kata pengawal Nora. Nora menyeringai, "Kenapa nona melakukan hal itu, seharusnya nona menghajarnya saat dia melakukan pelecehan terhadap nona" kata orang itu lagi.

"Apa yang akan dipikirkan semua orang bila Queen menghajar Xavier?" tanya Nora menatap pengawalnya, hanya dia yang mengetahui siapa sebenarnya Nora. Hanya dia dan Greyson yang tau siapa sebenarnya Nora.

"Bagaimana jika tuan Xavier akan melakukan hal itu pada nona?" tanya pengawal itu lagi.

"Cukup Yura... Xavier tak akan semudah itu menyentuhku" kata Nora tajam, ia meletakkan pisau dan garpunya di atas meja, "Siapkan pesawat, kita harus ke Paris" kata Nora dingin, orang yang dipanggil Yura pun akhirnya pergi dari kamar Nora.

Yura sedikit melirik ke arah Nora, ia tahu kalau Nora menyembunyikan ketakutannya.

Beberapa jam menunggu akhirnya Nora kembali ke Paris, jet pribadi selalu siap untuk kapan saja. Dengan cepat Nora melangkahkan kakinya menuju motor yang terparkir di depan bandara.

Nora mengemudi motor hitamnya di jalanan kota Paris dengan kecepatan sedang, matanya menatap tajam ke arah jalanan. Tiba tiba ia merasakan pening di kepalanya, jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.

Deru nafasnya terpacu, rasa panik tiba-tiba muncul. Tak ingin membuat resiko yang besar, Nora pun menghentikan motornya saat itu juga. Nora turun dan langsung melepaskan helmnya kasar. Tangannya gemetar, ia meraba saku jaketnya mencari obat penenang yang selalu ia bawa. Rasa panik membuatnya hilang akal, ia mengambil beberapa butir dan langsung menelannya.

Nora mengepalkan tangannya seraya mengatur deru nafasnya, ia harus mengendalikan dirinya untuk tidak panik. Telinganya berdengung, dia mendengar suara. Nora menutup matanya, deru nafasnya semakin menjadi. Tubuhnya gemetar ketakutan.

Jangan ganggu aku, ia terus menggumamkan kalimat itu terus menerus. Air matanya menetes, ia sudah tidak tahan dengan rasa sakit yang ia rasakan.

Perlahan tapi pasti, Nora kembali berdiri dan naik ke sepeda motor hitamnya. Entah apa yang Nora pikirkan, motornya melaju hingga sampai di depan apartemen Regis.

Tak butuh waktu lama Nora untuk sampai ke apartemen Regis, dengan cepat ia memarkirkan motornya.

Nora berjalan dengan menundukkan kepala, darah mengucur dari tangannya. Kukunya terus saja menggores kedua tangannya. Bahkan Nora tidak sadar kalau ia telah menyakiti dirinya sendiri.

Dugh, Nora menabrak dada seseorang, sontak Nora mendongakkan kepala melihat siapa yang ada di depannya.

"Jangan ganggu aku" gumam Nora lirih, ia terus berjalan tanpa melihat siapa yang telah menabraknya.

Regret (#Riga 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang