Part 33

5 0 0
                                    

Xavier berjalan menuju kolam renang yang terletak di belakang halaman, ia menatap istrinya yang merenung di tepi kolam.

"Maafkan aku" bisik Xavier lirih, perlahan ia memeluk istrinya. Nora diam dengan air mata yang terus mengalir.

"Aku mencintaimu, Xave. Aku sangat mencintaimu." gumam Nora tergugu, ia menyandarkan kepalanya di dada bidang Xavier. Tolong tarik permintaanmu soal keamanan mutlak itu, batin Nora yang tak mampu menyuarakannya.

"Aku tahu" katanya, ia mengecup puncak kepala Nora lembut dan membiarkan istrinya bersandar. "Ayo kita masuk, udara semakin dingin"

"Aku tak bisa hidup tanpamu" Nora kembali membuka suaranya. Air matanya kembali menetes, dia semakin memeluk Xavier.

"Aku tahu. Percayalah padaku Queen, aku melakukan yang terbaik untuk kita." kata Xavier tersenyum, tangannya memeluk istrinya. Dengan nafas berat, Xavier kembali tersenyum. Dia meraih tangan istrinya, nampak luka kecil akibat cakaran dari tangannya sendiri. "Aku benci melihat luka. Tubuhmu milikku Queen."

Nora membelalakkan matanya, ia terkejut bukan main. Nora berbalik dan langsung menutup semua luka yang diakibatkan dirinya sendiri.

"Maafkan aku. Aku tidak tahu, aku tidak sadar kalau aku terluka" kata Nora takut. Dia semakin menundukkan kepalanya.

"Aku mengerti. Jangan ulangi lagi"

Nora semakin memeluk Xavier erat, "Aku semakin mencintaimu, Xave. Aku tidak mau sendiri. Jangan tinggalkan aku" bisiknya tergugu. Xave tak menjawab permintaan istrinya, dia hanya memeluk Nora erat seakan tak ingin meninggalkannya.

"Tunggu sebentar lagi, aku akan berjuang untuk kita" gumam Xavier lirih.
***

Pagi hari seakan seperti pagi-pagi lainnya.
Semua orang telah duduk manis di meja makan. Keluarga Riga selalu mengadakan sarapan sesibuk apapun. Hanya keluarga Cardone yang belum turun ke ruang makan.

Disisi lain, Xavier dan Nora terburu-buru, mereka turun dari tangga seperti dikejar hantu. Xavier yang sibuk dengan menelpon seseorang, sedangkan Nora sibuk menyiapkan perlengkapan suami dan anaknya. Beberapa kali telepon Nora berdering, tapi ia hiraukan demi memperhatikan suaminya terlebih dahulu.

"Angkat telponnya, Queen. Demi Tuhan itu sangat mengganggu" desis Xavier yang masih sibuk dengan teleponnya.

"Sudah kukatakan aku akan cuti selama seminggu, kosongkan jadwalku" bentak Nora kesal, ia langsung menutup telponnya. "Meeting akan dilakukan jam 9 pagi. Kalian masih punya waktu satu jam untuk sampai di perusahaan tepat waktu. Demi Tuhan kau memberi contoh yang buruk untuk anak kita, Xave" pekik Nora kesal.

"Son, jangan dengarkan ibumu. Dia sangat cerewet sekali" Xave hanya berkomentar kecil seraya menepuk bahu putranya yang masih kecil.

"Kalian menyebalkan" desis Nora, kemudian langkah mereka terhenti saat melihat Eric berada di bawah tangga.

"Ayo kita sarapan" ajak Eric datar. Xavier dan Nora saling menatap.

"Dad-"

"Undur pertemuan hari ini, sepertinya aku akan terlambat" kedua mata Nora membelalak saat Xavier mengatakan itu pada sekertarisnya melalui telepon.

"Xave kau gila?" pekik Nora tak percaya. Xavier merengkuh pinggang Nora untuk mengikuti Eric menuju ruang makan. Semua orang menatap Xavier dan Nora dengan pandangan aneh.

"Maaf kami terlambat Mr. Riga. Itu kebiasaan kami yang selalu terburu-buru" ucap Xave menyesal. Mereka duduk di meja makan dengan masih sibuk dengan ponselnya masing-masing. "Tapi jangan salahkan aku karna terlambat. Salahkan Queen yang tidak membangunkanku"

Regret (#Riga 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang