Part 35

5 0 0
                                    

Xavier berjalan menuju kamarnya, perlahan ia membuka pintu itu. Ceklek, kedua mata Xavier membelalak. Pintu kamarnya terkunci. Xavier mengetuk pintu itu berulang kali, tapi tak ada balasan sama sekali dari istrinya.

"Queen... Buka pintunya" teriak Xavier keras seraya mengetuk pintu itu dengan kasar. "Buka pintunya atau aku dobrak" kata Xavier memperingati. Tapi tak ada sautan juga dari dalam. Akhirnya Xavier pun mencoba mendobrak pintu itu.

Braak braak braakkk, Xavier mengumpat geram. Pintu di depannya tak juga terbuka. Tak biasanya pintu semacam itu sangat keras, bahkan tak bisa di dobrak.

"BAAAMMMMSSS" teriak Xavier keras. Tak berapa lama Bams pun berlari ke hadapannya. "Dobrak pintu itu" perintahnya tanpa memberi waktu untuk Bams bertanya padanya.

"Maaf tuan saya juga gagal" kata Bams yang telah berusaha mendobrak.

Braak brak brak, "QUEEN BUKA PINTUNYA" teriak Xavier geram. "Saya akan mencari alat" kata Bams yang langsung pergi dari sana.

"Ada apa kau berteriak?" ucap Leo karna merasa terganggu. Dia telah berdiri tak jauh dari Xavier saat mereka berusaha mendobrak kamar itu.

"Berikan kunci cadangannya" kata Xavier dengan tatapan tajam.

Leo berdecak dengan sudut bibir terangkat. "Pintunya ditahan lemari." Katanya singkat, "Dia selalu seperti itu kalau sedang marah. Tunggu saja beberapa jam, pasti dia akan keluar"

"Menunggu beberapa jam, lalu Queen berada di rumah sakit karena kehabisan darah, itu mau mu?" Kata Xavier menaikkan setengah suaranya. Leo mengerutkan keningnya bingung, tapi kemudian Xavier menatapnya tajam. "Aku mengenalnya dengan baik. Dia pasti mencoba bunuh diri karena masalah ini" desis Xavier tajam.

"Apa?" gumam Leo heran.

"Buka pintunya sekarang" bentak Xavier kesal.

Bams dan Yura datang membawa kapak. Mereka pun langsung menghancurkan pintu itu dengan cepat.

"QUEEN" teriak Xavier keras. Dia masuk ke dalam kamar setelah pintu itu rusak. Benar dugaan Leo kalau pintu itu terhalang. Bams dan Yura diam di tempat mereka, karena kamar merupakan hal pribadi sehingga mereka tak bisa ikut masuk ke dalam.

Xavier berlari mencari Nora hingga kesudut kamarnya, tapi tak ada Nora sekalipun. Tiba-tiba suara gemericik air terdengar, Xavier pun segera berlari menuju kamar mandi. Betapa terkejutnya Xavier saat melihat Nora yang duduk tergeletak dengan gemericik air dari shower yang masih menyala. Xavier pun mematikan shower, dan menyambar bathrobe untuk menutup tubuh istrinya.

"ELLIOT" teriak Xavier keras. Leo yang mendengar hal itu langsung masuk ke dalam kamar itu. Leo juga nampak terkejut melihat keadaan adiknya. Dengan segera dia memeriksa Nora.

"Nora, Nora.. Hey" Leo menepuk-nepuk pipi Nora mencoba memanggil. Leo membuka mata Nora memastikan pupil matanya bergerak, dia memukul pipi Nora berusaha menyadarkannya.

"Ennggghhh" Xavier menghembuskan nafas lega saat melihat istrinya sadar, tapi berbeda dengan Leo. Leo memeriksa keadaan Nora sekali lagi. Memeriksa kedua tangan, dan mulut.

"SIAL  LOWIE" pekik Leo keras seraya mengeluarkan beberapa obat dari mulut Nora. "Apa yang kau lakukan pada adikku" ucap Leo geram, dia pun segera menuju kamar mandi untuk memastikan sesuatu. Pandangan Leo tersebar di setiap sudut kamar mandi, tak lama pandangannya terpaku pada botol obat yang tergeletak di lantai. "APA YANG KAU LAKUKAN DISINI HAH? CEPAT BAWA ADIKKU KE RUMAH SAKIT" bentak Leo kesal.

Xavier sama sekali tak memiliki waktu untuk sekedar memarahi Leo karena sikap kurang ajarnya, saat ini yang terpenting adalah keselamatan istrinya. Dengan segera dia mengangkat tubuh Nora dan membawanya keluar dari kamar itu. Sial seribu sial, dia sadar kalau ini bukanlah kediamannya sehingga tak ada pintu rahasia yang terhubung dengan pintu keluar yang lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Regret (#Riga 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang