Kelopak matamu perlahan terbuka sambil terus mengerjapkan matamu untuk membiasakan cahaya yang masuk ke matamu. Kamu mengedarkan pandanganmu dan tidak menemukan siapapun disekitarmu.
“Yang katanya mau nemenin gue terus kemana nih? Apa itu termasuk bunga tidur gue ya?” pikirmu.
Tiba-tiba pintu ruangan tempatmu dirawat terbuka, dengan refleks kamu pun memejamkan matamu.
“(y/n) palli ireona.. Palli..!” ujar seseorang yang tadi kamu cari keberadaannya.
“Sudah seminggu kamu kaya gini.. Emang ga kangen sama oppa?” cerocos Jiyong yang berharap kamu segera bangun.
“Eeee serius? Udah seminggu? Lama benerrr” batinmu.
Tangan Jiyong yang hangat mulai menggenggam tanganmu dan menciumnya. Jantungmu mulai berdetak seperti biasa saat kamu dekat dengannya, mulai tidak beraturan.
“Oppa harus gimana biar kamu bangun?” gumam Jiyong pelan.
“Bangun tidak yaa~ bangun tidak yaa~ bangun tidak yaaa~ bangun tidak ya~” senandungmu dalam hati.
Saat Jiyong membelai rambutmu, kamu tidak bisa lagi berpura-pura. Wajahmu memerah karena perlakuan Jiyong. Jiyong pasti menyadari kalau kamu sebenarnya sudah sadar.
“Uhmm.. Memangnya orang koma bisa memerah ya wajahnya kalau dibelai rambutnya?” tanya Jiyong yang sedikit menyindir(?).
Kamu perlahan membuka matamu, seolah-olah kamu baru bangun dari tidur yang panjang.
“Loh O.. Oppa kenapa ada disini?” ujarmu pura-pura heran.
“Ga usah pura-pura deh.. Oppa tahu, kamu sebenarnya udah sadar dari tadi kan? Heuu,, ternyata kamu modus ya sama oppa.. ” ujar Jiyong sambil mencubit pipimu.
“Aww.. Aku kan lagi sakit..”
“Ehh mian, oppa ga sengaja. Lagian kamunya sih”
“Yehh, kan oppa yang curi-curi kesempatan. Iya kan? Tadi aja pegang-pegang tangan aku..”
“Kamu ga suka ya?”
“Nahloo.. Kalo bilang engga ntar ga di pegang lagi tangan gue. Kalo bilang iya berarti gue membenarkan pertanyaan dia.. Ahh gue mikir apa sih??” batinmu.
“Bukan gitu...”
“Tuh kamunya aja suka kalo oppa pegang. Jadi ga masalah dong” ujar Jiyong sambil merapikan rambutnya.
“Tcahh badai sangat.. Cepet sembuh nih gue kalo liat beginian mulu” pikirmu.
“Kamu kenapa ngeliatin oppa sambil senyum-senyum gitu?” tanya Jiyong yang heran melihatmu.
“Ahaha engga..”
“Kamu mikir yang jorok ya sama oppa? Ngaku ” tuduh Jiyong.
“Dih.. Engga”
“Ngaku”
“Enggaa..”
“Wah.. wah.. nona (y/n) kelihatannya sudah sehat ya..” ujar dokter yang tidak ada yang menyadari kedatangannya.
“Eh? Dokter.. ” Jiyong sedikit tersentak karena baru menyadari keberadaan dokter tersebut.
“Padahal nona (y/n) baru sadar ya dari koma, tapi melihat dia yang sudah bisa adu bicara seperti tadi, kelihatannya dia sudah cukup baik..”
“Benarkah?” tanya Jiyong antusias.
“Iya, mungkin besok atau lusa dia bisa pulang dan istirahat dirumah..”
“Syukurlah.. Terima kasih, Dok” ujar Jiyong.
Dokter pun memeriksa keadaanmu dan mencopot beberapa selang dari tubuhmu. Setelah beres, ia pun keluar.
“Oppa, ibu ku kemana?”
“Tadi ia bilang akan mengambil sesuatu di rumah. Ah iya, aku harus memberitahunya kalau kamu sudah sadar.. Tunggu sebentar ya”
------
“(y/n), kamu harus cepat sembuh ya..”
“Uhm, oke”
“Oppa, apa aku terlalu menyusahkanmu?”
“Kenapa bertanya seperti itu? Tentu saja tidak”
“Apa Oppa akan pergi?”
“Apa maksudmu?”
“Apa oppa akan pergi setelah aku sembuh?”
“Sepertinya begitu”
“Kalau begitu, aku tidak mau sembuh”
“Hei, kenapa seperti itu?”
“Aku tidak mau oppa pergi”
“Oppa pergi untuk menyelesaikan pekerjaan. Kau tahu? Aku sudah membiarkan pekerjaanku menumpuk terlalu tinggi hahaha”
“Tapi, apa nantinya oppa akan tetap menghubungiku?”
“Tentu”
“Apa oppa akan sering mengunjungiku?”
“Tentu saja”
“Lalu, apa oppa tidak akan melupakanku?”
“Eh? Untuk apa ditanyakan? Tentu saja oppa tidak akan melupakanmu..”
“Benarkah?”
“Tentu.. Jadi, kalau oppa pergi, jaga dirimu baik-baik ya..”
“Karena saat oppa pergi, oppa tidak bisa melindungimu”
“Jangan khawatir akan hal itu”
“Kalau kamu bosan, kamu bersenang-senanglah”
“Pasti. Oppa, jangan terlalu memforsir diri oppa.. Jaga kesehatan oppa, ya..”
“Tentu. Lalu, kapan kamu mau turun dari gendongan oppa?” (wajahmu memerah karena malu)
“Uhm, kenapa oppa tidak langsung menurunkanku saja?”
“Oppa tidak akan menurunkanmu kalau kamu tidak ingin” ujar Jiyong sembari terkekeh.
“Aish.. Yaudah turunkan aku, oppa. Aku pasti sangat berat”
“Aniyo, kamu ringan. Oppa masih sanggup menggendongmu lebih lama lagi..”
“Hahaha jangan bohong.. Oppa saja sampai berkeringat seperti itu karena menggendongku..”
“Ah ini bukan keringat, tadi sepertinya hujan”
“Hahaha kau tidak pandai berbohong, oppa”
“Oppa, kau tahu? Kau lah yang terbaik”
“Hahaha tanpa diberi tahu pun aku juga sudah tahu. Aku ini memang yang terbaik”
.
.
.
.
.
Sorry and thank you //? 😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagine Your Bias [GD]
Fanfiction-Gimana jadinya kalo kamu ketemu sama bias, ngobrol sama bias, deket sama bias, jalan bareng sama bias, atau bahkan sampe di sayang sama bias. Ahh itu pasti harapan terbesar buat seorang fangirl. Tapi, itu bisa aja terjadi kok di khayalan mu. Jadi...