"Eomma"
Wanita cantik tersebut tetap berkutat dengan laptop dan kertas yang menumpuk walau tahu seseorang telah datang.
Bagi dia, mendengar suara lembut itu sudah cukup membuatnya tahu siapa yang datang.
"Jungkook, duduklah"
Sudah sebulan ini mereka tak bertemu, tapi tidak ada keinginan untuk menatap wajah putranya tersebut. Mata cantiknya akan sia-sia jika harus mengalihkan pandangan dari pekerjaannya.
...
Setelah beberapa menit, ia pun menaruh penanya dan menatap lelaki berseragam yang berdiri di depan pintu.
"Gimana? Kamu udah nembak anaknya?"
"Udah"
Jungkook duduk lemas di sofa kulit yang ada dalam ruangan besar itu. Sebenarnya dia tak pernah niat untuk datang kesini, tapi mengingat ada masalah yang harus diluruskan, dengan terpaksa ia datang.
"Bagus"
Jeon Miyeon, menghampiri anak tirinya tersebut dengan senyuman yang dingin serta anggun.
Image istri CEO yang berwibawa melekat pada dirinya dengan baik. Ia duduk di hadapan Jungkook.
"Tapi.."
Punggung lelaki tersebut menegak. Ia memainkan jari tangannya sendiri. Ragu untuk menyanggah keputusan eomma tirinya.
"Wae?"
"Aku ngga suka sama dia"
Miyeon berdeham dan menatap Jungkook tepat di manik mata. Membuat seseorang plin-plan hanya dengan tatapan adalah keahliannya.
"Tapi sayangnya kamu harus nikahin dia"
Jawaban tersebut membuat Jungkook menarik nafas frustasi. Ingin ia berkata tentang siapa orang yang di depannya ini hingga ia bisa mengatur kehidupan dan takdir miliknya?
Tapi bukan sikap seperti itu yang ditunjukkan oleh anak tunggal Tuan Jeon, CEO J grup. Perusahaan kosmetik terbesar di Seoul.
"Gimana kalau aku ngga mau?"
Siswa SMA tersebut gantian mengajukan penawaran. Ia bahkan membuat Miyeon kembali bersandar ke punggung sofa dan menghela nafas.
Jujur saja pekerjaan tadi sudah membuat Miyeon lelah. Ditambah anak ini yang sangat sulit menuruti perintahnya.
"Ada gadis lain?"
Jungkook tak menjawab dan sibuk dengan pikirannya.
'Lalisa.. ah, enggak'
Entahlah, tiba-tiba gadis itu yang terlintas dibenak Jungkook.
"Sinb itu gadis pilihanku. Dia anak teman karibku yang telah lama meninggal. Ayahmu juga setuju. Selain untuk kepentingan perusahaan, dia cukup cantik kan? Sebaiknya kamu menghormati pilihanku tersebut"
Lawan bicaranya hanya diam dan menatap bunga di vas kecil di tengah meja. Tak berniat membuka mulut sama sekali.
Masih banyak yang harus Miyeon kerjakan dan membuang waktu berdiaman seperti ini sangatlah sia-sia. Jadi ia berniat mempercepat selesainya masalah ini dengan satu solusi yang telah ia pikirkan.
"Aku beri waktu sebulan. Tunjukkin gadis itu ke ayahmu dan aku akan mengikuti apa yang ayahmu putuskan"
Jungkook terlihat tertarik.
"Baiklah"
***
"O mai gat. Sinb?"
Lisa menatap surat ditangannya. Cilok di mulutnya hampir keluar saat membaca nama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEH KOTAK ; Lizkook
Fanfictionkarena sebungkus teh kotak, Jungkook mengerti apa itu cinta. #281 in ff (11/05/2018) #41 in short story (24/06/2017)