#7#

6.5K 431 26
                                    

Disc@ Masashi Kishimoto

Pair: (?)

Semua tokoh milik Om Masashi, dan cerita ini pure milik saya.

Happy reading. 

.

.

.

Pagi pun tiba. Kepala Sasuke terasa sakit dan pening. Itu karena semalam ia mabuk. Ia mengernyit. 'Siapa yang membawaku pulang?' Batinnya.

Tak lama pintu kamar terbuka. Muncul-lah anikinya yang membawakan segelas lemon-tea.

"Ini minumlah dulu. Aku tahu, kepalamu pasti pusing." Katanya sambil menyodorkan segelas lemon-tea kearahnya.

Sasuke tanpa berkata langsung mengambilnya. Ia pun langsung meminumnya sampai tandas. Setelah itu ia memberikannya kembali pada Itachi.

"Lebih baik kau cuti saja, soal perusahaan biar aku dan Naruto yang mengurusnya." Katanya kembali.

"Tidak usah, aku bukan anak kecil lagi. Aku akan masuk." Jawab Sasuke dingin.

"Ya sudah jika itu maumu. Aku sudah menyuruh Konan menyiapkanmu sarapan. "Hah... Karna kau tepar, aku sampai menyuruh Konan kesini untuk memasak. Untungnya istriku itu sabar sekali. Beruntungnya aku memiliki Konan, sudah cantik, baik, cerdas, hah... dia segala-galanya bagiku." Sindir Itachi. Ia sengaja memanas-manasi Sasuke, sebab adik bodohnya itu benar-benar bodoh. Melepas Hinata yang notabene wanita yang hebat.

"Diam kau Baka-aniki. Apa kau sengaja menyindirku!" Bentak Sasuke jengkel.

"Siapa yang menyindirmu. Aku berkata yang sebenarnya. Jika istriku Konan itu istri idaman." Jawab Itachi santai.

Sasuke yang jengkel langsung melempar bantal ke arah Itachi. "Diam kau Baka-aniki. Aku tahu kau itu sedang menyindirku. Aku akui Konan-san adalah wanita yang baik." Balas Sasuke kesal. "Sekarang kau keluar dari kamarku. Aku akan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor." Sambungnya lagi mengusir Itachi dari kamarnya. Itachi hanya tersenyum melihat adiknya sudah kembali seperti semula.

****

Gaara menatap putrinya tengah sedih. Putrinya mendadak tidak ingin sekolah.

"Aku tidak mau masuk sekolah ayah." Katanya sedih.

Gaara berjongkok, memposisikan dirinya sejajar dengan putrinya.

"Mengapa kau tidak mau ke sekolah?" Tanyanya sambil mengelus Surai blonde putrinya.

"Itu karena hari ini adalah hari Ibu, dan pastinya semua yang mengantar para ibu. Aku tidak punya ibu ayah, makanya aku tidak ingin sekolah hari ini." Terang bocah 5 tahun ini sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

"Begitu ya.. Seina sayang dengarkan ayah. Ibumu selalu ada di tengah-tengah kita. Dia ada di hati kita masing-masing sayang. Jadi kau tidak perlu cemas jika ayah yang mengantarmu."

"Tapi... aku tidak suka teman-temanku berkata jika aku tidak punya ibu... huaaa.... ayah... aku ingin punya ibu.... huaaa.... hiks.. hiks.." Tangis Seina pecah. Gaara yang melihat putri kecilnya menangis langsung memeluknya. Ia tidak tahan melihat putrinya menangis. Ia sudah berjanji pada mendiang sang istri - Shion untuk menjaga buah hati mereka.

"Sttt.... sudah jangan menangis. Jika memang kau tidak ingin ke sekolah. Ayah akan mengajakmu menemui ibumu."

Mata Seina berbinar. Apakah ia akan bertemu dengan ibunya? Dan dengan girang ia menarik tangan ayahnya untuk segera pergi bertemu dengan sang ibu.

Gomen Hinata. ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang