Jennie menggebrak meja di depannya. Membuat ketiga gadis dengan memo ditangan mereka terdiam. Suasana yang tadinya seperti pasar minggu berubah hening akibat perbuatannya. Dengan sekali hembusan napas, dia melayangkan pandangan membunuh pada junior yang sedang berlutut di samping mejanya.
"Elo elo elo," tunjuk Jennie satu-satu, "Minggat gak?!"
"Ah kak Jennie pelit banget sih, kita kan Cuma butuh info aja soal kak Hanbin," gerutu salah satu juniornya, Eunha.
"Iya nih. Secara kak Jennie kan sekelas sama kak Hanbin pas SMP udah gitu sebelahan lagi rumahnya" dukung gadis satunya, Mina.
"Tau kak, sekedar foto sama fakta-fakta aja cukup kok. Biar bisa di pigura in dalam kamar" suara junior yang terakhir, Lisa diikuti anggukan setuju rekannya.
Jennie memutar mata lelah, "Sesaeng fans banget lo semua." Lalu menempelkan kepalanya diatas mejanya beralas buku cetak, "Pegi! Gue gak deket sama Hanbin dari dulu," gumamnya.
"Kalo gitu kakak kita rekrut jadi anggota HBFC deh. Tugasnya motoin kak Hanbin dalam segala keadaan. Kita pake bayaran nih," tawar Mina.
Kepala Jennie terangkat seperti yang junior-juniornya duga, telinga emang suka sensitive soal uang.
"HBFC apaan lagi?"
"HanBin's Fans Club dong kak!"
Cuih banget.
"Enggak tertarik gue." Tegas Jennie, "Eh tapi berapa bayarannya?"
"Ser--eh kak Hanbin udah datang? Pagi kak..."
Ingin rasanya Jennie menjejal Lisa dengan kaus kakinya Bobby yang udah seminggu enggak dicuci, karena menggantung ucapannya. Sementara itu Hanbin hanya melewati kerumunan mereka menuju bangkunya, tepat dibelakang Jennie.
"Jangan di tengah jalan. Ganggu."
Mina, Lisa dan Eunha segera berdiri untuk membiarkan Hanbin lewat. Beberapa detik mereka terdiam setelah mendengar teguran Hanbin. Sejurus kemudian junior-junior Jennie itu mulai heboh sendiri.
"GILAA KAK HANBIN JANTAN BANGET IH! TIPE GUE BANGET ALA-ALA BAD BOY GITU AWW"
Buset nih bocah-bocah perawan udah pada stress akut kali ya. Jennie memutar matanya jengah. Dia udah gak kuat lagi. Dilihatnya Hanbin dibelakang udah masangin earphone sambil mejamin mata, nunggu jam masuk. Gayanya bikin Mina, Eunha, Lisa makin menjadi-jadi.
"GANTENG BANGET IH KAK HANBIN. C O O L A B I S!!"
"Heh kwak kwik kwek, balik sono ke kelas lu pada. Ga denger apa bel udah bunyi." Gertak Jaehwan. Jennie mengucapkan makasih tanpa suara dibalas anggukan Jaehwan.
"Ck, sans aja dong Paman Gober." balas Eunha keki.
"Kaya dong gue ha ha makasih loh, dek." Jaehwan cengengesan.
"Iya. Kaya monyet."
Ketiga cewek itu ngibrit sebelum Jaehwan ngamuk. Emang Jaehwan gak pernah ada wibawanya depan adek kelas.
+-+-+
Jennie menjatuhkan tubuh diatas kasur besar milik Hanbin sementara si pemilik terlihat lebih serius ke layar komputernya yang sedang menampilkan game online. Gadis itu menghembuskan napas malas karena merasa diabaikan, dengan sengaja ia menarik sebuah pena dari dalam tasnya lalu melempar benda itu hingga tepat mengenai kepala Hanbin.
PLETAK!
Namun tidak ada respon.
"Bin, maen ps dong biar gue ikutaan" rengek Jennie.
Tidak ada jawaban, hanya terdengar suara tak-tik-tuk dari keyboard lelaki itu.
"Bah? Marah lo?" tebak Jennie, gelagat Hanbin kalo kayak gini udah pasti ada masalah sih, "Gara-gara apa?"
"Gak nyangka aja ternyata lo lebih mau dibayar buat deket sama gue daripada jujur ngatain yang sebenernya didepan mereka." sahut Hanbin dingin. Jennie langsung terdiam.
"Kan gak jadi Bin--"
"Ya itu kan karna gue datang! Coba kalo enggak."
Jennie menciut. Hanbin kalo lagi marah jadi sensian. Persis kayak cewek PMS. Jennie aja bingung yang cewek sebenernya dia apa Hanbin.
"Iya deh kalau gitu gue minta maaf."
Hanbin gak menyahut dan masih memainkan game-nya. Jennie melingkarkan tangannya ke leher Hanbin. Rahasia buat ngilangin BT nya Hanbin itu ya dengan pelukan. Cowok itu berdeham seolah ngode buat suruh Jennie lepasin. Tapi Jennie malah makin erat back hug in dia, gak tau aja Jennie jantung Hanbin udah dag dig dug ser daritadi.
"Jangan marah dong, Hanbin-ku... Kan Jennie udah minta maaf."
"Ah Jen lo tau aja kelemahan gue!"
Hanbin berdiri dari bangkunya membuat Jennie melepaskan rangkulannya di bahu Hanbin. Jennie tersenyum cerah.
"Gitu dong," riangnya.
Hanbin menghela napas, "Jen, bisa gak berhenti aja? Gue udah gak sanggup musti pura-pura musuhan sama lo di sekolah."
"Gue kan udah bilang alasannya, Bin. Lo gak ingat kejadian pas SMP?" lirih Jennie, "Gue gak mau hal yang sama terulang lagi..."
Perkataan Jennie membuat Hanbin mengusap wajahnya lelah. Terlebih dia merasa kesal karena tidak bisa meyakini Jennie untuk melindunginya. Hanbin menyayangi Jennie, karena itu dia tidak ingin Jennie terluka.
+-+-+
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Partner in Lies
FanfictionTrauma masa lalu membuat Jennie memilih untuk merahasiakan pertemanannya dengan Hanbin di sekolah. Jennie pikir ia bisa melewati keadaan ini sampai mereka lulus. Namun, kembalinya Hayi justru serta merta menghancurkan dinding pertahanannya. Apa yan...