Jisoo menyeruput softdrink-nya dalam ritme pelan. Suasana canggung membuatnya sedari tadi hanya memainkan ujung sedotannya kikuk. Sementara gadis di depannya—Irene—mulai membuka suara.
"Sorry tiba-tiba ngajak ketemuan gini, Ji. Ada hal yang mau aku bilang ke kamu sebelum pergi."
Jisoo memandang Irene setengah kaget, "Pergi?"
"Iya, aku mutusin buat ngelanjutin kuliah di Jerman tempat sodara aku." jelasnya.
"Bobby--"
"Soal Bobby," potong Irene, "Aku udah putus sama dia. Bobby yang mutusin aku."
Jisoo menundukkan kepalanya sungkan.
"Sebenarnya hal yang mau aku bilang juga berkaitan sama Bobby. Ji, mungkin ini kedengaran naif tapi bisa gak kamu jangan ninggalin dia?"
Permintaan Irene cukup bikin kening Jisoo berkedut bingung.
"Kalau kamu ngerasa bersalah karena kami putus, perlu aku tegasin kalo itu bukan salah kamu. Aku emang cuma mainin Bobby aja selama ini. Wajar kalo akhirnya dia ngerasa tersakiti. Aku udah keterlaluan." kenang Irene, "Padahal Bobby selalu tulus."
Jisoo memilih jadi pendengar yang baik dan tidak menyela curhatan Irene.
"Selama pacaran sama dia aku menyadari satu hal. Kalau cuma kamu cewek yang benar-benar bisa bikin dia ceria. Kamu mungkin gak tau tapi pandangan dia ke kamu itu beda, Ji."
"Kak itu--"
"Aku gak mau nyampurin hubungan kalian tapi aku harap kamu jangan sampai ninggalin dia aja. Saat ini Bobby lagi butuh orang kayak kamu disisinya. Jadi please, jangan jauhin dia."
Irene mengesap coffee-nya sejenak lalu menyandang tas selempangnya, "Aku cuma mau nyampein itu aja kok. Sekalian mau pamit, besok aku berangkat."
"Bobby tau gak kakak bakalan ke luar negri?" tanya Jisoo.
Irene ngangguk, "Tapi kayaknya dia gak bakal mau ketemu sama aku lagi. Yah wajar sih, aku udah kelewatan. Dia pasti benci banget sama aku."
Irene melempar senyum yang terlihat pahit di pandangan Jisoo.
---
Bobby membuka pintu apartemennya dengan mata setengah melek dan rambut acak-acakan. Khas pria yang baru bangun tidur. Tapi mata sipitnya langsung terbelalak begitu melihat siapa yang berdiri di depan pintunya saat ini.
"J-jisoo?"
"Buruan siap-siap lo, gocar gue udah nunggu di luar nih! Lo harus ngikut gue sekarang."
"Hah?"
Jisoo buru-buru narik Bobby yang masih bengong memasuki apartemennya. Memaksa lelaki itu bersiap-siap sementara ia membantu milihin baju yang mau dipakai Bobby. Dengan wajah bingung Bobby ngebiarin aja Jisoo yang sibuk nyiapin keperluan dia.
Selang beberapa saat Jisoo dan Bobby udah berada dalam gocar yang dipesan Jisoo. Bobby masih agak takjub bisa ngelihat Jisoo sedekat ini lagi saat weekend panjang mereka mengingat aksi hindar-menghindar gadis itu padanya tempo lalu. Bobby sendiri gak tau tempat apa yang buat Jisoo segitu inginnya narik dia untuk ikut serta.
Mata Bobby menyapu pemandangan tak asing lewat kaca jendela mobil dan otaknya segera berpikir cepat.
"Bob buruan turun" perintah Jisoo begitu mobil mereka berhenti dipelantaran parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Partner in Lies
FanficTrauma masa lalu membuat Jennie memilih untuk merahasiakan pertemanannya dengan Hanbin di sekolah. Jennie pikir ia bisa melewati keadaan ini sampai mereka lulus. Namun, kembalinya Hayi justru serta merta menghancurkan dinding pertahanannya. Apa yan...