Jisoo menjangkau pintu gerbangnya lalu sekilas menghadap ke belakang.
"Makasih udah nganterin gue, Bob."
Bobby ngangguk, "Masuk gih udah malem."
"Bob."
"Hm?"
"Gue minta maaf soal kak Irene. Harusnya gue gak--"
"Lo gak salah apa-apa, Ji. Gak perlu dipikirin. Itu urusan gue." potong Bobby.
"Tapi kak Irene ngasi pesan ke gue buat ngejaga lo. Lo baik-baik aja kan sama dia? Lo gak putus kan karena gue?"
"Ji," Bobby menunjukkan gigi kelincinya hingga mata sipitnya menghilang sempurna, "Lo terlalu bagus buat gue. Irene gak mungkin salah paham soal hubungan kita. Yang ada juga kalau gue putus sama dia itu berarti gue yang salah paham sama hubungan dia dan Daniel."
Jisoo memandang Bobby nanar.
"Jadi, lo gak perlu ngindarin gue lagi. Masalah ini gak ada hubungannya sama lo." sambung Bobby.
"Lo gak seburuk itu kok, Bob."
"Lo pernah bayangin gak kalau lo jadian sama gue?"
"Hah?"
Bobby tergelak, "Gak kebayang kan? ya udah gak usah mikir yang aneh aneh. Udah sana masuk kasian nyokap lo sendirian."
Jisoo mendorong gerbangnya pelan sambil sesekali melirik Bobby. Ada rasa gak nyaman yang ganjil di hatinya tapi tak mampu dilontarkan gadis itu.
"Gue berharap lo gak putus sama kak Irene, Bob."
"Gue malah berharap sebaliknya."
"Bob--"
"Iya." Bobby melambaikan tanganya memotong ucapan Jisoo, "Masuk gih. Lama amat lo tinggal masuk doang."
Kali ini Jisoo memantapkan hati untuk masuk ke dalam meninggalkan Bobby yang masih mematung di tempatnya bahkan saat gerbang rumah Jisoo telah sepenuhnya tertutup.
"Beneran gak ada harapan ya?" gumam lelaki itu diantara helaan napas putus asa.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Partner in Lies
FanficTrauma masa lalu membuat Jennie memilih untuk merahasiakan pertemanannya dengan Hanbin di sekolah. Jennie pikir ia bisa melewati keadaan ini sampai mereka lulus. Namun, kembalinya Hayi justru serta merta menghancurkan dinding pertahanannya. Apa yan...