"Itu udah yang terakhir," lapor Jisoo setelah ia dan Rose keluar dari toilet lantai 3 gedung sekolah mereka. June, Bobby, Hanbin yang baru bergabung terlihat sama letihnya.
"Gue cek di semua kelas juga gak ada" kata Bobby.
"Lapangan sama taman belakang, kosong." lanjut June lesu.
Hanbin mengacak rambutnya frustasi.
"Mana dia gak bawa hp lagi, aduh" sesal Rose.
"Bin, lo gak ingat tempat apa yang mungkin gitu? Manatau dia disana." tanya Bobby.
"Gudang..." lirih Hanbin, "Tapi dia juga gak ada."
Keempat rekannya yang lain mendadak lunglai dengar penuturan Hanbin. Tapi tiba-tiba Hanbin teringat suatu tempat yang memungkinkan saat ini,
"Oh!"
"Hah?" Rose ngeliatin Hanbin yang mendadak bengong, "Kenapa?"
Hanbin gak menjawab dan segera berlari menaiki tangga di ujung koridor itu,
"Woy Hanbin!" keempat temannya mau gak mau ngekorin Hanbin.
"Si Guguk bilang kek mau kemana main langsung gas aja" geram June mencoba sabar.
Hanbin sampai ke depan pintu utama sebagai akses ke rooftop gedung sekolahnya. Tapi pintu itu terlihat terkunci.
"Atap Bin?" konfirm Rose setelah sampai di tempat yang sama.
"Gimana tuh? Kekunci. Masa minta kunci sama pak satpam. Mana dikasih" komentar Jisoo.
"Minggir lo semua." perintah Hanbin tiba-tiba.
"Bin, jangan bilang lo mau--"
BRAK!
"Edan..."
Baik Bobby maupun June kompak menjatuhkan rahangnya melihat momentum saat Hanbin menerjang pintu itu.
Hanbin yang kepalang panik langsung menerobos pintu menuju roftoop itu dan persis seperti perkiraannya Jennie ada di sana bersama keempat gadis yang mengelilinginya.
"Hanbin--"
"Lo!"
Hanbin mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih sempurna. Dengan derap tertahan dia menarik lengan Seulgi sambil menatapnya menyalang bikin Seulgi buru-buru mengelengkan kepala cemas.
"B-bukan gue! Ini gak seperti yang lo liat! Salah paham serius!" kata Seulgi panik.
Tapi Hanbin tidak sedikitpun melonggarkan cengkramannya di lengan gadis itu. Seulgi meringis lalu memandang Jennie yang berdiri tak jauh dari mereka,
"Jen, tolongin gue! Kasih tau yang sebenarnya..." rengek Seulgi hampir menangis.
Jennie gelagapan bingung, "B-bin gak gitu mereka cuma--"
"Diam lo."
Jennie mematung dengar perkataan Hanbin yang dingin tapi tegas. Beberapa orang disana juga hanya bergeming di tempat masing-masing merelakan nasib Seulgi di tangan Hanbin.
"B-bin... G-gak gitu..." gagap Seulgi memohon.
Hanbin ngelirik hp ditangan Mina dan tanpa permisi langsung merampas hp itu membuat si empu gemetaran kaget.
"Pake rekaman segala?" sinis Hanbin. Seulgi kembali menggeleng untuk mengelak.
Hanbin memutar video itu dan menontonnya. Rahang lelaki itu seketika mengeras melihat pemandangan Jennie yang terikat di sebuah kursi dan didepannya ada meja serta secarik kertas dan pena.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Partner in Lies
FanfictionTrauma masa lalu membuat Jennie memilih untuk merahasiakan pertemanannya dengan Hanbin di sekolah. Jennie pikir ia bisa melewati keadaan ini sampai mereka lulus. Namun, kembalinya Hayi justru serta merta menghancurkan dinding pertahanannya. Apa yan...