Hari ini adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh Angel, tapi juga hari yang membuat jantungnya berdebar kencang. Angel dan Zidane sudah berlatih banyak kali dan hasilnya juga tidak mengecewakan. Selama mereka latihan, Alina yang dengan sabar memberikan arahan dan tambahan jika ada yang kurang sempurna. Angel bersyukur sekali punya ibu seperti Alina.
"Goodluck for us!" kata Angel bersemangat kepada Zidane di belakang panggung.
Pembawa acara mulai memanggil pasangangan sebelum mereka. Setelah ini, mereka yang akan tampil. Angel melirik Zidane yang sangat tenang, bahkan kelewat tenang. Berbeda dengannya yang sangat gugup.
"Kok lo bisa tenang banget, Zi? Gue aja deg-degan banget, abis ini giliran kita loh."
Zidane menatap Angel dengan pandangan tanya. "Zi?"
"Iya, nama lo kan Zidane. Gue panggilnya 'Zi'nya supaya pendek. Nama lo kepanjangan." Zidane manggut-manggut. Tapi pertanyaan sebelumnya tidak dijawab. Angel tidak mau mengulang pertanyaan yang sama, jadi dia mengabaikannya dan berfokus untuk menenangkan dirinya sendiri.
Pembawa acara memanggil nama
mereka. Begitu mendapat arahan, keduanya masuk ke panggung. Banyak pasang mata yang menatap mereka sejak pertama kali mereka masuk, khususnya Angel. Gaun yang Angel pakai sedaritadi menarik perhatian para penonton dan juri. Angel tampil dalam balutan ball gown glow in the dark, gaunnya bersinar saat lampunya dipadamkan.Zidane dan Angel membungkuk memberi hormat sebelum memulai penampilan mereka. Zidane mulai menakan tutsnya disusul oleh permainan biola Angel. Seakan terhanyut dengan alunan musiknya, Angel menggerakkan tubuhnya kesana kemari mengikuti irama.
Penampilan mereka diakhir dengan tepuk tangan yang sangat meriah. Bahkan juri pun terlihat langsung berdiri. Zidane dan Angel kembali membungkuk untuk memberi hormat.
Penampilan Angel dan Zidane adalah penampilan penutup untuk malam ini. Setelah itu, pembawa acara meminta semua partisipan untuk masuk ke panggung.
Zidane memegang pinggang Angel, Angel tersentak.
"Lo ngapain?" bisiknya.
"Ikutin aja." Angel diam dan mengangguk. Fotografer di sana mengambil foto semua peserta, dengan pasangannya masing-masing.
Usai sesi foto berakhir, salah satu juri dipersilahkan untuk maju mewakili juri lainnya untuk menyampaikan kata sambutan dan juga pengumuman pemenang.
"Meilleure performance ce soir est tombé à Zidane et Angel (Penampilan terbaik malam ini jatuh kepada Zidane dan Angel)!"
Tepuk tangan yang meriah kembali memenuhi ruangan itu. Zidane dan Angel maju selangkah untuk menerima hadiah dan piala, disusul dengan foto bersama dengan semua juri.
"Vous avez l'air étonnant ce soir. Toutes nos félicitations! (Kalian terlihat mengagumkan malam ini. Selamat!)"
"Merci! (Terima Kasih!)"
Juri itu mengangguk dan memberikan pelukan hangat untuk Zidane dan Angel bergantian. Dia lalu bertanya, "êtes vous datation (Apakah kalian berkencan)?" tanya juri yang lainnya.
Zidane menggeleng cepat. "ll est mon ami (Dia teman saya)."
"Quel dommage (Sayang sekali)."
Angel yang ada di sampingnya hanya tersenyum dan tak berbicara karena dia benar-benar tidak mengerti bahasa Perancis. Semua percakapan yang dia dengar layaknya orang sedang berkumur-kumur, aneh dan tidak jelas.
Setelah juri itu pergi, Angel langsung mengatakan, "Dia bilang apa tadi?"
"Dia bilang penampilan kita bagus," jawabnya singkat seperti biasa.
"Masa cuma itu? Kalian ngomongnya lama loh," kata Angel curiga.
"Makanya belajar bahasa Perancis."
Angel menatap Zidane kesal, mentang-mentang bisa bahasa Perancis, menyebalkan, pikirnya. Angel lalu menyusul Zidane yang berjalan pergi ke belakang panggung. Ternyata sudah ada kedua orang tuanya di sana.
"Selamat ya, sayang. Penampilan kalian keren!" puji orang tuanya di belakang panggung.
Angel memeluk kedua orang tuanya. "Makasih banyak sudah luangkan waktu untuk dukung aku. Khususnya Papa nih yang sibuk sekaliiii."
Aldo mengatakan, "Iya dong. Papa harus kesini lihat penampilan tuan puteri. Kalau Papa ga ikutan tadi, rugi abis pasti!"
"Hehe.. Papa bisa aja deh."
Zidane dan Angel diarahkan untuk berkumpul lagi bersama partisipan lainnya. Hanya untuk berfoto, kali ini bersama para juri.
"Papa sama Mama tunggu di mobil ya kalau gitu?" Angel mengangguk.
Keduanya berkumpul sama peserta yang lain setelah Aldo dan Alina pergi. Mereka menyimpan banyak sekali memori. Katanya, masing-masing peserta akan mendapat foto yang sudah dibingkai sebagai kenang-kenangan. Ini adalah foto Angel dan Zidane bersama-sama yang pertama!
Akibat terlalu senang, Angel tanpa sadar memeluk Zidane antusias. "Makasih banget selama ini lo berupaya keras biar bisa ngimbangin gue mainnya. Maaf juga kalau gue pernah marah atau kesal sama lo. Pokoknya kalau gada lo, gabisa sampai kesini deh. Thank you!"
Zidane berdeham. "Gue gabisa nafas ni. Diliatin juga."
Angel langsung melepas pelukannya dan menyadari bahwa mereka memang menjadi pusat perhatian. Bahkan beberapa dari mereka mengatakan bahwa Zidane dan Angel adalah pasangan yang serasi. Kali ini, Angel mengerti karena beberapa dari mereka berbicara dalam bahasa Inggris.
"Iya, sama-sama."
"Nanti pulang, lo gaboleh dingin-dingin sama gue lagi ya."
"Suka-suka gue lah!"
Zidane berjalan lebih dulu seperti biasa meninggalkan Angel yang berjalan layaknya kura-kura, lama sekali.
"Ih, Zidane!"
"Iya, iya."
Keduanya berjalan berdampingan dan masuk ke dalam mobil. Aldo menyetir pulang ke rumah tanpa mengantar Zidane. Cowok itu akan menginap malam ini.
***
Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk membaca cerita ini. Jangan lupa vote dan comment-nya ya, saran dan kritikan kalian juga sangat dibutuhkan, buat lanjutin cerita lain!😉
Sincerely,
Fiona
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coldest Boy
Teen Fiction"Lo bukannya terlalu bawel buat ukuran cewek sejenis lo?" tanya Zidane, cowok yang mendapat julukan pangeran es karena sikap dan sifatnya. "Terus lo? Bukannya lo terlalu dingin buat cowok sejenis lo?" tanya Angel, satu-satunya cewek bawel yang bisa...