24

13.7K 720 14
                                    

"Zidane, kalau gue pikir-pikir kayaknya cuma gue ya yang bisa lelehin es lo itu?"

"Kayaknya sih iya. Lo harus seneng lo bisa deket sama cowok sejenis gue." Angel menjitak pelan dahi Zidane.

"Yang harusnya bangga itu lo, bukan gue. Gimana sih?" Zidane memilih mengiyakan perkataan Angel.

Zidane menggandeng tangan Angel melewati jalanan. Keduanya sedang ada di Perancis. Nanti malam keduanya akan kembali tampil, sebagai tamu. Tamu yang sangat ditunggu-tunggu oleh banyak orang.

Sejak penampilan terakhir mereka yang sangat mengesankan, mereka jadi terkenal. Dimanapun mereka berada, pasti akan ada yang mengenali keduanya.

Zidane mengajak Angel mengunjungi menara Eiffel, dan tak lupa mengajaknya makan di restoran yang ada di menara Eiffel.

Seperti biasa, Angel makan dengan lahap. Ini adalah salah satu hal yang Zidane suka dari Angel. Angel bukan tipe orang yang suka berpura-pura tidak mau makan di depan pacar atau gebetannya. Angel tetap menjadi dirinya sendiri, di hadapan siapapun dia berdiri. Intinya, dia itu apa adanya. 

"Lo makan terus, ga takut gemuk?"

"Emang kenapa? Kalau gue gemuk, lo gasuka lagi sama gue? Emang ya semua cowok di dunia itu sama, ngeliatnya fisik mulu—"

Zidane meletakkan jari telunjuknya di depan mulut Angel. "Gue cuma nanya, Angel. Kenapa bawel banget?" Angel tertawa pelan. Melihat Angel tertawa, Zidane juga ikut tertawa.

Setelah selesai makan, mereka segera meninggalkan restoran. Tujuan mereka selanjutnya adalah pusat perbelanjaan. Langkah mereka terhenti saat melihat Diana di depan mereka.

"Angel, gue mau minta maaf. Gue tau selama ini gue udah jahat sama lo, lo mau maafin gue?"

Angel terlihat berpura-pura berpikir. "Mau ga ya?"

"Iya gue tau lo mungkin gamau maafin gue. Setidaknya gue udah coba minta maaf kan?"

"Siapa bilang gue ga maafin lo? Gue maafin lo kali. Masa gue ga maafin temen gue sendiri?"

"Ah thank you so much, Angel." Angel mengangguk dan memeluk Diana. Diana barutau ternyata Angel adalah orang yang sebaik ini. Diana menyesal dulu sudah bertindak tidak baik dengan Angel.

"Udah sadar lo?" Diana mengangguk.

"Kalau ibaratkan tokoh karakter di film. Gue ini kayak pemeran orang jahatnya yang harus ngelakuin apa aja buat nyingkirin tokoh utamanya. Tapi akhirnya setiap pemeran jahat itu bisa berubah kan? Kira-kira gitu deh."

Hal baik lainnya adalah Angel sudah kembali berbaikan dengan Diana. Mereka bahkan menjadi teman baik dalam hitungan menit. Benar-benar hari yang bahagia.

Selanjutnya, ketiganya menghabiskan waktu bersama. Meskipun Zidane lebih sering dicuekin oleh keduanya, tapi Zidane tak masalah. Zidane senang melihat senyum yang terukir di wajah Angel.

"Zidane, kita belum pernah foto loh. Ayo foto!" ajak Angel.

"Kan udah pernah."

"Gaasik cuma dua. Hari ini harus foto banyak-banyak. Kalau ga gue gamau temenan sama lo."

"Kalau gamau temenan, pacaran aja boleh ga?" Pipi Angel memerah mendengarnya. Tapi Angel tetap bersihkeras mengajak Zidane berfoto, dan tujuannya tentu saja berhasil.

Angel melihat hasil foto mereka. Ada yang tersenyum, berpura-pura cemberut, mencubit pipi Angel gemas dan sebaliknya, dan lain-lain.

"Sekali lagi, Zidane!"

Hasil fotonya menjadi empat, Angel segera melihat hasilnya. Foto pertama terlihat Zidane menatap Angel dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Foto selanjutnya Zidane menggendong Angel ala bridal style. Ada juga foto Angel mencubit pipi Zidane gemas dan Zidane menutup matanya dengan tertawa. Dan terakhir, Zidane mencium pipi Angel yang sedang tersenyum senang.

Diana berdeham. "Susah ya jalan sama pasangan baru," sindirnya.

"Makanya cari pacar juga," goda Angel. Mereka kembali melanjutkan acara jalan-jalan mereka. Setelah puas jalan-jalan, ketiganya pulang meski dengan tujuan berbeda."

***

Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk membaca cerita ini. Jangan lupa vote dan comment-nya ya, saran dan kritikan kalian juga sangat dibutuhkan, buat lanjutin cerita lain!😉

Sincerely,
Fiona

My Coldest BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang