20

12.8K 715 17
                                    

Angel bingung harus mencari Zidane kemana, Angel mencari Zidane ke semua tempat yang pernah mereka kunjungi bersama. Tiba-tiba bayangan bangunan tua itu muncul di pikirannya. Angel tau harus kemana.

"Pak, ke bangunan tua kemarin ya?" Supirnya mengangguk.

Angel sedaritadi tak bisa diam dan terus memikirkan Zidane. Bertanya-tanya apa yang dilakukannya dan berharap tidak ada hal buruk yang terjadi.

Kedekatan Zidane dan Angel sepertinya membuat keduanya membuka hati mereka, menumbuhkan perasaan yang tak pernah dimiliki sebelumnya. Dua hati yang sama-sama tak berani berkata jujur.

Saat Angel sudah sampai di bangunan tua itu, Angel langsung menaiki tangganya. Dan benar saja, Zidane sedang duduk di sana.

Matanya terpejam. Entah apa yang ada di pikirannya, Angel bahkan tidak bisa menebaknya.

"Zidane?" panggil Angel pelan.

"Angel? Kenapa lo di sini?"

"Karena gue takut lo tiba-tiba ngelakuin hal yang aneh-aneh. Kita belum pergi ke Perancis sama-sama, lo ga boleh tinggalin gue gitu dong."

Zidane berdiri, memegang bahu Angel dan mengatakan, "Pulang, Angel. Gue lagi mau sendiri."

Angel menatap mata Zidane dalam dan mengatakan, "Gue tau lo itu lagi punya masalah dan lo itu lagi ga pengen sendiri. Lo justru butuh orang buat nemenin lo, nenangin lo kan? Makanya gue di sini, Zidane. Tolong biarkan gue jadi tempat lo bersandar. Sekali aja cukup, Zidane." Angel memeluk Zidane erat.

"Zidane, kalau lo mau nangis, nangis aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Zidane, kalau lo mau nangis, nangis aja. Gue ga ngejek kok. Cowok juga bisa nangis, soalnya cowok itu bukan superhero yang gabisa nangis." Air mata Zidane satu per satu mengalir di wajahnya, membasahi baju Angel.

Hujan juga turun menemani keduanya, ikut merasakan kesedihan yang Zidane rasakan. Mungkin jika hujan adalah seorang manusia, hujan akan memeluk Zidane erat seperti yang Angel lakukan.

"Zidane, kita pulang ya? Sekarang hujan dan gue gamau lo sakit."

Zidane menggeleng. "Gue gamau pulang. Gue gamau ketemu papa dan calon istrinya."

"Pulang, Zidane. Nanti lo sakit, sekarang lagi hujan."

"Kalau lo mau pulang, lo pulang aja. Dan gue milih tetap di sini. Gue bukan cowok yang langsung pingsan kalau kena hujan."

"Zidane, tolong jangan keras kepala. Semua orang lagi khawatir sama lo, Zidane."

"Gausah bohong, Angel. Mereka ga bakal khawatir sama gue, ga peduli malah."

"Yaudah, terserah lo. Kalau lo gamau pulang ke rumah lo, lo bisa ikut gue pulang ke rumah gue. Gimana?" Akhirnya Zidane mengangguk.

Keduanya segera masuk ke dalam mobil dan dalam sekejap mobil itu meninggalkan bangunan tua tadi.

***

Orang tua Angel terlihat khawatir dengan Angel dan Zidane saat melihat keduanya pulang dengan basah kuyup. Keduanya langsung di suruh mandi, agar tidak demam.

Angel mengajak kedua orang tuanya ke kamar orang tuanya untuk mengobrol tentang Zidane.

"Pa, Ma, Zidane nginap di sini boleh?"

"Papa sama mama sih ga masalah, tapi takut orang tuanya dia justru cariin dia, gimana?"

"Nah itu masalahnya. Zidane sama papanya lagi ada masalah gitu. Jadi Angel pikir Zidane mungkin bisa nenangin dirinya?" jelas Angel.

"Oh gitu. Yaudah gapapa kok. Biarin nginap aja, kasian Zidane," ujar mamanya. Angel mengangguk dan meninggalkan kamar orang tuanya, takut Zidane berpikir yang tidak-tidak.

Angel duduk di samping Zidane yang sedang menatap ke depan dengan pandangan kosong. "Zidane mau minum teh?" Zidane menggeleng.

"Zidane lapar ga?" Zidane menggeleng lagi.

"Zidane, jangan geleng terus dong. Lo kenapa sih? Sini kasitau gue, gue bakal denger ceritanya lo."

Zidane menghadap Angel beberapa saat, lalu mengalihkan pandangannya. "Meskipun gue ceritain ke lo, lo ga paham. Hidup lo terlalu simple dibanding kehidupan rumit gue."

"Gapapa, Zidane. Cerita aja, ga dosa kok."

"Gaperlu, Angel. Lagian juga gue baik-baik aja kok, tenang aja."

"Baik-baik apanya?" cibir Angel. Zidane tertawa pelan. Meski hanya tertawa sesaat, Angel tetap senang bisa kembali melihat tawa itu.

***

Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk membaca cerita ini. Jangan lupa vote dan comment-nya ya, saran dan kritikan kalian juga sangat dibutuhkan, buat lanjutin cerita lain!😉

Sincerely,
Fiona

My Coldest BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang