"Bas, perempuan itu emang diciptakan rumit, ya? Gue nggak pernah paham sama apa yang ada di otak mereka. Masalah sepele aja dibikin rumit--"
"Siapa rumit? Bu Aruna?" Tanya Bastian memotong ucapan Arjuna. Lelaki itu mebghembuskan asap vapornya kuat - kuat.
Arjuna terbatuk - batuk karena asap yang kata Bastian enak tersebut. Arjuna kadang tidak mengerti dengan jalan pikir perokok yang bisa menikmati asap nikotin sebagai candu padahal di bungkus rokoknya sendiri pun dituliskan bahwa rokok membunuhmu.
"Lo simpen vapor lo atau gue lempar ke tengah jalan?" Arjuna mengancam Bastian yang kini tengah tertawa sinis.
Baru - baru ini Bastian mencoba vapor. Berawal dari acara ulang tahun temannya, ia ditawari oleh perempuan manis untuk mencoba rokok elektrik. Bastian yang baru pertama kali mencoba itu jelas saja terbatuk - batuk, membuat perempuan manis yang ternyata sepupu temannya itu tertawa mengejek. Sumbu otak Bastian memang terlalu dangkal, ia percaya saja dengan perkataan perempuan itu bahwa vapor akan membuatnya lebih tenang dan rilex. Dan disinilah Bastian dengan candunya. Otaknya telah dicuci.
"Mati lo, Bas, bentar lagi kalau terus - terus hirup itu asap laknat!" Cibir Arjuna.
"Bodo, abisnya enak sih. Nih alatnya gue dikasih gratis juga, mubazir kalau gue tolak."
"Tiap hari makan mie instan, tiap malam minumnya kopi hitam kalau lagi begadang sama abang kost, sekarang lo mau ngebunuh diri lo sendiri pakai acara ngevapor? Wow, mati ae lu."
Bastian terkekeh. Ia tidak akan menang berdebat dengan Arjuna, yang ada hanyalah nyinyiran Arjuna yang super pedas.
"Oke, lo cerita apa tadi? Cewek ya? Sabar aja, lo harus gigih hadapin mereka. Dan kalau lo mau dapet cewek penurut, banyak! Tuh peju, ada kok tipe - tipe cewek kalem yang ngegemesin--"
"Gue maunya Aruna, Bas! Dia itu unik. Beda sama perempuan lainnya. Tapi gengsinya itu loh, bikin gue pengen jedotin kepala," ringis Arjuna.
"Lo aneh. Serius. Kurang waras lo bisa jatuh cinta sama guru sendiri. Umurnya jauh juga sama lo, Jun. Yakin tuh?"
Arjuna mengangguk mantab, "Lo pasti suka mikir kan kenapa gue suka cewek yang lebih tua dari gue?"
"Iya, kenapa? Pasti lebih menantang dan berpengalam--ADUH! Sakit bego!"
"Eh unta, otak lo ya selain sumbu pendek, lo juga nggak jauh - jauh dari selangkangan!" Amuk Arjuna yang tahu apa yang ada dipikiran Bastian.
"Naif! Lo juga."
Arjuna hanya terkekeh, lalu terdiam. Cukup lama. Ia tengah berpikir keras,menimang - nimang sesuatu yang pasti membuat Bastian penasaran. Tidak biasanya Arjuna bermain rahasia dengannya, pasalnya Arjuna adalah cowok dengan mulut yang tidak memiliki rem. Ya, if you know what i mean..
"Napa lo? Hamilin anak orang?"
"Hus! Amit - amit. Eh bacot lo sekarang lebih para dari gue. Akibat pergaulan tidak baik. Tobat, Bas, sebelum lo mati."
"Gue gampar lo! Udah, cepetan bilang ada apa. Bentar lagi gue mau jemput Ayu," Babas menghembuskan asap vapornya, membuat Arjuna mendelik tidak suka.
Akhirnya Arjuna hanya bisa menarik nafasnya lalu menghembuskannya perlahan - lahan, "Lo tau, Bas?"
"Nggak."
"Bego gue belum selesai ngomong, cuk!" Runtuk Arjuna yang benar - benar dibuat sebal oleh Bastian pada malam ini.
Suasana angkringan mulai ramai karena jarum jam menunjukan pukul sembilan malam. Apalagi sebentar lagi akan ada pertandingan antara persebaya vs arema. Kalau orang Surabaya menyebutnya layar tancap, acara nonton bersama. Dan Arjuna membenci suasana ramai ketika ia hendak saja ingin memberi tahu rahasia terbesarnya kepada Bastian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oedipus [#wattys2018]
Teen Fiction-Wattys longlist 2018- [Oedipus complex dalam aliran psikoanalisis Sigmund Freud merujuk pada suatu tahapan perkembangan psikoseksual pada masa anak-anak ketika hasrat anak untuk memiliki orangtua mereka dengan jenis kelamin berbeda, seperti anak le...