Ya! Hari ini Arjuna resmi bekerja sebagai salah satu pelayan cafe milik Herman. Sedari sepulang sekolah tadi, Arjuna memang sengaja tidak menampakkan diri didepan Aruna. Biar saja guru cantik sekaligus pacarnya itu khawatir. Salah siapa menolak diantar pulang oleh Arjuna. Ya, Arjuna memang se-chilldish itu dan selalu membuat Aruna kesal. Tapi mau dibagaimanakan lagi kalau sudah kepalang sayang? Kalau kata Arjuna sih kotoran anjing milik Athaya bisa seenak coklat yang sering dimakan oleh Widya.
"Jun, nanti kamu bersihkan meja - meja ya." Rathi, pegawai senior ditempatnya bekerja mulai memberikan intruksi.
Tidak ada acara perkenalan karena cafe Herman termasuk cafe terkenal. Tentu saja akan banyak sekali pelanggan yang datang dijam - jam pulang kantor atau sekolah begini. Entah untuk mimun kopi atau hanya numpang wifi yang super duper lancar jaya seperti jalan tol. Yang jelas, Arjuna mulai kebingungan.
"Yang mana mbak? Banyak banget meja kotornya."
Rathi yang memang terkenal tidak ada ramah - ramahnya kepada sesama pegawai itu mencebik kesal. "Lihat itu orang mau duduk dimana. Kalau ada orang duduk terus mejanya kotor harus kamu apain, Jun?"
"Ya bersihkan lah mba--"
"GITU MASIH AJA TANYA! MINGGIR MBAK SIBUK!" Bentak Rathi sembari mendorong Arjuna agar menyingkir dari jalannya
Rasanya jantung Arjuna ingin melompat keluar. Hmm jika saja bukan karena Aruna, ia sudah pasti akan keluar dari tempat ini dan merengek kepada Widya agar memberikannya uang. Tidak perlu bersusah payah membersihkan meja - meja atau menerima bentakan pegawai senior.
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam yang artinya satu jam lagi cafe akan ditutup. Masih ada beberapa pelanggan, tapi cafe sudah lenggang. Tidak seperti tadi yang rasanya kaki dan tangan Arjuna ingin patah saja karena tidak sempat istirahat.
Dengan gerakan perlahan, Arjuna mengeluarkan ponsel dari sakunya. Menimbang - nimbang apakah ia harus membuka pesan dari Aruna atau membiarkannya? Sepertinya pilihan pertama lebih menggoda Arjuna. Ya, Arjuna lemah kalau berhadapan dengan Aruna yang sudah mulai memohon kepadanya. Sebut saja Arjuna ini makhluk bucin sebucin - bucinnya bucin. Get it?
Aruna : juna, maaf
Aruna : bknnya aku gk mau km antarkan plg. Tp aku gk mau melanggar kode etik guru.. apa kata orang kalau melihat kita?
Aruna : seminggu ini juga aku sibuk. Jadi tidak sempat untuk ini itu. Tolonglah jgn bersikap seperti ini
Aruna : ya pokoknya itu alasanku menolak km antarkan pulang seminggu terakhir ini. Aku jg sdh berkali kali menjelaskan kalau kita harus pcrn diam diam. Ini sdh resiko besar yg aku ambil Arjuna
Aruna : jd aku mohon, pahami posisiku. Kita sama sama sulit. I know it right. Hubungan kita ini memang bkn hubungan seperti pada umumnya..
Aruna : just believe me, please..Seketika air mata Arjuna menetes. Ia terlalu bersikap kekanak - kanakan dan egois. Mengingat Aruna yang sudah berani mengambil resiko besar dengan berpacaran dengannya, seharusnya Arjuna tidak bersikap seperti ini. Perasaan bersalah muncul dibenak Arjuna. Ya, ia harus bertemu dengan Aruna dan memeluk pacarnya itu erat. Ia tidak ingin Aruna terbebani dan merasa sedih dengan hubungan yang sudah sulit sejak awal ini. Ia ingin Aruna tahu bahwa memang rasa sayangnya sebesar itu. Tapi namanya lelaki, pasti bingung bagaimana mengekspresikannya dengan benar.
"Mbak Rathi, aku minta bungkus cake sama latte ya! Utang dulu, nanti aku bilang Om Herman," bisik Arjuna sembari terkekeh. Takut seniornya yang lain tahu bahwa ada anak baru yang sudah berani hutang.
Rathi semakin mencebik kesal. "Ya gini ceritanya kalau kerja pakai jalur orang dalam. Sak karep e dewe!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Oedipus [#wattys2018]
Jugendliteratur-Wattys longlist 2018- [Oedipus complex dalam aliran psikoanalisis Sigmund Freud merujuk pada suatu tahapan perkembangan psikoseksual pada masa anak-anak ketika hasrat anak untuk memiliki orangtua mereka dengan jenis kelamin berbeda, seperti anak le...