"Aunty Rein, may i borrow your dog--ADUH!" rintih Arjuna saat tangan lentik Rizky mencubit pinggangnya.
Rein tertawa elegan dengan cara menutupi mulutnya, benar - benar elegan. "Bawa - bawa aja. Aunty lagi day-off, kok. Asal kamu kasih makan, ya. Kalau enggak bisa mati dia. Juga siramin pupnya biar nggak bau."
"Emang yey kira eike tamagochi apa?! Sorry to say, ya, Jujun.. Jadwal i padat, you know? Tinta bisa temanin you!"
Arjuna tidak peduli, ia tetap menarik tangan Rizky untuk ia ajak menemui Bastian di tempat tongkrongannya. Rizky, tentu saja ia berteriak alay macam dirinya tengah diculik oleh pria tampan, rupawan, dermawan, dan hartawan.
Bastian yang melihat Arjuna membonceng orang - orangan sawah dengan pakaian nyentrik itu mengernyit bingung, apalagi Ayu yang tidak percaya Arjuna bisa - bisanya membawa manusia yang masih dipertanyakan jenis kelaminnya. Ya, Bastian memang mengajak Ayu ikut selepas pulang sekolah.
"Lo dateng sama siapa?" Tanya Bastian ketika Arjuna baru saja mendudukan pantatnya di sofa cafe.
Rizky berdeham, buru - buru menyalami tangan Bastian dengan sikap centilnya, "Riska."
Hampir saja tawa Arjuna meledak mendapati wajah bengong Bastian dan Ayu, namun karena tatapan garang Rizky akhirnya ia tidak jadi tertawa.
"Gue bawa dia biar gue nggak merasa jadi nyamuk banget, lah!"
"Santai aja, lah," kata Bastian. Padahal di dalam hatinya ia sungguh canggung jika harus berduaan dengan Ayu.
Rizky berpamitan untuk ke kamar kecil, meninggalkan Arjuna, Bastian, dan Ayu dalam keadaan canggung. Ayu masih belum bisa sepenuhnya memaafkan Arjuna.
"Kemana lo hari ini? Dicari Pak Munaf, tuh. Sering bolos paskib, kan?" Bastian lah yang berinisiatif membuka topik pembicaraan agar kecanggungan mereka tidak berlarut - larut.
"Hehe.. Gue lagi ngehindari Naya yang mepetin gue pas ekskull. Risih."
"Dih, lo itu danton, malah suka ngilang!"
Arjuna tidak peduli. Sebenarnya ia mengajak Bastian bertemu karena ingin membicarakan sesuatu, namun karena Bastian mengajak Ayu, pupus sudah. Tidak seperti rencana Arjuna.
"Yu, diem - diem bae? Ngopi napa!" goda Arjuna yang tidak peka juga tidak sadar bahwa Ayu masih menunggunya mengucapkan kata maaf.
"Garing."
"HAHAHAHA!" Bastian terbahak melihat wajah asam Arjuna. Memang, sahabatnya satu ini memiliki kasta humor terendah yang berujung garing.
"Ngapa, sih, lo dendam banget sama gue? Gue bilangin, ya, Yu.. Nggak baik lo dendam sama orang terlalu lama, marah - marah apa lagi. Bisa kriput lo."
"ARJUNA!" geram Ayu yang semakin membenci mulut ceriwis Arjuna.
"Gue mau kerja, Bas."
"Ha?" Ayu dan Bastian sontak saja menatap Arjuna dengan pandangan yang susah diartikan.
***
Malam, Ar :) lagi ngapain? : Me√√
Aruna : bocah.
Aruna : Jgn ganggu sy sibuk!Yahh.. Padahal mau ajakin makan bebek nelangsa : Me√√
Arjuna menunggu balasan pesannya dengan perasaan amburadul. Ia takut jika Aruna menolak ajakan makan dengannya.
Sementara di lain tempat, Aruna pusing bukan main. Ia memang belum makan, dan cacing - cacing di perutnya sudah berdemo minta diberi makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oedipus [#wattys2018]
Teen Fiction-Wattys longlist 2018- [Oedipus complex dalam aliran psikoanalisis Sigmund Freud merujuk pada suatu tahapan perkembangan psikoseksual pada masa anak-anak ketika hasrat anak untuk memiliki orangtua mereka dengan jenis kelamin berbeda, seperti anak le...