17 - PESTA TOPENG (2)

54 16 0
                                    

Kalau ternyata hadirmu tak pernah dihargai, maka pergilah. Dia tak pernah menginginkanmu ada. -Author-

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Ini dia, yang ulang tahun udah dateng!"

Suara MC menggelegar di ruangan itu. MC yang khusus disewa mama untuk meramaikan ulang tahun Luna.

Dan suara itu membuat seluruh tamu undangan menoleh kearah tangga tinggi, tempat Ratu Semalam itu turun. Tentunya dengan topeng yang melekat di wajahnya dan gaun nya yang indah, ia mampu menarik perhatian seluruh orang disana. Termasuk Fay, Rascal, dan Panji.

Sementara Luna sendiri sibuk dengan gaun yang sedikit menyeret lantai. Ia agak risih, namun juga gugup. Tak pernah ia mengalami hal seperti ini. Melihat banyak balon dalam ruangan luas, lampu yang sangat terang, orang-orang berkumpul sukacita, banyak makanan, minuman, ada musik, dan meriah. "Ma, aduh aku males banget nih kalo cara mainnya kayak gini. Mama kan tau aku gak pede pake gaun-gaunan gini." Bisik Luna kepada mama yang mendampingi nya turun. Saat semuanya bertepuk riuh, ia malah ragu.

"Udah, kamu tetep cantik kok sayang. Dalam keadaan apapun. Kamu kan anak pertama mama yang cantik dan papa yang ganteng."

Seketika Sang Ayah yang berada di sisi sebaliknya tersenyum pede.

"Ih apaan sih mama." Ketus Luna.

Mama hanya bisa terkekeh melihat kelakuan anak sulung nya.

"Sini sini. Kamu berdiri disamping Bang Beno. Kamu mau ngomong apa gitu ke hadapan mereka? Mungkin berterimakasih atau apa? jangan buat mereka nunggu ya. Liat tuh, muka-muka kebelet party udah di depan mata." Goda MC yang diketahui bernama Beno tersebut. Ia mengarahkan Luna untuk berdiri disampingnya dan mengucapkan sepatah dua patah kata kepada para tamu.

"Tegang banget, kalau bingung mau ngomong apa, kamu ikutin aja apa kata otak kamu. Mungkin ada kata-kata yang terlintas mendadak gitu kayak kereta."

Sebelumnya ia menghirup napas dalam-dalam lalu mengehembuskannya. Lalu mulai mengucapkan sesuatu.

"Hai. Oke, gak usah basa basi, gue berterimakasih banget kepada kalian yang udah mau hadir disini. Meluangkan waktunya buat gue. Padahal gue tau bakal ada party gini aja beberapa hari sebelum hari H, makasih banget buat Mama, Papa, dan Sofi yang rela waktunya kebuang cuma untuk nyiapin segala macemnya buat aku, makasih yang sebesar-besarnya."

Ia menghembuskan napas lega. Ups, tapi sepertinya, ada orang dari jauh yang memperhatikan, namun merasa tak dianggap.

"Udah? Segitu doang?" tanya Beno kepada Luna.

Luna berpikir keras, ia merasa melupakan sesuatu saking gugupnya. Gadis itu memutar otak dan ia mulai ingat apa hal yang tadi dilupakannya.

"One more, I must giving big thank you to someone can make nothing be something in my life. Rascal makasih yaaaa."

Luna tersenyum kearah Rascal. Ia langsung tahu cowok itu dimana. Ciri khas nya melekat kuat di ingatan Luna. Setiap parfum yang dipakainya, dan setiap lekuk tubuhnya. Dan cuma Rascal yang berpakaian beda. Jas yang terbuka tanpa pita atau dasi di kemeja nya—yang juga ikut dibuka 2 kancing atasnya. Dengan celana hitam bahan dan agak pas di kaki nya, juga sneakers putih. Bukan sepatu pantopel ataupun jas tertutup dengan dasi atau pita. Padahal Rascal sendiri mengenakan topeng.

Seketika semua orang menengok kearah nama cowok tersebut. Mata mereka menjamah setiap sudut ruangan, dan menemukannya sedang bersandar di tiang penopang dinding sayap kanan. Ia tersenyum lantas membuka topeng mata nya. Dan disetiap lekuk senyumnya menunjukkan ketulusan yang begitu dalam. Rasa yang begitu kuat. Dan hati yang begitu erat.

SISTERHOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang