Mau lo menghindar sejauh apapun, kalau takdir bermain dan mengatakan kita akan bertemu, kita bakalan tetep ketemu, Lun -Dione Alverozisky-
Tapi bertemu, belum tentu bisa bersatu, kan? -Aluna Z.A.-
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Rambutnya diikat dua. Kiri dan kanan, walaupun tak seimbang, namun cukup membuatnya terlihat konyol. Apalagi diikat dengan tali rafia dan pita warna-warni yang menghebohkan penampilan gadis itu. Ia dikalungkan sebuah kertas berisi tulisan "Grup Marmut". Tulisan itu menandakan nama kelasnya—lebih tepatnya kelas MOS saat ia baru saja masuk masa putih abu-abu. Di dahi, tertulis nama panggilannya. Luna benar-benar kesal saat itu. Dijemur panas-panasan di tengah terik matahari, membuat kulit menjadi hitam. Apalagi harus ikut semua perintah para OSIS dan senior yang membantu terlaksananya MOS Jahanam itu.
Sesekali Luna menyeka keringat yang meluncur dari kening nya. Jalan jongkok mengitari lapangan sambil membawa kertas karton bertuliskan "cakep dari lahir" bukannya malah membuat hati senang, namun menambah siksaan yang lebih-lebih baginya. Tak lama kemudian, terdengar suara pluit dari ketua MOS. Pertanda kegiatan ketiga ini selesai dilaksanakan. Sungguh, menjadi bahan tontonan anak kelas 11 dan 12 itu amat tak enak.
"Saya kasih waktu istirahat 30 menit. Setelah itu kembali ke kelas masing-masing untuk instruksi selanjutnya!" sorak sang ketua. Dengan hati lega, para peserta MOS—calon murid baru—segera berhambur ke segala penjuru sekolah. Ada yang pergi ke kelas untuk sekedar ngadem di depan AC, ada yang duduk-duduk di pinggir lapangan, ada juga yang pergi ke kantin. Diantara mereka ada Luna, Fay, dan Vanya.
Ditengah perjalanan, Luna yang asyik mengobrol tak sengaja menabrak tubuh seorang cowok. Membuatnya agak merasa bersalah karena tak berhati-hati saat berjalan.
"Sori kak..a—aku gak liat..." ucapnya sambil menundukkan kepala.
Cowok itu terkekeh geli. "Eh kok kak? Gue juga anak baru kok. Berasa tua deh." Balasnya sambil mencoba melihat wajah Luna.
"Oh kirain. Eh, btw maaf ya, gue gak sengaja."
"Santai aja...kalo boleh tau lo dari grup mana? Luna?," cowok itu mengulurkan tangannya. Ia terlihat lucu dengan topi kerucut karton yang melekat di kepalanya.
Jantung Luna berdegup kencang. Darimana cowok itu tahu namanya? Ia tak pernah sedekat ini dengan teman baru—apalagi cowok. Dengan Fay dan Vanya saja butuh 3 hari untuk dapat akrab, apalagi ini?
"Gue dari Grup Marmut. Lo kok tau nama gue?" Kata Luna sambil memmbalas tanda perkenalan dari cowok itu. Lalu cowok di depannya menyentil pelan dahi Luna. Membuat gadis itu mengaduh kesakitan.
"Gue Panji, gue liat di dahi lo. Gue juga di grup itu, kita samaan berarti."
Luna mulai mengerti dan agak sedikit merasa lucu, kenapa ia bisa lupa kalau di dahi nya ada nama panggilannya.
"Oh iya-iya maaf, haha. Tapi kok gue gak liat lo ya dari kemaren?"
Cowok yang bernama Panji itu langsung cengar-cengir kuda, "gue telat mulu hehe."
Luna mengangguk mengerti.
"Eh, kita gak disapa nih? Masa dia doang..." celetuk Fay tiba-tiba. Ia berhasil mencairkan suasana.
"Oh iya maaf, nama kalian siapa? Dari kelas mana?," Panji mengulurkan tangan. Ia menanyakan nama mereka karena tulisan spidol di dahi Fay dan Vanya memudar, sehingga tak begitu jelas terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTERHOOD
Teen Fiction[Keaslian cerita ini hanya dipublish di https://www..com/user/Ichannisazhr selain itu adalah hasil copy paste, plagiat, dan menjiplak tanpa usaha.] Cinta. Apakah di dunia ini ada seorang yang benar-benar tahu apa arti 'cinta' yang sesu...