Gue aja yang cuma sahabat, bisa sewaktu-waktu nyerah buat dapetin Luna karena gue tau, setiap orang punya hati dan pemiliknya masing-masing, mereka tahu dimana hati itu akan berlabuh. Kalo lo nikung Luna, sama aja lo merenggut hak kepemilikan hati itu sendiri, sama aja kayak lo membiarkan kakak lo sendiri kehilangan prioritas nya dia. -Panji Oliver-
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Kenapa mau ketemu sama gue?," Panji bersandar di bangku taman sambil menoleh sekali kearah gadis yang berada di sebelahnya.
"Gue cuma mau cerita sesuatu aja."
Cowok itu menganggukkan kepalanya sambil menikmati kunyahan permen karet rasa bubblegum di dalam mulutnya. Di taman senja itu, Sofi tengah duduk berdua dengan seorang perjaka bernama Panji. Panji yang cuek, Panji yang pintar, Panji yang terkadang kutu buku, dan Panji yang suka membantu.
"Kak, lo suka gak sama Kak Luna?,"
Pertanyaan yang datang tiba-tiba membuat Panji tersedak permen karetnya sendiri. Lalu berupaya keras memuntahkannya. Ia membenarkan posisi duduknya menjadi lebih tegak. Entah karena tegang atau kaget.
"Kok tiba-tiba lo nanya gitu?"
"Karena gue pengen tahu yang sebenernya."
"Ada noh di tukang sayur seribu satu. Ada tahu kuning sama putih, tinggal pilih." Panji masih berpura-pura cuek dengan omongan Sofi.
Sofi memasang ekspresi aneh terhadap jawaban Panji. "Serius ih, ini bukan guyon."
"Lagian sih lo ada-ada aja. Mana mungkin gue suka sama Luna yang jelas-jelas disukai juga sama Rascal."
Sofi mengernyitkan dahi. Ternyata selama ini rencananya untuk menjauhkan Rascal dengan Luna tidak meleset, karena mereka memang pantas untuk dijauhkan agar Sofi bisa mendapatkan Rascal.
"Apa hubungannya sama Rascal?"
"Nanya lagi. Eh, Rascal tuh sahabat gue, gak mungkin lah gue ngambil cewek yang dia suka, sama aja gue nikung dia dong? Harusnya gue malah bantuin."
"Terus kenapa lo gak bantuin dia, Kak?"
Panji bungkam seribu bahasa. Kau tahu alasannya kenapa? Karena orang yang selama ini Panji suka adalah orang yang sama dengan orang yang Rascal suka. Sunshine yang sering disebut-sebut Panji tak lain adalah, Luna.
"Yaa udahlah gak usah dibahas. Lagian kenapa sih? Lo suka sama Rascal?"
Kenapa terlalu banyak suasana awkward sih diantara mereka?
Sofi menarik nafasnya dalam-dalam. Bersiap memulai segala cerita panjangnya. Dengan satu kata singkat. Satu kata yang memiliki ribuan arti, mewakili jutaan perasaan, dan mengangkat seluruh kenyataan yang ada. Tanpa dilebih-lebihkan, atau dikurangi.
"Iya."
***
Sore itu. Hanya sebuah rumah pohon yang berdiri kokoh yang menjadi saksi bisu percakapan antara Rascal dengan Luna. Rumah pohon yang dibangun dari mereka masih polos-polosnya, hingga kini mereka mengetahui banyak hal tentang perasaan, sakit hati, dan jatuh cinta. Rumah pohon kokoh setiap diterpa panas atau hujan. Rumah pohon yang tak pernah ambruk saat dihujani dengan banyak cobaan. Rumah pohon yang harusnya mulai rapuh termakan usia dan waktu malah semakin membuatnya kuat. Rumah pohon besar dan tegar. Rumah pohon yang telah melihat segala hal yang terjadi. Rumah pohon yang biasanya jadi pelampiasan amarah Luna, atau tempat biasa Luna menangis. Rumah pohon itu jika diibaratkan dengan suatu hubungan, ia sangat mirip dengan hubungan antara Rascal dengan Luna.

KAMU SEDANG MEMBACA
SISTERHOOD
Novela Juvenil[Keaslian cerita ini hanya dipublish di https://www..com/user/Ichannisazhr selain itu adalah hasil copy paste, plagiat, dan menjiplak tanpa usaha.] Cinta. Apakah di dunia ini ada seorang yang benar-benar tahu apa arti 'cinta' yang sesu...