Cewek itu punya derajat yang lebih tinggi, dan lo harus menghargainya! -Rascal A.P.-
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Luna duduk di atas rumah pohon tempatnya biasa bersantai. Ia menggantungkan kakinya ke bawah. Lalu menatap lurus kedepan, menikmati angin semilir yang menyapa ujung-ujung rambutnya. Merasakan bulu tangan yang berdiri merasakan hawa dingin tak menentu. Tatapannya kosong. Semua pikirannya berputar. Masa lalu yang hanya dinikmati beberapa saat. Dion itu ibarat first love nya Luna. Tapi saat ia tahu bahwa cinta pertamanya direbut oleh sahabatnya sendiri, rasanya bagai ditenggelamkan di palung laut terdalam di dunia.
Ia ingat saat-saat bersama Dion. Walaupun cuma sementara, tapi saat pertamakali masuk SMA ini Luna mudah baper. Semuanya seperti film yang berputar tanpa henti di otaknya. Dion yang menggendongnya ke UKS, Dion yang menemaninya, Dion yang pertamakali membantunya di kedai es krim, Dion yang mengajaknya ngobrol saat ia mengabsen, dan Dion-Dion lainnya. Termasuk saat Dion menyelamatkannya dari para buaya darat—Utha dkk.
Ia ingat satu perkataan Dion di UKS. Saat mereka tengah bercengkrama dan tertawa sambil menikmati es krim bersama.
"Lun. Saya gak pernah pacaran loh. Saya pengen banget punya cewek yang tipe nya kayak kamu gitu."
"Hah? Kenapa?" tanya gadis itu sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Ya gitu. Kamu itu baik banget sama temen kamu. Terus kamu cantik."
Luna mendengus kesal.
"Gombal hih. Jijik banget ew."
Dion sok memasang wajah kebingungan. "Saya serius. Saya pernah mikir gini, gimana kalo suatu saat nyawa saya tiba-tiba aja udah diambil sama tuhan. Terus emang tuhan gak kasih saya kesempatan buat hidup lagi. Entah karena tuhan gak mau saya punya cewek, atau emang saya ditakdirin buat gak ngerasain sakit hati. Gimana kalo tiba-tiba saya tidur, dan saya udah bangun di tempat yang berbeda. Tempat asing yang gak pernah saya kunjungi."
Luna terdiam. Merasakan es krim nya agak meleleh. Suasana disana terasa panas. Namun juga sendu. Perkataan Dion berhasil membuat Luna berpikir, bahwa mungkin ia juga ditakdirkan sesuatu yang sama, gak bisa punya cowok, atau emang gak di izinin untuk ngerasain sakit hati. "Gak boleh ngomong gitu, kak. Luna yakin kok Kak Dion pasti bisa dapetin seorang cewek untuk dampingin hidup Kak Dion. Entah itu untuk sementara, atau untuk selamanya."
Dion tertawa. "Kalo gitu, kamu aja yang jadi pacar saya, mau?"
Nafas nya tertahan. Hatinya terus berdetak tak stabil. Emosinya naik turun. Harus secepat itu? Sementara ia saja belum kenal dekat dengan Dion. Belum tahu seluk beluk anak itu. Dan masih bingung tentang apa yang harus dikatakannya.
Dion yang merasa ada atmosfer terguncang diantara mereka, langsung mengalihkan perhatian. "Kebahagiaan terbesar adalah saat melihat orang yang kita cintai bahagia. Jadi jangan pikirin omongan saya, nanti kamu stress terus lupa bahagia, saya bercanda aja kok hahah."
Sama ae dung dung.
"Oh kirain beneran hahaha." Tawa garing keluar dari mulut Luna tanpa ia sadari. Tapi justru itu yang membuat Dion tertawa senang, ia senang melihat Luna tersenyum. Ia juga senang melihatnya tertawa, terlebih mendengar tawa nya yang lucu.
"Gimana kalo tuhan emang gak ngasih kesempatan gue buat hidup lagi? Entah karena tuhan emang gak mau gue punya cowok, atau gue di takdirin buat gak sakit hati. Tapi sakit hati soal apa? cinta? Cinta itu sebenernya apa sih?" ujarnya mengulang kata-kata Dion yang terlintas hebat di benaknya. Mengalir begitu saja. Sampai saat ini, Luna masih tak mengerti apa tujuan ia diberikan ujian semacam ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
SISTERHOOD
Teen Fiction[Keaslian cerita ini hanya dipublish di https://www..com/user/Ichannisazhr selain itu adalah hasil copy paste, plagiat, dan menjiplak tanpa usaha.] Cinta. Apakah di dunia ini ada seorang yang benar-benar tahu apa arti 'cinta' yang sesu...