14 - BENANG YANG PUTUS (2)

57 17 6
                                    

HAPPY FOR YOU!

Author Note : Suratnya dibaca ya, pelan-pelan. Don't forget to play the music.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

5

"Bagi saya, liontin merah tadi tidak ada gunanya. Sekarang kamu lihat jahitan yang tertutup noda darah kering di boneka itu. Lalu buka jahitannya. Ada sesuatu di dalamnya." Rascal mengomandokan Luna yang kemudian sibuk mengamati benang putus disana.

4

"Oh iya ada." Luna bergumam. Perlahan, ibu jari dan telunjuknya bekerja menarik benang putus itu. Namun sesekali ia melirik, Tante Nita kini tersenyum, namun tidak menakutkan, senyumnya kembali ramah seperti awal mereka kenal. Tapi Luna harus tetap waspada, bisa saja ini taktik.

3

Tangan Luna lalu merogoh masuk kedalam tubuh boneka teddy bear itu, penasaran dengan apa yang ada di dalamnya. Dan ia merasakan sesuatu yang dingin...berbentuk. Hati-hati, ia siap mengambil benda yang ia belum ketahui jelas apa itu.

2

Muncul sesuatu. Sebuah kalung.
"Kalung ini..." Kalung manis yang ia kenal, yang sempat ia beli bersama Panji saat itu. Dan ternyata itu...

1

 .

 .

 .

12 Agustus 2017, 00.00 A.M.

DUAR!!

DUAR!!

Luna terlonjak kaget, matanya menatap angkasa, banyak kembang api bermekaran disana. Bersama ratusan bintang yang bersinar jauh lebih indah dibandingkan pelangi. Dan ia baru sadar, lilin-lilin disana membentuk tanda hati.

"Luna, Happy Birthday."

Ia menoleh. Kini, ada seorang laki-laki, tengah bersimpuh dihadapannya, menyerahkan sebouquet bunga mawar merah sambil tersenyum.

Laki-laki yang tadi ia anggap aneh, laki-laki yang sempat membuatnya takut, laki-laki yang dari dulu ia anggap 'idiot' karena tingkahnya, laki-laki yang selalu ada di dekatnya, laki-laki yang ia selalu anggap lebih dari sahabat, laki-laki yang bahkan selalu spesial di hadapannya, dan laki-laki itu sekarang ada di depan matanya.

Tak terasa, ada air hangat yang mengaliri pipinya. Namun seulas senyum bahagia terpancar di wajahnya.

"Lo—jadi ini bohongan—sumpah ini..."

"Ambil." Rascal menggoyangkan bouquet bunga yang digenggamnya, berharap Luna segera mengambilnya.

Tangannya gemetar, namun bukan karena takut, melainkan bahagia. Ia arahkan salah satu tangannya mengambil bouquet bunga tersebut dengan tangan yang satunya masih memegang boneka dan kalung.

"Makasih banyak."

Tanpa sadar, Luna langsung menghambur memeluk sahabatnya itu, walaupun ia masih sibuk memegang bucket bunga, boneka, dan kalung. Masih menangis, bahkan bisa disebut terisak. Pelukan itu dibalas oleh Rascal. "Nangis aja gak papa. Gue tau lo capek, hehe."

Isakannya mereda, pelukannya mulai terlepas perlahan. "Lun, ada kartu disana. Baca ya." Sedetik kemudian, Luna langsung buru-buru mencari kartu yang terselip diantara bunga-bunga. Kartu kertas yang digulung. Berwarna merah muda, yang ditulis dengan tangan.

"Panjang sih, tapi gue harap, lo mau baca, ya?"

Luna menatap Rascal sebentar. Sorot mata yang selalu ia sukai.

SISTERHOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang