[Keaslian cerita ini hanya dipublish di https://www..com/user/Ichannisazhr selain itu adalah hasil copy paste, plagiat, dan menjiplak tanpa usaha.]
Cinta. Apakah di dunia ini ada seorang yang benar-benar tahu apa arti 'cinta' yang sesu...
"Kak, maafin Sofi..." Gadis itu duduk di ranjang Kakaknya. Namun Luna membalikkan tubuh dan tak ingin menatap adiknya sama sekali.
"Kaak ih..." Ia berjalan menuju arah sebaliknya. Mencoba membujuk bayi raksasa yang sedang merajuk diatas kasurnya.
"Kak Sofi janji deh gak bakal naik ataupun nyentuh rumah pohon itu lagi...tapi please, jangan marah sama Sofi..." Suara Sofi tersendat. Seperti anak kecil yang meminta sebuah balon.
Tetap tak ada pergerakan dari Luna. Dihatinya, ada 2 rasa yang mengganjal. Yang satu antara ia yang masih kesal dengan kejadian siang tadi. Kedua yang lebih besar, mood nya berubah drastis saat mendengar pernyataan dari Rascal. Bahwa ia, menyukai Sofia. Entah ada apa yang kambuh dalam dirinya, Luna tetap merasa ucapan Rascal tadi seperti api. Omongan yang tanpa ia tahu sebab karenanya keluar begitu saja dari bibir cowok itu. Apalah hak Luna? Pacar bukan, cuma sahabat. Mau marah buat apa? mau nangis gak bisa, mau kesel kayak apapun, tetap ia tak memiliki hak di hati Rascal. Ia tak bisa melarang Rascal ini itu. Termasuk urusan mencintai seseorang. Why? Bcs ia tahu diri, Luna bukanlah siapapun bagi Rascal kecuali sahabat.
"Kak..."
"Yaudah, maaf kalo aku salah. Intinya, Sofi udah minta maaf. Tapi, kata Mama kita ini kan saudara. Harus saling menghargai. Jadi, terserah mau Kakak maafin aku atau enggak."
Sofi kali ini menyerah. Ia melangkah keluar dari kamar Luna. Baru saja memegang gagang pintu, Luna memanggil Sofi pelan. Sontak menyebabkan wajah Sofi kembali tersenyum dan langsung berbalik.
"Lo bikin ulah apa sih sama Rascal?"
"Apanya? Apaan?"
"Sofi ngapain sama Rascal?"
Sofi kaku kebingungan. Maksudnya apa?.
"Apa sih kak?"
"Bener gak tau?"
Sofi menggeleng. Luna berbalik dan duduk. Kamar tersebut gelap dan dingin. Menambah suasana mencekam diantara keduanya. Luna sengaja mematikan lampu kamar dan menyalakan AC. Entah apa yang ada di pikirannya.
"Rascal suka sama lo. Cinta. Tau?"
Sofi benar-benar beku. Dingin. Angin semilir hanya numpang lewat disekitarnya. Dengan keadaan masih terdiam di pintu kamar. Tanpa ada siapapun di rumah tersebut. Mbok Darmi sudah Pulang, Mama dan Papa belum kunjung kembali.
"Hah?"
"Iya, RASCAL SUKA SAMA LO! DIA SUKA SAMA LO! DIA NAKSIR, D—an bahkan... dia cinta sama lo."