Mata itu, tidak pernah bisa berbohong. -Author-
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Gitu deh...oh iya, Luna, lo mau cerita apa tadi? Abis ketemu siapa?"
Suara seseorang dari sebrang telepon terdengar lembut namun agak nyaring. Ia menceritakan kisah masa lalunya, bagaimana ia bisa mengakui kesalahannya terhadap Luna. Dan memperbaiki logika Luna yang masih bingung kenapa Fay tiba-tiba datang tanpa rasa bersalah.
"Gue—"
"Gue tadi ketemu lagi sama Dion."
Hening.
"Helawww seriusan? Boong lo boong. Masa iya? Dia bisa ketemu lo dimana?"
"Bukan ketemu, sengaja bertemu. Dia nelfon gue dan minta ketemu gitu aja."
"Terus lo iya-in?"
"Ya...iya"
"Harusnya tuh gak usah lo tanggepin. Udah tau dia mantan Vanya, dan mereka putus gara-gara Dion yang kasar sama Vanya a.k.a. pacarnya sendiri. Apalagi nanti sama lo yang bukan siapa-siapanya?"
Jantung Luna berdegup cepat mendengar kalimat yang mengalir terus dari suara Fay. Benar. Namun ada sedikit sakit menusuk ke hati nya saat mendengar Fay berkata seperti itu.
"Iya lo bener. Tapi mau gimana lagi?"
"Gimana? Ya pasti lo harus—apa Bunda? Oh iya sebentar—Eh Lun gue mau keluar bentar ya, disuruh beli sesuatu sama Bunda. Nanti lanjut lagi deh. Bye."
----TUUT----
Luna menghembuskan nafas nya. Tengkuknya sedikit berkeringat dingin. Sebenarnya, sejak Fay menelepon nya untuk menjelaskan sesuatu secara tiba-tiba, pikirannya masih terus membayangkan kejadian dua tahun lalu. Belum lagi tadi sesaat dia jalan dengan Dion, laki-laki itu pun memaksa otaknya untuk menengok peristiwa lalu.
Untuk sedikit me-refreshing pikiran dan tubuhnya, ia memutuskan pergi ke teras depan rumah untuk sekedar duduk.
Ia langsung mengambil posisi ternyaman di kursi putih yang berada di samping pintu. Mata nya mengedar pandang ke sekeliling rumah. Menatap rerumputan yang terhampar di depan matanya. Lalu kembali hembusan angin keluar dari mulutnya. Masalah lagi nih.
Luna kembali membatin. Sembari membayangkan, pertamakali ia kenal dengan Dion sebelum Vanya, dan pertamakali ia sadar akan perasaannya untuk siapa. Ia tergugah akan setiap kata yag diucapkan Dion. Luna rindu dengan Dion saat itu, namun rindu itu juga menyiksanya di setiap detik kesadarannya. Maka, saat itu pula ia memutuskan untuk membenci seorang Dion. Tabu rasanya, membenci seseorang yang sudah terlanjur hadir. Namun rasa tabu itu perlahan hilang saat Rascal kembali menyadarkan Luna tentang keberadaannya.
Luna memejamkan mata. Ia sangat ingin bernafas lega. Dalam imajinasi nya, ia berada di suatu persimpangan jalan yang sulit untuk dipilih. R or D? Rasanya sangat tulus, ia sendiri jadi bingung sebenarnya rasa tulus itupun untuk siapa? Awal pertama ia mencoba menjauh dari Dion, seperti ada yang hilang dari separuh dirinya. Perlahan, rasa hilang itu kembali dilengkapi oleh seseorang yang masuk begitu saja.
Sayangnya, Luna baru menyadari keberadaan orang itu. Semuanya mulai membaik, menjadi sangat baik. Hidupnya lengkap lagi. Pada dasarnya, Luna dan Rascal sama-sama menyimpan rasa.
Mereka saling membuat satu sama lain jatuh cinta berkali-kali.
Kapan rasa itu terungkap?
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTERHOOD
Teen Fiction[Keaslian cerita ini hanya dipublish di https://www..com/user/Ichannisazhr selain itu adalah hasil copy paste, plagiat, dan menjiplak tanpa usaha.] Cinta. Apakah di dunia ini ada seorang yang benar-benar tahu apa arti 'cinta' yang sesu...