33 - KESUNYIAN

146 14 2
                                    

Dipikiranku yang sudah tak menentu, kau akan selalu hidup sebagai sesuatu yang membuatku bersyukur bahwa hidup adalah tentang seimbang.

Ketika kau mencintai dengan baik, maka kau akan dicintai dengan lebih baik.

-unknown-

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Yang gue lakuin tadi bego gak sih?"

Panji menutup wajahnya menggunakan bantal. Ia merenungkan soal kejadian tadi. Apakah yang dilakukannya sudah benar, menolak secara halus dan pamit untuk tidak melakukan aksi jahatnya itu. Ia tak mungkin melanjutkannya, karena ia tahu, akan lebih banyak lagi air mata yang nanti dikeluarkan Luna ketika tahu sahabatnya, yang sangat ia sayangi, yang sepertia juga ia cintai, akan diambil oleh adiknya sendiri. Ia juga tahu, walaupun ia jadian dengan Luna, ujung-ujungnya Panji hanya pelariannya Luna semata.

Kemudian laki-laki berumur delapan belas tahun itu duduk di pinggir kasur. Lalu mengangguk. "Iya udah bener. Gue emang gak bisa nyegah Sofi untuk gak ngelakuin keinginannya, tapi gue bisa, bantuin Luna bangkit saat dia terpuruk karena Sofi, karena adiknya sendiri." Panji yakin dengan keputusannya saat ini.

"Oh iya..."

Ada satu hal lagi yang harus dilakukannya. Kembali merubah pandangan Luna seperti sediakala. Ia harus jujur, dengan tidak membawa-bawa Sofi. Gadis kecil itu hanya belum dewasa dan belum merasakan sakitnya, nanti mungkin Sofi juga mengerti.

***

"Kenapa?"

Luna diam, memperhatikan wajah kedua sahabatnya yang kini terlihat haus akan kisah.

"Gue tadi ngeliat Rascal, sama adek gue rangkulan gitu, Sofinya sih juga malah megangin tangan dia. Gelayutan manja gitu."

"Terus?" Vanya masih belum peka, sementara Fay sudah mengerti kalau sebenarnya Luna memang sudah lama mempertahankan Rascal, itu alasannya tidak mau melepas Rascal jadian dengan dirinya. Ya, tak lain, karena Luna sayang dengan sahabatnya itu. Rasa sayang yang lain.

"Pantes gak sih gue cemburu?"

"Pantes." Fay menjentikkan jarinya.

"Pantes sih kata gue. Emm—dari cerita lo beberapa waktu lalu, dan sekarang, gue simpulin lo cinta ya sama dia?" Vanya menambahkan.

"Enggak. Cinta itu gak ada. Yang mereka anggap cinta sebenarnya hanya ilusi perasaan semata. Merasa sayang dan nyaman, lalu terbang tinggi-tinggi ke udara, itu sebuah definisi yang disalah artikan menjadi cinta."

"Iya deh iya, apa kata lo. Terus mau gimana? Lo mau larang Sofi deket sama Rascal?"

Luna mengangkat kepalanya. Menggeleng, lalu tersenyum.

"Enggak. Gue cuma butuh kalian disini, butuh temen cerita dan ngasih saran ke gue. Umm—Fay, Vanya...mau nginep di rumah gue selama dua hari kedepan gak?"

"Bonyok?"

"Ke Puncak tiga hari ini. Mau ya?"

"Oke sih gue." Vanya setuju-setuju saja dengan ajakan Luna.

"Boleh deh. Nanti sore gue dateng ke rumah lo jam empat."

"Gue juga."

Luna tertawa senang, ia bahagia, kini mereka tumbuh dewasa, sahabat-sahabatnya kini mulai baik kepadanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SISTERHOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang