Kau hanya sanggup di sembuhkan oleh yang pernah terluka,
Diperbaiki oleh yang pernah patah.
Karena mustahil ia mengerti tanpa pernah merasa. -Unknown-
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Orang itu mengadahkan kepala. Menghadap kearah Luna. Tersenyum. Iya, senyum itu sangat dikenali Luna.
"Luna, kan?"
Vanya, menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Dengan gugup Luna menyambutnya.
"I—ya." Lalu Luna tersenyum.
"Umm—kok krik banget. Ayo dong ngobrol ngobrol apa kek gitu." Ucap Fay sambil setelahnya tertawa renyah. Ia tahu, sangat sulit bertemu dengan orang yang memiliki ribuan kenangan pahit tentang kita. Kenapa? Iya, secara Luna pertama lost contac adalah dengan Fay. Kalau saja sewaktu ia dengan Luna bertemu di pesta ulang tahunnya Luna, Fay bertingkah kaku dan menganggap Luna sebagai musuh atau orang yang baru kenal, mereka mungkin tidak akan kembali dekat. Untungnya, ia mampu mencairkan suasana dengan melakukan hal 'tak terduga'.
Sayangnya kali ini, Vanya terlalu kaku, begitu juga dengan Luna.
Begitu lagu terhenti, konsentrasi Sofi pun menghilang. Lalu ia sadar sesuatu begitu menoleh kearah orang-orang di dekatnya.
Gue tau ini susah.
Ia tahu suasana seperti ini bukanlah dambaan seseorang. Jadi,
"Wah halo kak, aku Sofi. Kakak temennya Kak Luna ya?"
Terlihat sok kenal memang, dengan cuek nya ia langsung bersalaman dengan Vanya. Vanya pun masih bingung dengan yang diperlakukan Sofi terhadap dirinya.
Ia hanya tersenyum. "Vanya. Temennya Luna."
Sofi langsung berpura-pura mengusap pipi kanannya sambil diam-diam berbicara sesuatu, dan memberi kode mata kepada Fay, yang ada di hadapannya sekaligus agar tak terlihat oleh Vanya dan Luna yang berada di samping dan depan kanannya. Fay mengangguk, ia mengerti perlakuan Sofi ini semata-mata hanya untuk mencairkan suasana.
"Sofi! Gak boleh gitu ah kamu, gak sopan tau." Luna menyenggol Sofi dan berbisik di telinganya.
"Ye—"
"Udah, gak apa-apa, Lun. Lagian dia kan cuma pengen kenal sama gue, ya kan?"
Sofi mengangguk.
"Tau nih, Lun, biarin aja Sofi."
"Iya deh iya..." Luna mengalah sambil terkekeh, merasa dirinya di pojokkan, namun hanya sekedar candaan.
Luna tahu, ia harus bertanya sesuatu kepada Vanya.
"Vany—"
"Iya?"
"Lo berapa lama di Amsterdam?"
Vanya meletakkan handphonenya dalam keadaan mati. Merasakan sesuatu yang mulai privasi, Sofi segera mengerti. Ini adalah privasi diantara tiga perempuan itu.
"Gue—"
"Kak, aku mesenin kalian makan atau minum ya, ada yang mau apa gitu?"
Omongan Vanya terpotong. Suasana serius seketika hancur. Ya, ini terpaksa ia lakukan agar ada alasan untuknya pergi.
"Gue mau lemon tea satu!" Fay masih bersikap biasa saja, padahal ia menyembunyikan suatu kekhawatiran.

KAMU SEDANG MEMBACA
SISTERHOOD
Ficção Adolescente[Keaslian cerita ini hanya dipublish di https://www..com/user/Ichannisazhr selain itu adalah hasil copy paste, plagiat, dan menjiplak tanpa usaha.] Cinta. Apakah di dunia ini ada seorang yang benar-benar tahu apa arti 'cinta' yang sesu...