(Lalisa)
"Hiks! Hiks! Hiks!" Lalisa berjalan gontai. Ia merogoh tas sampingnya dan mengambil tisu pemberian Rosé.
"...sedia payung sebelum hujan..."
"Roséanne ... Hiks ... Hiks ..." Ia melingkarkan tangannya pada tubuhnya. "Dingin sekali, Ros. A-Aku ... Hiks butuh mantel tebal juga." Lalisa sesegukan. "A-Aku kedinginaann, Roséaneee..."
Bambam memang telah memesankan taxi, tapi ketika taxi itu datang, Lisa justru mengusirnya pergi dan hanya mengganti biaya kerugiannya saja. Ia tidak bisa naik taxi dalam kondisi seperti ini.
Di balik maskernya dan topinya, ia terus saja menangis. Jaketnya seolah tidak mampu menghalangi dingin masuk dalam tubuhnya. Ia terus menggigil.
Ia tidak membawa ponsel. Begitu bodoh. Ia tidak bisa menghubungi siapapun saat ini. Bagaimana ini?
Kakinya sedikit gemetar. Lalu ia jatuh terduduk di trotoar. "Hiks ... Hiks ... Hiks ..." Ia menangis semakin kencang. Tidak peduli tatapan sekitar terhadapnya. "Huaa ..."
Ia memukul-mukul dadanya. "A-Aku telah menyakiti sahabatku. Aku-Aku sangat jahat padanya. Maafkan aku ... Hiks ... Maafkan aku Bambam."
"Aku harus mengikuti hatiku. Tapi, ha-hatiku ... Hiks ... mem-buatmu sa-sakit. Huaa ..."
"Mianhaaee ..."
⚫⚫
Sesakit apapun keputusan hatimu, tapi hatimu itulah yang paling jujur, maka jangan kecewa.
Ada hal yang memang tidak bisa kita kendalikan ketika kita ingin, yakni air mata. Air mata selalu mengikuti kata hati bukan logika.
Yang terburuk dari yang terburuk adalah berpura-pura, karena mereka yang berpura-pura adalah seorang pengecut. Jadi, lebih baik berterus terang walaupun menerima sakit yang teramat dalam.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Second story before ending ...
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STAR 🍃 LALISA [end]
FanfictionSemuanya baik-baik saja sampai aku bertemu dengannya dan aku yang semakin dekat denganmu. Meskipun di sisi lain ada seseorang yang menantikan hatimu untuknya. Seseorang yang mungkin sangatlah dekat denganku. Sejak saat itu semuanya menjadi tidak bai...