OYR// 7. Remember When

19 4 0
                                    

'Bayanganmu seakan tak pernah ingin hilang begitu saja, tapi, setiap aku bertemu denganmu, rasa sakit itu ada, bagaimana bisa kau tak mengenaliku'

Yongky pov

Aku memarkirkan motorku di garasi rumahku. Aku langsung masuk kedalam rumah, dan menaikki tangga yang menuju tempatku istirahat dengan segala aktifitas dunia.

Membayangkan wajah kecil dulu yang selalu ada berasamaku. Wajah kecil yang selalu membuatku rindu. Wajah kecil yang selalu dihiasi senyuman manisnya. Wajah kecil yang cantik, dan polos.

'papa, antelin aku kelumah asyah, papa' rengek manjaku saat aku merindukan teman kecilku itu. Yah, namanya anak kecil cadel lah ya, lllll, nggak bisa rrrrr.

'nanti ya ki,' jawab pria tua yang dulu, mengajakku pergi. 'tapi, ini yang terakhir ya ki,' lanjutnya yang membuatku langsung tersentak dan berdiri menatap wajah itu.

'telakhil?' tanyaku. Yang ingin memastikan pendengaran ku tidak salah.

'iya sayang.' jawaban itu langsung membuat mataku memanas, hati ku terasa tidak rela untuk meninggalkan perempuan yang bersamaku. Ayah kita berteman, tapi, itu juga yang membuat aku menjadi harus jauh dengan dia. Ayahnya bekerja diperusahaan ayahku.

'kenapa? Papa? Kenapa jadi yang telakhil?' tanyaku dengan isakkan sedikit, dan hidung ku yang sudah mengeluarkan suatu cairan bening.

'karena papa ada urusan yang mendesak' aku tak mau tau penjelasan papaku, aku langsung menghambur ke dalam kamar mama. Yang ternyata sudah membereskan semua baju-baju yang akan dibawa.

Langkah kecilku, tersendat-sendat dengan isakkan yang masih terasa. Isakkan ku menghentikan pekerjaan wanita yang cantik yang sedang membereskan semua barang-barangnya. Mama ku menengok kebelakang. Melihatku yang sedang terisak oleh air mata.

'sayang kenapa? Apakah sayang lupa apa yang dikatakan sama mama dan papa?' tanyanya, tapi aku tetap menangis dan menghambur ke pelukakannya.'anak cowok itu nggak boleh nangis, kalo nangis, lalu yang akan menghapus air mata orang yang kamu sayang gimana?' kalimat yang hanya tercerna olehku dengan pemikiran ku saat itu, membuatku meleram tangisanku.

'ma, kenapa harus pelgi?' tanyaku.

'papa lagi ada urusan disana sayang, lagian kita nggak jauh jauh amat dari indonesia, kita kan cuman pindah ke singapur, nanti kalau papa sudah selesai dengan urusannya, kita balik lagi, yah, jangan nangis lagi ya' mama ku menenangkan ku, dia mengecup keningku.

'tapi ma, kalau aku pelgi yang njagain asyah siapa? Dia nanti sedih, lalu yang hapus ail matanya siapa? Kiki sayang sama asyah ma' wajah polos dengan ucapan keluguan nya bisa menyentuh hati mamaku. Mamaku juga berkaca-kaca akan kepindahannya.

'nanti kita pamit sama asyah ya sayang' ucapnya.

'kita belangkat kapan ma?' tanyaku.

'lusa, jadi besok kiki juga masih bisa bertemu sama asyah, kiki senang sayang?'

'iya kiki senang, tapi kiki akan sedih jika melihat asyah nangis nanti, tau kalau kiki ninggalin dia' wanita tua itu kembali memelukku erat.

'yasudah kiki tidul ya, udah malam, besok sekolah, dan pamitan sama asyah' kiki hanya berdiri dan mengangguk.

'kiki sayang mama' aku mengecup pipi mamaku dan kembali kekamarku.

Papaku masih sibuk dengan telponnya dari tadi. Entah siapa yang menelepon atau ditelpon oleh papa. Aku langsung masuk kekamar.

***
'pa, ayo, belangkat'

One Your Reason ( On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang