OYR// 16. Gulita bin Pekat

10 2 0
                                    

"Kedinginan itu tak memberikan kesempatan barang sedetik untuk bernapas, dia semakin merasuk bersama rasa rinduku yang semakin mengembung, jangan tanyakan rasanya, karena sungguh, seperti jiwa yang berjalan tanpa raga"

Malam sudah menyambutnya meskipun hanya awan pekat tanpa sinar. Awan pekat menyelimuti semua yang ada dibawahnya saat ini. Hujan masih sedikit jatuh. Titik titiknya menambah cerita kelabu dibalik semuanya.

Sama seperti gadis yang berada diluar rumah. Setelah bangun dari pingsannya, kepalanya sangat pusing. Dan dia memutuskan untuk makan dan setelah itu pun dia membersihka diri dan menunaikan kewajibannya sebagai umat Nya.

Dan sekarang. Malam sudah datang. Setelah sholat isya' dia pun menikmati alunan angin yang membelai rambut yang tergarai mencapai bahu sedikit kebawah itu.


Menengadah sedikit keatas dan melihat ke arah langit. Hanya pekat yang ada. Titik cahaya tak ada yang muncul. Bahkan seperti matahari tidak bisa menemani bulan untuk membantunya.

Hembusan berat beberapa kali keluar dari mulutnya. Dingin menelusup lagi. Mungkin semakin dingin. Sendiri dalam rumah membatnya jenuh. Padahal baru sehari. Hanya ditemani sweater yang membungkus tubuh kecilnya. Dan scraft yang menutupi lehernya. Dan juga secangkir teh hangat yang beberapa menit yang lalu ia buat. Mungkin sekarang teh itu sudah berubah dingin karena terpaan angin.

Hanya memandang lurus tanpa ada kegiatan berarti. Ponselnya sengaja ia tinggal dikamar. Karena dia tidak ingin orang mengganggunya. Besok sabtu, yang karena sekolahannya sudah menganut fullday di KA'13, jadinya sabtu minggu adalah weekend bagi mereka semua. Maka dari itu dia mengasikkan diri dengan angin. Meskipun ia tau angin malam tak akan bagus untuk kesahatannya.

"Kayaknya ayah punya gitar deh" ucapnya. Sedikit ia bisa memainkan benda yang tak kecil itu. Terlihat keberatan jika dia hanya membawanya dengan satu tangan. Dia pun beranjak dari duduknya. Dan masuk kedalam untuk mengambil benda kayu berwarna cokelat itu.
"Kan bener," dipetiknya satu senar yang berderet disitu.
Jreng! "bagus" dia pun membawa gitar itu bersamanya untuk menemaninya malam ini.

Hujan masih setia. Angin pun sepertinya tak tega untuk meninggalkan hujan. Tapi petir dan gemuruh memilih untuk beristirahat sebentar. Tidak mau mengganggu dengan suaranya.

Gadis itu mulai memainkan dengan jari-jarinya. Tidak selincah seperti gitaris sepertinya. Hanya sedikit chord yang ia tau. Dan belum begitu paham.

C Dminor Aminor, hanyalah beberapa. Dan dia hanya mengasal, terpenting ada suara yang menemaninya.

The day, we meet,
Frozen, i held my breath
Right from the star
I knew that i'd found a home
For my heart
Beast fast
Colors and promisses
How to be brave
How can i love when i'm
Afraid, to fall
But watching you stand alone
All of my doubt suddenly goes away
Some how
One step clo,,, serrr

Suara mengalun bersama petikan gitar yang ia petik ngasal. Tapi tercipta nada yang tidak sumbang juga. Dan suara sedikit bergetar menyanyi kan lagu yang artinya sedikit bisa meyayat hati.
A Thousand Years milik ChristinaPerry. Sesak yang ia rasakan. Tapi tetap ia lanjutkan.

I have died, every day waiting for you
Darling don't be afraid
I have loved you, for a thousand years
I'll love you for a thousand more

Tes! Air yang berasa asin itu lolos dari matanya. Yang tiba-tiba memanas. Dan dadanya serasa sesak yang tiba-tiba semakin sesak. Karena sepertinya hujan beralih tempat.

Time stand still
Beauty in all he is
Dan ada lirik yang diganti pula. Yang tadinya she menjadi he.
I will be brave
I will not let anything take a,,,wayy
Whats standing in front of me,,,
Every breath
Every hour has come to this
One,,, step clo,,, serr

Bruk!! Bertepatan dengan berakhirnya lagu itu pun dia langsung terpejam. Karena dia sudah merasa bahwa dirinya lelah dengan semua ini. Gitar nya jatuh. Dan dia langsung beranjak dari duduknya dan memungut gitar yang dia jatuhkan. Masuk kedalam, dan mengunci pintunya. Tangisnya pun meledak. Dia ledakan saja, agar tidak terlalu sesak didadanya.

Toh tidak ada yang mendengarnya disini. Dia menangis sesenggukan dan berdiri lagi masuk kedalam kamarnya. Menenggelamkan kepalanya dibantalnya.

Di lain sisi.
"Angkat dong, ni anak budeg juga ternyata, woy, angkat"
Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Lagi dan lagi operator lah yang menjawab.
"Shit!!" sudah kelima belas kali ia melakukan hal yang sama. Dan hal yang sama pula hanya operator sialan itu yang menjawabnya. Tapi dia akan mencoba yang keenam belas kalinya.

Dan perempuan itu akan langsung terlelap dalam tidurnya dan menyambut mimpinya. Jika ponselnya tidak berisik bergetar mengganggunya.

"Gue capek" diraba nya nakas yang berada di samping tempat tidurnya. Dan diamblinya benda pipih itu. Dengan malas dia melihat siapa orang yang meneleponnya.

22.30. Waktu menunjukkan. Dan orang yang meneleponnya sudah dipastikan gila menelepon orang dijam segini.

Makhluk.Astral

Nama itu yang tertera, sungguh kakak kelasnya satu itu bisa membuat nya mati saat itu juga. Di gesernya tombol telepon berwarna hijau itu. Saat dia lihatvdi notifnya. Ada 15panggilan tak terjawab dari orang yang sama. Dan beberapa chat dari teman temannya.

"Lo budeg ya, gue telponin dari tadi itu langsung diangkat, nggak didiemin, budeg beneran baru tau rasa lo" dengan nada yang nggak santai.

"Lo yang gila, udah tau udah malem, telpon orang, terus lo sekarang lo nyalahin gue" sambil nada serak karen dia habis selesai nangis dan sekarang dia ingin menangis lagi,"lo pikir dong, mungkin orang itu udah tidur, gak kayak gitu, punya jam nggak sih lo, sampe gak bisa bedain waktu, untung gue, coba kalo yang lain, egois lo, gue tuh mau istirahat, ngerti dong, bener bener nggak punya otak, dikasih otak itu digunain, nggak bersyukur dan lo malah ngilangin fungsi otak itu, heuks heuhks" dia pun menjauhkan ponsel dari telinganya.

Dan orang diseberangnya pun merasa bersalah, "lo kenapa? Lo udah tidur? Lo nangis ya? Jawab gue, lo kenapa?" bentaknya.

"Lo nggak ngerti juga ya? Gue tuh capek capek, gue tuh, capek kak, capek, dia ilang, nggak ada kabar, gue capek nungguin dia, dia pikir dia siapa? Ha? Seenak jidatnya ninggalin gue, dan kasih harapan gue kalo dia bakal dateng lagi, gue capek kak," dengan masih sesenggukan. Dan menahan sesak yang datang. Memang mungkin dia bukan hanya membutuhkanNya, bukan berarti menduakanNya, tapi dia butuh penopang, meskipun dirinya tau hanya kepadaNya tempatnya meminta. Hanya perlu teman untuk berbagi. Karena selama, dia tidak bisa membagi itu semua dengan teman sekelasnya.

Entah kenapa malam ini dia begitu frontal menyampaikan kepada orang yang baru saja dia kenal.
"Perlu gue kesana?" tanyanya dengan lembut yang ada diseberang. Yang khawatir akan keadaan gadis itu.

"Nggak perlu, gue cuma butuh istirahat, gue tutup"

"Bes-
Tutttt. Dan menandakan jika sambungannya telah terputus. Dan perempuan itu sudah lelah. Dia mukai berjelajah dialam mimpinya.

Namun tidak untuk lelaki yang barusan menelepon.
"Apa sebenernya yang ngebuat gue selalu khawatir sama lo, karena 1000alasan yang gue buat nggak ada yang logis, karena khawatir, nggak harus pakek alasan, dan ngelindungi lo sekarang tanggung jawab gue, jadi tolong, jangan kayak itu, lo selalu berontak, lo selalu marah, tapi tadi, lo barusan nunjukin ke gue, kalo lo butuh seorang yang bisa menjadi sandaran saat lo nangis, lo butuh syah, dan gue, gue mau jadi sandaran itu, meskipun sebenarnya, gue tau, bukan gue yang lo mau, tapi satu lagi, nglindungi lo, itu adalah kewajiban gue, dan nggak ada alasan untuk gue nggak nglindungi lo, good dream, my stupid girl"

Dia pun juga kembali ke dalam kamarnya. Dan langsung merebahkan badannya ke kasur king size nya. Dan melelapkan matanya.
.
.
.
.
.

How how how??? Nge feel nggak? Kalo aku sih kurang, bakal ku revisi lagi deh, biar tambah nyesek, jaha

Tinggalkan jejak guys, thanks:):)
love you <3

One Your Reason ( On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang