Bosan aku dengan penat, enyah saja kau pekat, seperti berjelaga jika ku sendiri-AADC-Tentang Seseorang
Author pov
Jam sekolah sudah selesai. Tapi hari belum selesai juga. Masih beberapa jam lagi untuk mengucapkan selamat datang pada hari selanjutnya.
Hari ini pun sepertinya matahari malu menampakkan dirinya terang-terangan. Dia malah asik bersembunyi dibalik pekatnya awan. Tadi pagi pun sama. Seperti mempunyai salah. Dia bersembunyi dibalik awan.
Sekarang gemuruh pun sudah sedikit terdengar. Membuat sebagian orang yang duduk dihalte merasa takut. Tak terkecuali, Aisyah. Aisyah yang berada di halte dengan beberapa yang lain. Padahal tadi sudah diingatkan saat jam terakhir jangan pulang sendiri. Namanya juga batu. Maklum lah.
Disuruh menunggu, tapi dia malah menuju halte. Dan menghidar dari cowok itu.
Dia baru ingat kalau ibunya sedang di Surabaya. Berarti dia harus naik angkot. Dan berjalan kaki sampai rumah.
Permpuan itu tidak sadar jika ada seorang laki-laki yang memperhatikannya dari jauh. Melihat bagaimana gelagat kagetnya saat ada gemuruh datang. Tapi sepertinya dia terlalu penakut hanya untuk menemui nya dan mengajaknya pulang bersama. Cemen.
"Bro, balik" temannya sudah memberi isyarat.
"Lo duluan aja"
"Yaudah, nanti sore jangan lupa lo"
"Yo i" dan temannya itu pun beranjak pulang.
Tjetarrrrrr!!! Petir pun sudah mulai menyapa.
"ALLAH HU AKBAR" perempuan yang ada dihalte itu langsung berteriak lancang. Dan semua orang langsung memandangnya. Dia pun hanya bisa meringis. Dan sekarang dia merasa ketakutan. Jantungnya serasa berderu cepat lagi. Bibirnya bergetar. Tangannya pun sama.
Dan laki-laki itu akan dianggap banci jika dia nggak mendatangi perempuan itu. Dan dia pun memberanikan diri. Setelah begulat dengan logika dan perasaannya.
"Hei, ayo naik" perempuan itu hanya bisa memandang diam. Masih dengan memakai helm fullface nya. Yang hanya dibuka kacanya. Tapi dia bisa mengenalinya. Orang yang beberapa hari yang lalu, membuat gara-gara dengannya. Dia tetap diam. Sampai.
"Ayo naik, keburu hujan"Dan perempuan itu pun akhirnya naik. Seperti tersihir akan tatapan itu. Dan laki-laki itu langsung melajukan motornya dengan kecepatan yang tak biasa. Yang membuat perempuan yang dibelakangnya ketakutan dan langsung memeluk pinggang cowok itu.
"Mau turun dimana?"
Masih belum ada jawaban.
Dan laki-laki itu memutuskan memperlambat jalannya. Karena tau perempuan itu ketakutan. Masih tetap memeluknya.
"Hei, kamu mau turun dimana?"
"Eh" dia pun tersadar, dan sudah tidak merasakan kecepatan yang dirasakannya tadi, dia pun melepas pelukannya langsung, "maaf, nggak bermaksud, dipertigaan pasar aja"
Yah, dilepas-batinnya. Dasar.
"Oke, nggak sampai rumah langsung aja?" perempuan yang dibelakangnya menggeleng. Dia tidak tau kali. Dia baru sadar jika cowok itu tidak bisa melihat dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Your Reason ( On Going)
Ficção AdolescenteJadi, hanya satu yang bakalan gue minta dari lo, satu dari sejuta alasan lo, yang bakal lo pakai buat yakinin gue lagi. Gimana? Ini bodohnya seorang gue, gue percaya gitu aja, Dan kalo gue aja mau nerima alasan lo, kenapa gue gak bisa nerima diri l...