OYR// 3. Get Out

30 4 0
                                    

"erggh,," aku mengerang kesakitan, ini sungguh sakit yang luar biasa sakitnya, dadaku sangat sulit untuk bernafas.

"kamu sudah bangun nak?" aku kaget seketika, ibuku berada disampingku. Berdiri. Aku langsung melihat kesekitar. Putih?

"dimana aku ibu?" tanyaku pada ibuku.

"kamu tadi pingsan disekolah, dan katanya kamu juga tak sadar-sadar" ibuku menelan ludah seperti ada yang ia tutupi dariku, aku tak berani bertanya,"jadi sekolahmu membawamu ke rumah sakit" tak sadar ada air yang menetes di tanganku. Aku sedikit mendongak keatas dan melihat.ibuku menangis. Aku membuat orang yang aku cintai menangis, bodohnya aku, umpatku pada diriku sendiri.

"ibu, ibu kenapa menangis?" tanyaku parau, aku sungguh tidak bisa jika harus melihat orang yang ku sayangi menangis karena ulahku. Tapi, ibuku tidak menjawab malah dia keluar berlari. "ibu,, ibu,, kenapa ibu tambah keluar meninggalkanku?" aku berteriak, dan sesaat ada orang yang masuk kekamarku. Dan bukan yang kuharapkan, hanya temanku. Tapi tak pa, mungkin aku bisa bertanya tentangnya kenapa ibu menangis, dan memutuskan meninggalkanku dari pada menjawabku.

"syah, kamu sudah mendingan?" tanyanya. Oke aku tak kan mendebat karna aku butuh sesuatu yang ingin ku tau.

"em, oke, I'm fine, its okay!" jawabku. "em, bib, taukah kau kenapa ibuku pergi dan menangis?" tanyaku.

Dia juga menunjukkan sikap yang sama seperti ibu, diam, ya hanya diam. aku sedikit menggoyangkan badanya, untuk menyadarkannya.

"eh, iya, ibumu hanya kasian melihat anaknya terbaring lemah di rumah sakit, em, may be" dia langsung menyunggingkan senyum, agar tidak terlihat seperti orang berbohong.

"maukah kau melihat wajah mu sendiri di cermin? Kamu lucu, dengan wajah seperti itu bib, kau tak pandai berbohong teman, jadi tolong, beri tahu aku" wajah permohonan ini ternyata terpakai juga. Hhhhhh, tawaku bangga, dan hanya sesaat.

"oke, tapi akan kuceritakan saat kau benar-benar pulih, oke" sambil memberikan kelingking nya untuk ku,"janji"

Ya, aku menggapai kelingking itu, hanya sampai aku sembuh, "oke" aku tersenyum, dia memang benar, jika aku memaksa, mungkin aku akan lebih parah dari ini, aku menurut.

"oya, syah, apa kamu lagi dekat dengan seorang pria?" tanyanya seperti anggota kepolisian yang menyelidiki tersangka nya.

"nggak, aku lagi nggak deket sama siapa siapa, emang kenapa?" tanyaku balik.

"bener?"

"iya, bener, emang kenapa sih?, beri tahu aku, untuk ini aku tak kan kaget, sungguh" sambil membentuk simbol damai dengan tangannya.

"oke, kalau ini aku ceritakan," dan dia mulai mengambil napas, dan bercerita,"tadi saat kamu teriak-teriak, banyak orang yang ngliat ternyata" dia berusaha hati-hati dengan ucapannya.

Aku hanya dan menunggu kelanjutan ceritanya, aku diam dan bertanya-tanya dengan otak ku sendiri, apa ini penting? lalu apa masalahnya dengan itu?

"lalu kan, kamu kan langsung pingsan, ada diantara mereka seorang cowok yang mendekat, dan langsung menonjok nazmi," aku mulai tertarik, cowok? Ini baru aku berani mengeluarkan kalimat.

"cowok?" hanya itu. Padahal setau aku teman cowok ku bisa aku hitung, bahkan kan aku hampir nggak punya teman cowok, (maksudnya yang dekat), terus sakarang bibah bilang, ada yang marah saat aku pingsan? Hot news banget. Haha.

"iya, dia sangat khawatir terhadapmu, dia langsung memaki nazmi seperti ini" dia mulai deh, menirukan gaya orang seenak jidatnya "gini-gini dia membetulkanya 'lu tuh,,,,'" dia terdiam, dengan kalimat yang masih menggantung di mulutnya, dan maju bibirnya.

"iya, lu tuh??" aku menyadarkannya.

"aku lupa, hehe, pokoknya, dia sangat memaki maki tuh nazmi, dan memukulnya berkali kali, lalu, iwan langsung berdiri dan membenarkan semuanya, dan kamu tau?" menggantung lagi.

"tidak". aduh, temanku ini baik tapi kok rada ya? yang bener aja dia tanya kayak gitu sama aku, aku pingsan, aku ingatkan lagi.

"dia langsung membopong tubuhmu, dengan sigap, dia berdiri dan membawa lari kamu ke uks, dan selama 15 kamu nggak bangun- bangun jadi dia juga yang nggendong kamu sampai disini," dia berhenti sebentar, dan melihat ku dengan kilatan matanya,"benar kamu tidak lagi deket dengan seseorang?" tanyanya lagi.

"ya nggak lah"

"oke aku percaya,"

"ye, emang aku nggak lagi deket sama siapa siapa" jawabku lebih sebel. Sekarang aku dibingungkan dengan anak itu. Siapa ya?tanyaku dalam hati.
"emangnya dia kenapa sih?" tanyaku lagi.

"iya, soalnya dia tuh kayak deket banget sama kamu, care banget, dia tuh ganteng, tapi lebih gantengan kemaren saat dia marah, kerennya tuh bertambah" deskripsinya, dengan wajah yang sangat berbinar-binar, seperti sangat memdambakan kejadian kemaren itu menimpannya. Aku yang melihat hanya menatap prihatin dengan sahabatku satu ini. Adeh.

Bukannya jika sikap ini malah membuatku semakin penasaran?"hei, siapa namanya?" tanyaku. Sunyi, apakah dia sedang berpikir, memberikan jawaban?

"em," detik berikut nya hanya itu yang ku dengar, lagi, "siapa ya?" dia balik tanya. Oke, temenku yang sekarang ini lebih aneh dari pada aku.

"yah, aku kan tanya bib, kenapa kamu balik tanya?"

"soalnya aku lupa nggak tanya, dia pun langsung pergi dengan menggendongmu" jelasnya. Aku hanya diam lagi.

"okelah, nanti kalau aku udah sembuh, beri tahu aku waktu kamu liat dia lagi ya?" pasrahku.

Temanku meninggalkan ku, dia keluar dari ruanganku, sepertinya agar tidak terjebak oleh pertanyaannku.

Ruangan ini membuatku begidik merinding, putih semua. Aku tak suka aroma seperti ini, suasana mistis saat aku di tinggal seorang diri, itu yang aku rasakan.

Dari tadi aku masih berpikir kenapa ibu menangis dan meninggalkan ku sendiri. Maaf ibu aku telah merepotkanmu hingga detik ini, tak sadar air mata ku berani turun tanpa aku perintah. Aku menangis sesenggukan, hingga menghasilkan suara.

Sendiri yang kadang membuat ku sangat takut. Tapi, kadang pula membuatku begitu menikmatinya.

***

Hai para readers sejati, tinggalin vote atau kritikan ya,

Makasih udah mau ngintip nih cerita

One Your Reason ( On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang