Gerakan tangan Vio terhenti. Bukan karena ada yang memanggil atau menginterupsi.
Ketika dia hendak menyoretkan pulpen lagi, tintanya habis. Ah, dia tidak punya pulpen cadangan.
"Sial," umpatnya.
Karena terlalu malas untuk bergerak keluar dari kamarnya, ia hendak memanggil adiknya untuk meminjam pulpen, tapi terinterupsi oleh dering ponselnya.
Vio, gadis berambut sepunggung itu meraih ponselnya. Dan seketika lipatan di dahinya terlihat setelah membaca nama si pemanggil.
Gaizka Bagaskara is calling...
Tapi tak lama panggilannya berhenti sebelum ia sempat mengangkatnya.
"Lah? Aneh ni orang."
Namun perkataannya tidak sesuai dengan detak jantungnya yang sudah di atas normal.
"Ck." Vio berdecak.
"Jantung diem! Gak usah deg-degan berlebihan gini dong! Bagas doang," gumamnya bermonolog sambil memegang dadanya dengan tangan sebelah kiri. Tangan kanannya masih setia memegang ponsel.
Kemudian bunyi pesan masuk membuatnya terburu-buru mengecek ponselnya kembali.
Gaizka Bagaskara
Sori, kepijit***
a/n Happy Fasting!😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi dalam Rumah ✔
Short StoryOh! Aku menyesal telah menulis di tempat umum dan teledor meninggalkan buku di tempat itu. Jadi aku harus bertemu dia lagi. Iya, dia, Gaizka Bagaskara. Mantan gebetanku. Copyright ©2017 by snh-tata