Setelah berbincang ngalor-ngidul cukup lama, Vio memberanikan diri meminta saran pada lelaki di hadapannya.
"Omong-omong, Gas. Jadi, gue harus gimana sekarang?"
Bagas mengernyit, "Gimana apanya?"
"Keluarga gue."
Cowok itu membulatkan bibir. "Menurut gue sih, lo omongin baik-baik sama nyokap lo."
Vio mendesah, bingung. "Tapi nyokap gue selalu main hape tiap gue cerita apapun."
"Coba lo ngomong serius, dan minta nyokap lo buat naro dulu hapenya. Terus keluarin semua uneg-uneg lo."
Vio bergumam. "Iya juga, kenapa gue nggak kepikiran, ya. Nanti gue coba."
Bagas mengangguk, lalu meminum pesanan yang tadi ia pesan setelah bercerita tentang keluarganya kepada Vio.
"Vi."
"Apa?"
"Sekali lagi, gue minta maaf banget, ya."
"Hah? Soal?"
"Buku."
"Oh, gapapa. Kalo buku ini nggak lo baca, mungkin sampe saat ini gue belum dapet temen cerita yang pas."
"Temen hidup yang pas, udah dapet?" goda Bagas.
Tanpa sadar, pipi Vio memanas, tapi ia mendelik ke arah Bagas. "Gak jelas lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi dalam Rumah ✔
Cerita PendekOh! Aku menyesal telah menulis di tempat umum dan teledor meninggalkan buku di tempat itu. Jadi aku harus bertemu dia lagi. Iya, dia, Gaizka Bagaskara. Mantan gebetanku. Copyright ©2017 by snh-tata