"Aku kangen Mama waktu aku masih kecil."
Wanita paruh baya itu mengernyit. "Maksud Kakak?"
"Aku kangen Mama waktu nggak sibuk sama hape. Waktu Mama merhatiin nilai-nilai aku. Waktu Mama nyiapin makan buat makan malem. Waktu Mama ngedenger cerita aku dengan antusias. Aku kangen, kangen semua itu."
Tanpa terasa, perasaan sesaknya semakin membuncah yang mengakibatkan satu isakan lolos dari bibir Vio dan air mata yang terus membentuk anak sungai di wajahnya.
"Aku kangen Mama yang lebih merhatiin anaknya dibanding temen-temen sosmednya. Aku pengen Mama cerita sama aku, bukan buat status dan berbagi cerita sama orang lain."
Isakannya semakin terdengar.
"Aku bahkan sangsi, Mama pasti jarang banget ngelakuin hal yang aku dapet waktu kecil ke si Adek. Aku nggak tau perasaan Adek kayak gimana, tapi dengan kondisi aku aja, aku ngerasa udah cukup ancur.
"Apalagi semenjak Mama pisah sama Papa. Kenapa sih kalian pisah? Padahal setiap anak pengen punya keluarga yang utuh. Aku tau si Adek juga pernah mikir kayak gitu."
Tanpa bisa ditahan, ibu Vio langsung memeluk anaknya. Kemudian menangis dipelukan anaknya, sedari tadi ia mencoba untuk menahan tangisnya.
Vio membalas pelukan ibunya dengan tangisan yang semakin terisak.
"Maaf, Kak. Maafin Mama."
Hanya itu yang dikatakan ibu Vio, sampai Vio terlelap dipelukan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi dalam Rumah ✔
Historia CortaOh! Aku menyesal telah menulis di tempat umum dan teledor meninggalkan buku di tempat itu. Jadi aku harus bertemu dia lagi. Iya, dia, Gaizka Bagaskara. Mantan gebetanku. Copyright ©2017 by snh-tata