Saat ini, Tasie, Zwei dan Claire sedang berada di kantin untuk makan siang. Sebenarnya, Tasie tidak lapar dan bermaksud ingin tinggal di kelas untuk tidur. Tetapi, saat dirinya hendak memejamkan mata, tiba-tiba saja ada tangan yang mencengkram lengannya untuk berdiri dan membawanya kabur ke kantin sekolah dan ternyata tangan itu adalah tangan milik Zwei. Lalu, berakhirlah Tasie di tempat yang penuh dengan aroma makanan ini dengan memasang wajah kusut.
"Ayolah Tas. Maafkan aku. Kau kemarin tidak makan bersama kami, jadi aku dan Zwei menculikmu saja agar kau makan bersama kami" Ujar Claire dengan cengiran yang tak lepas dari bibirnya.
"Aku mau tidur" Ucap Tasie ketus.
"T-I-D-A-K!" Kali ini, Zwei yang berucap dengan ejaan kata'tidak' penuh penekanan.
"Tch! Menyebalkan." Gumam Tasie.
"I can hear that" Ucap Claire sedangkan Tasie hanya memutar bola matanya.
Disaat Tasie sedang ingin melanjutkan makan siangnya, tiba-tiba saja para kaum hawa di kantin itu berbisik-bisik bahkan ada yang berteriak histeris, seperti,
"Kyaaaa! White Class!"
"OMG! Zero is so perfect!"
"Floore! Over here, over here!"
"Mika cantik sekali"
Tasie yang merasakan makan siangnya terganggu segera menyumpal telinganya dengan earphone agar tidak mengganggu pemdengarannya dan segera menghabiskan makanannya.
Makan siangnya sudah habis dalam beberapa detik. Tasie melirik kearah Zwei dan Claire yang masih saja terdiam karena Tasie merasa aneh dengan kedua orang itu. Biasanya, kedua orang itu tidak bisa diam dan sekarang mereka bungkam dan hanya menatap satu objek yang tidak jauh di belakang Tasie.
Tasie yang merasa risih akhirnya pun berbalik badan untuk melihat apa yang ditatap oleh kedua orang tersebut dan ternyata, yang ditatap adalah para White Class yang menggunakan jubah silver termasuk Zero.
Tasie akui, para White Class itu memiliki paras yang rupawan. Mereka bagaikan berlian yang bersinar. Bahkan dengan tampang wajah datar pun, mereka tetap terlihat elegan dan berwibawa layaknya seorang bangsawan. Tetapi, Tasie tidak peduli. Toh, mereka sama-sama makan nasi, 'kan? Untuk apa dipuja? Mereka bukan dewa-dewi yunani meskipun mereka memiliki paras yang rupawan.
Tasie kembali berbalik badan menatapi kedua temannya yang sedari tadi melongo dengan mata yang berbinar. Tasie menghela nafasnya berat.
"Hei! Wake up! Down to-- whatever this world's name" Teriak Tasie sambil melambaikan tangannya tepat di depan muka kedua temannya dan berhasil membuat temannya itu mengerjapkan matanya tanda sudah sadar.
"Apa kau lihat mereka, Tas?" Tasie mengangguk.
"Mereka sangat cantik dan juga tampan!" Ujar Zwei.
"Aku setuju denganmu" Ujar Claire.
"Apalagi Zero Flein! Oh Astaga! Dia-- uh aku tidak tahu harus bilang apa. Dia itu terlalu perfect!" Seru Zwei dengan mata berbinar sambil menatap kedatangan Zero bersama para white class ke salah satu meja kantin.
Tasie tertawa dalam diam. Ha! Perfect? Orang tak berperasaan itu dibilang perfect? Yeah right! Batin Tasie.
"Hey jangan bilang seperti itu! Dia itu seperti dewa Yunani!" Bantah Claire.
Oh. Aku melupakan kekuatannya batin Tasie.
Claire tersenyum miring. Tetapi, seketika Claire dan Zwei terdiam karena terkejut menatap orang yang berada tepat di belakang Tasie
"Kau tidak tahu betapa kejamnya dia." Ucap Tasie.
"Aku benar-benar ingin membunuhnya! Apalagi jika dia sudah menunjukan smirk tak bergunanya itu! Uh... akan kurobek mukanya hingga terlihat seperti joker!" Ucap Tasie panjang lebar tanpa menyadari orang yang berada di belakangnya sedang tersenyum miring.
"U-umm... Tas..." Zwei berusaha memberi kode kepada Tasie tetapi Tasie tidak menyadarinya.
"Dan, kau tahu? Meskipun wajahnya banyak yang bilang seperti dewa Yunani, dia makan dengan porsi yang sangaaatt banyak! Dia menghabiskan ua--"
"Aww!" Ringis Tasie saat merasakan panas di telinganya karena di jewer oleh seseorang.
Tasie mengusap-usap telinganya saat jeweran itu lepas. Tasie menoleh kebelakang lalu berdecih kesal. Ketahuan batinnya.
"Kau bilang aku apa, hm?" Tanya Zero yang ternyata adalah orang yang menjewer Tasie. Saat Tasie mengedarkan pandangannya, ternyata Tasie sedang ditatap oleh seisi penghuni kantin yang sedang makan. Tasie kembali berdecih kesal karena Tasie tidak suka ditatap banyak orang.
"Kesimpulan yang aku dapatkan dari seluruh perkataanku adalah, kau menyebalkan" Ucap Tasie ketus sambil menekan kata 'menyebalkan' dan menoleh kembali menatap kedua temannya yang sedang menatapnya dengan tatapan yang tidak dapat diartikan oleh Tasie.
Tiba-tiba, Tasie merasakan ada yang duduk disebelahnya. Tentunya, itu adalah Zero. Tasie kembali berdecih. Sudah berapa kali Tasie berdecih hari ini?
"Kembalilah ke alammu, wahai dewa Yunani palsu" Ucap Tasie dengan nada sarkatis.
Zero tertawa mendengar ucapan Tasie. Menurut Zwei, Claire dan para kaum hawa, tawa itu membuat siapapun meleleh. Tetapi menurut Tasie, tawa itu seperti tawa iblis yang menyebalkan.
"Hey, apa kami boleh bergabung?" Tanya seorang gadis cantik dengan teman-temannya yang menurut Tasie ada 5 orang.
"Terserah" jawab Tasie seadanya. Sedangkan kedua teman Tasie menegang.
Gadis cantik itu beserta ke-lima temannya duduk di tempat Tasie makan. Tiga orang duduk di sebelah Tasie, dan dua orang termasuk gadis itu duduk di sebelah Zwei dan Claire yang menegang.
Tasie menoleh kearah gadis itu dan teman-temannya yang ternyata adalah white class tapi Tasie tidak peduli. Tasie kembali menatap air minumnya dan meminumnya.
"Namaku Mikari Angelo" Ucap gadis yang tadi berbicara kepada Tasie sambil tersenyum.
"Tasie. Yang itu Zwei dan Claire." Ucap Tasie seadanya.
"Aku Rikka Leonarx" Ucap gadis disebelah Mika.
"Floorerix Ground." Ucap lelaki di sebelah Zero.
"Kaaya Rweinarie! Just call me Kaaya!" Ucap gadis di sebelah Floore.
"Fleith Grey" Ucap seorang lelaki disebelah Tasie sambil tersenyum.
Tasie menoleh kepada Fleith dan menaikkan sebelah alisnya. "Grey?" Tanyanya.
Fleith mengangguk.
"Aku ingat ada teman sekelasku yang memiliki nama belakang sama sepertimu. Namanya Felix Grey" Ucap Tasie.
"Ya, dia adikku" Jelasnya sambil tersenyum.
Tasie membulatkan matanya. "Huh, dia adi--"
"Ehem! Masih ada kita disini" Ucap Zero memotong ucapan Tasie dengan nada dingin.
Tasie menoleh kearah Zero sambil menaikan sebelah alisnya. Ada apa dengannya?
Saat Tasie hendak bertanya, tiba-tiba saja Fleith tertawa dan membuat Tasie
Kembali menoleh padanya dengan tatapan bertanya."Tenanglah Zero. Aku tidak akan mengambilnya darimu! Hahaha" Ucap Fleith dan kembali tertawa kencang lalu, para anggota white class juga ikut tertawa kecuali Zero. Karena Zero sedang menatap Fleith dengan tatapan tajamnya.
Tasie mengedarkan pandangannya kepada anggota terkuat itu dengan tatapan apa-mereka-gila?. Lalu beralih kepada Zwei dan Claire yang masih membeku.
Tasie bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan kearah Zwei dan Claire.
"Mau kemana kau?" Tanya Zero.
"Kamar" Jawab Tasie singkat. Dalam hatinya, Tasie kasihan kepada Zwei dan Claire karena mereka terlalu tegang karena itu Tasie memutuskan untuk kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Dragons : Flame & Ice
FantasiNamaku Zestasia Alithea. Aku hanyalah seorang anak panti asuhan yang dibenci oleh hampir seluruh penghuninya. Dulu, waktu aku sedang kabur dari panti asuhan untuk melihat dunia luar, aku menemui seorang wanita cantik yang ingin menyeberang tanpa mel...