"Mikari cantik sekali ya?"
"Aku setuju denganmu! Tapi, wajah Kaaya imut sekali seperti manekin hidup! Oh astaga... aku sangat iri pada mereka"
"Ya, dan Rikka juga tak kalah cantiknya loh. Kulitnya cokelat tapi wajahnya sangat manis. Arrghh! Aku iri sekali"
"Aku ingin memiliki kulit seperti mikari.. putih susu dan terlihat sangat terawat"
"Kalau bisa aku juga ma--"
"Bisakah kalian diam?"
Zwei dan Claire yang tadinya sedang mengagumi kecantikan wanita-wanita white class seketika terdiam dan melirik kearah sumber suara dingin itu.
"Apa masalahmu, Tasie? Biarkan aku dan Zwei bergossip sedikit" Ucap Claire sinis.
Tasie menghembuskan nafasnya berat. "Kalian sama saja." Ucapnya singkat dan langsung meninggalkan Zwei dan Claire yang masih bertanya-tanya.
"Ada apa dengannya?" Tanya Zwei.
Claire mengangkat bahunya "Entahlah."
"Hey, bukankah kita masih ada kelas setelah ini, Zwei?" Tanya Claire.
Zwei menepuk keningnya. "Astaga! Kita ada kelas ramuan! Ugh... kita sudah terlambat. Bagaimana jika Mr. Stellope marah?" Tanyanya lebih kepada diri sendiri sambil menggigit kukunya gugup.
"Hmm... Mungkin janggut panjangnya itu akan merdeka dan berkibar. Kita bisa memanfaatkan keadaan itu untuk memotong janggut menyebalkannya itu dengan sihir kita" Usul Claire sambil membayangkan kemarahan sang guru dengan janggut se-perutnya itu.
"Aww!" Ringis Claire sambil mengelus keningnya karena baru saja mendapatkan jitakan maut dari Zwei.
"Kau menyebalkan! Usulanmu itu sangat tidak berguna Claire! Ayo sebaiknya kita pergi sebelum guru itu tambah mengamuk." Ucap Zwei.
Claire tampak berpikir sebentar seperti melupakan sesuatu. Setelah mengingatnya, Claire berucap, "Bagaimana dengan Tasie? Kemana perginya dia sekarang?"
Zwei mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Menenangkan diri, mungkin? Atau bisa saja sudah kembali ke kelas atau kamar"
"Tapi bukankah dia masih ada kelas?" Tanya Claire sambil mengerutkan keningnya.
Zwei menatap Claire dengan tatapan kesal. "Aku tidak tahu. Jadi, jangan tanya padaku"
Sementara, disisi lain, Tasie sedang berada di rooftop. Entah mengapa tiba-tiba saja Tasie merasa ingin pergi ke tempat itu. Tempat dimana dirinya mengenal Draco.
Eh? Draco?
Sudah berapa lama Draco tidak muncul? Tasie lupa.
Draco? Ucap Tasie dalam hati berniat untuk memanggil Draco. Tetapi, hening. Tidak ada jawaban.
Draco?? Ulang Tasie.
"Ada apa, master?" Tanya Draco.
"Huh. Kukira kau sudah tidak ada lagi disana. Kemana saja kau?" Tanya Tasie marah sekaligus lega.
"Maaf. Ada yang harus aku urus disini."
"Seperti?"
"Kau akan tahu nanti, master." Ucap Draco dan dibalas oleh dengusan Tasie.
"Jadi? Bagaimana dengan kekuatanku?" Tanya Tasie antusias.
"Maaf master. Kau masih belum boleh menggunakannya. Selain karena kau masih belum bisa mengontrolnya, kau juga masih belum bisa menggunakannya dengan baik." Jelas Draco.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Dragons : Flame & Ice
ФэнтезиNamaku Zestasia Alithea. Aku hanyalah seorang anak panti asuhan yang dibenci oleh hampir seluruh penghuninya. Dulu, waktu aku sedang kabur dari panti asuhan untuk melihat dunia luar, aku menemui seorang wanita cantik yang ingin menyeberang tanpa mel...