LAYU

17 1 0
                                    


Dewi mengintip ke halaman dari jendela ruang tamunya sambil sebentar-sebentar melihat jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan suaminya belum juga pulang. Ia mengambil napas panjang dan berdesah penuh kekecewaan. Selalu alasan lembur yang sama yang digunakan Ridwan melarikan diri darinya. Saat pulang cepat pun suaminya hanya bermain dengan anak-anak atau bermain dengan ponselnya, bukan dirinya.

Terdengar deru mobil terparkir di garasi rumahnya menandakan suaminya sudah pulang.

"Mau makan dulu, Mas? Atau mandi dulu?" tanya Dewi ramah. Ia menahan mulutnya untuk bertanya Mas dari mana kenapa baru pulang?

"Saya mau mandi dulu saja. Anak-anak sudah tidur?" Ridwan bertanya tanpa melihat ke arahnya.
"Iya sudah tidur, Mas. Saya panaskan dulu saja sayur sopnya," kata Dewi dengan tersenyum.

Selalu saja tentang anak-anak yang ditanyakan suaminya. Kapan pertanyaan tentang dirinya?

Setelah makan malam dalam diam, Ridwan pun masuk ke kamar. Tanpa ada ucapan terima kasih ataupun pujian untuk masakannya. Kemudian setelah membersihkan meja makan dan mencuci piringnya, Dewi pun masuk ke kamar. Ia melihat Ridwan telah tertidur pulas.

Dewi menghela napas panjang. Dulu saat masih berpacaran Ridwan, suaminya adalah orang yang romantis. Ia selalu memujinya. Mengatakan dirinya yang cantik. Bercerita apa saja tentang pekerjaannya. Kenapa sekarang ia berubah? Apakah karena umurnya yang sudah kepala empat, ia tidak cantik lagi? Apakah karena badannya yang sudah gemuk, ia tidak menarik lagi? Apakah karena ia bukan wanita karir sehingga dirinya bukan tempat bercerita?

"Mas, sentuh aku dengan hati dan perhatianmu. Atau aku akan layu ke bumi," ucap Dewi lirih.

Ridwan yang berpura-pura tidur merasa bersalah dibuatnya.

Snack StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang