"Kesel! Ayu pengen acara sweet seventeen-nya dirayakan bareng teman-teman. Tapi bisa gak ya? Ayah selalu saja melarangku melakukan sesuatu. Ayu, jangan pacaran dulu ya! Ayu, jangan ke bioskop ya! Ayu, jangan ke mall sepulang sekolah ya! Dan bla bla bla," curhat Ayu pada Santi, temannya dengan ekspresi serius menirukan logat ayahnya.Santi hanya tertawa lebar sambil memegangi perutnya.
"Ih, Santi orang lagi curhat serius. Kok malahan tertawa," protes Ayu dengan memperlihatkan lirikan mautnya.
Santi semakin tertawa kencang. Badannya terlihat berguncang.
Ayu yang merasa curhatannya tidak didengar menjadi ngambek. Mukanya merengut menampilkan ekspresi lucu.
"Maaf, Ayu. Habisnya muka kamu lucu banget sih. Sampai gemes sendiri mau cubit pipi bakpaumu. Enggak lah bercanda Ayu," kata Santi dengan meliukkan badannya karena Ayu hampir mencubitnya.
"Kamu juga tiap hari curhat terus tentang sweet seventeen. Coba kamu minta ijin ayahmu dengan baik. Kalau ditolak tanya apa alasan ayahmu melarang. Jangan langsung ngambek bilang benci tiap hari," jawab Santi serius namun ujungnya tetap meledek Ayu.
"Ih, Santi kok githu sih. Ayu kan jadi malu," jawab Ayu dengan pipi memerah.
**
Sore hari sebelum ayah pulang, Ayu sudah mandi. Demi menyukseskan misi sweet seventeen, ia merelakan jam tidur siangnya dikurangi. Ia kemudian memakai kaos distro yang pernah dibelikan oleh ayah. Tanpa disuruh, ia membantu Ibu memasak. Ibu hanya tersenyum penuh arti melihat anak perempuannya yang berubah menjadi rajin."Assalamualaikum, Ayah pulang," kata ayah dari balik pintu. Ayu langsung mencium tangan Ayah mendahului Ibu. Ayah memandang Ibu seolah berkata kenapa dengan Ayu. Ibu hanya tersenyum saja.
"Ayah, mau mandi atau makan dulu?" tanya Ayu sambil tersenyum manis.
"Ayah mandi dulu ya."
Lima belas menit kemudian Ayah selesai mandi.
"Ayah, ayo makan. Hari ini Ayu membantu Ibu memasak di dapur. Makanannya pasti lezat. Ayu sudah lancar menggoreng ayam," kata Ayu sambil menarik tangan Ayahnya ke meja makan untuk makan malam. "Oh, iya Ayah harus cuci tangan dulu sebelum makan ya."
"Wah, masakannya enak sekali. Ini pasti karena Ayu yang masak. Sepertinya Ayu harus memasak setiap hari supaya makanannya bertambah enak," bujuk Ayah kepada Ayu selesai makan malam.
"Ayah, Ayu mau bicara sesuatu," kata Ayu lembut.
"Iya, Sayang," balas Ayah.
"Bulan depan, Ayu ulang tahun yang ke tujuh belas
Bisa ulang tahunnya dirayakan?" pinta Ayu dengan mata berbinar."Wah, Ayu sudah besar ya, Bu, gak dirasa sudah mau tujuh belas tahun."
"Ayu mau dirayakan di mana pestanya?" tanya Ayah menaikkan harapan Ayu karena permintaannya diterima.
"Ayu mau dirayakan di cafe dekat rumah kita. Jadi khusus tanggal 7 kafenya dibuka hanya untuk ulang tahun Ayu," Ayu menceritakan dengan semangat membara.
"Ayah sebenarnya lebih suka kalau kita merayakannya bertiga saja dengan ibumu. Ayu kan akan masuk kuliah, lebih baik uangnya ditabung untuk biaya kuliah," jawab Ayah.
"Ayah kenapa sih selalu melarang semua permintaan Ayu. Teman-teman Ayu sudah pernah ke bioskop, Ayu malu belum pernah. Ayu juga jarang jalan ke mall karena Ayah selalu melarang apalagi pacaran. Ayah jahat gak sayang Ayu," kata Ayu sambil menangis dan berlari ke kamar.
**
Ayu yang masih marah menolak diantar ke sekolah dengan motor Ayah. Ayu lebih memilih naik angkot dengan mata sembab. Ia sempat menjadi perbincangan para ibu yang mau ke pasar. "Palingan habis putus cinta," kata ibu berbaju merah kepada temannya.Santi teman sebangkunya kaget. "Kenapa matamu, Ayu? Pasti gara-gara misi sweet seventeen-nya gak sukses," tebaknya langsung.
"Santi kamu jahat! Ayah juga jahat! Kamu enak Ayah kamu gak pernah melarang keinginanmu," kata Ayu dengan mata berkaca.
"Justru kamu sebetulnya beruntung, Ayu. Ayahmu selalu ada setiap hari untukmu. Ayahku hanya mengirimkan uang jajan saja. Ia malas melihat aku karena telah punya anak lain dari istri barunya," kata Santi berbisik di telinga Ayu. Ayu hanya menatap Santi dengan mulut menganga.
Hati Ayu sakit mendengar perkataan Santi. Ia merasa bersalah karena selalu curhat setiap hari tanpa mempedulikan perasaan Santi. Ia juga tidak dapat membayangkan sedalam apa luka yang dialami Santi akibat perbuatan ayahnya sendiri.
Tiba-tiba, Ayu rindu Ayah. Ayu tidak sabar menunggu Ayah pulang bekerja sore ini untuk mencium tangannya.
'Maafkan Ayu, Ayah,' ucapnya dalam hati.
#teenflashfiction
#ayahanak
KAMU SEDANG MEMBACA
Snack Story
Short StoryFlash fiction yang mengandung kata tertentu yang istimewa Flash fiction yang dibuat dari judul lagu Flash fiction yang dibuat dari hati