"Izinkan aku pergi dulu,
yang berubah hanya
tak lagi ku milikmu."Pamit
Tulus🎶Terdengar pemberitahuan bahwa pesawat akan segera lepas landas. Sadira sangat suka bila pesawat bergerak cepat sebelum semua roda tidak menyentuh aspal lagi. Rasanya menyenangkan. Sadira menatap keadaan di luar pesawat lewat jendela, melihat segala objek di luar sana yang seakan berlarian saling mengejar. Dalam hati Sadira berseru senang. Lebih seru dan mengasyikan bila ia menaiki pesawat pada malam hari.
Bali.
Primadona pariwisata Indonesia yang sudah terkenal di seluruh dunia. Selain terkenal karena keindahan alamnya, terutama pantai, Bali juga terkenal dengan kesenian yang menarik.
Dalam kurun waktu singkat, pesawat yang Sadira naiki telah mendarat di bandara Ngurah Rai Bali. Sadira dan dua guru lain yang mendampinginya turun dari kabin pesawat. Hawa panas namun angin yang berhembus kencang menyambut mereka.
Kini, Sadira berada di dalam sebuah mobil yang akan mengantarnya menuju tempat penginapan yang terletak tidak jauh dari tempat berlangsungnya kompetisi tari.
Kompetisi tari akan diadakan lusa bertempat di Garuda Wisnu Kencana atau lebih dikenal GWK. Tempat itu sudah terkenal sampai mancanegara.
Sadira menatap keadaan luar dari jendela. Banyak orang hilir-mudik menggunakan kendaraan atau berjalan kaki. Sadira mengambil ponsel untuk mengabadikan momen. Setelah itu, Sadira membuka gallery melihat hasil fotonya. Ibu jari Sadira berhenti menggulir layar ponsel saat fotonya dan Devo yang sampai saat ini belum ia delete, terpampang jelas.
Foto yang menampilkan senyum lebar Devo karena wajah Sadira yang penuh es krim, kejadian hampir satu bulan lalu. Dua minggu setelah hubungan keduanya kandas, Sadira rindu semua momen yang telah terjalin. Dua minggu itu pula, Sadira sibuk dengan segala persiapan untuk kompetisi kompetisi.
Ada banyak momen yang menjadi kenangan Sadira. Momen yang mungkin tak akan bisa terulang kembali. Sadira ingin bersama Devo tetapi dia sudah terlalu jahat. Devo pasti sudah tidak percaya padanya. Harusnya Sadira belajar, bahwa sebuah hubungan harus didasari
rasa percaya bukan curiga."Sadira, ayo turun."
Lamunan Sadira hilang kala suara Bu Carla terdengar. Sadira mengerjap sebelum mengangguk dua kali. Ia melompat turun dari mobil, menarik koper berwarna pink cerah, lalu melangkah mengikuti Bu Carla.
Sadira menerima kunci kamarnya dari tangan Bu Ayudia. Guru berusia kurang lebih 40 tahun itu tersenyum, meminta Sadira untuk segera bersiap karena mereka akan berkeliling dahulu.
Kamar yang akan Sadira tiduri lebih dari tiga hari cukup luas, dengan dua kasur yang ada di dalamnya. Sadira menghempaskan tubuh di salah satu kasur berukuran sedang tersebut. Dadanya terasa sesak, mungkin efek dari mengingat kenangan lama.
Tiba-tiba Sadira merasa seisi kamar dipenuhi oleh suara penyanyi terkenal dengan wajah cantik yaitu, Raisa.
🎼Mau dikatakan apalagi
Kita tak akan pernah satu
Engkau disana
Aku disini ....
"Bacot," decak Sadira yang kesal sendiri karena lirik dari lagu Mantan Terindah terlalu menusuk hatinya.
Sadira memilih untuk membersihkan diri, kali saja bayangan Devo menghilang dari pikirannya. Lagipula tadi Bu Ayudia sudah berkata bahwa mereka akan jalan-jalan, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cappucino
Teen Fiction"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, bukan? Namun apa aku salah jika aku berharap pertemuan kita tidak bertemu dengan perpisahan?"