(1) Red Velvet

2.6K 106 1
                                    

"Mes, Dara berangkat dulu ya", pamitku pada Memes, ia adalah ibu terbaik yang pernah ada di dunia.

"Kok pagi banget?" tanya Memes dengan menyiapkan kotak bekal untukku.

"Iya Mes, biasa olahraga jam ke-0. Yaudah Dara berangkat ya, Rafael udah nunggu didepan" pamitku lagi dengan menyambar kotak bekal yang sudah disiapkan Memes.

"Gak pamit sama Daddy nih?" tanya Daddy yang baru datang.

"Eh Daddy, kirain belum bangun" sahutku dengan cengiran.

"Rafael suruh masuk dulu gih, kita sarapan bareng" suruh Daddy.

"Eh enggak usah dad, kita ada jam pagi. Dara juga udah bawa sarapan kok. Dah Memes, Dah Daddy" ucapku buru-buru dengan mencium pipi kanan kiri mereka yang sudah menjadi kebiasaanku sejak lahir.

~~~~~~~~~~

"Lama banget sih lo!" gerutu Rafa dengan menyerahkan helm.

Tanpa berniat menanggapinya, aku langsung memakai helm dan segera naik ke atas motor. Jika aku tanggapi, akan menjadi panjang urusannya.

"Ayo jalan!" pekikku dengan berpegangan pundaknya.

"Lo kira gue gojek? Pegangan yang bener!" perintahnya.

Gue beralih berpegangan tas ransel milik Rafael.

"Dasar keras kepala!" cibir Rafael.

"Udah ayo jalan, nanti kakek bongkotan itu marah-marah lagi. Lo mau kena hukum push up 100 kali? kalo gue sih ogah" oceh gue.

"Dibilang kalo pegangan itu di pinggang. Masa di ransel gue sih?! Kalo ranselnya putus terus lo jatuh gimana?" tanya Rafa.

"Modus! Bilang aja kalo pengen gue peluk", kataku dengan memutar bola.

"Ihh, mending gue dipeluk gorila dari pada tubuh keceng lo, mana gak ada empuk-empuknya lagi" sahutnya mengejek.

Ctak!
Pukulku, di helmnya.

"Enak aja, udah gak usah bahas gituan deh! Buruan entar telat beneran" seruku.

"Iya, iya" sahutnya yang langsung menjalankan motornya dengan kencang, reflek langsung gue pegangan di pinggang Rafael.

"Jangan ngebut bege! Gue takut" teriakku dan langsung ia mengurangi kecepatan, bahkan ini sangat lambat.

"Kok jadi kaya siput sih, lambat bener" gerutuku.

"Ngebut salah, pelan juga salah. Apa sih mau lo?" tanyanya dengan nada jengah.

"Lamar dede bang" sahutku asal.

"Bener nih, gue siap 86 loh" katanya antusias.

"Eh bercanda bege! Ya yang standard ajalah" ucapku.

"Iya yang, ini standard kok" sahut Rafa dengan nada sok halus.

"Yang, gue masih muda imut-imut gini lo panggil eyang" gerutuku tak terima.

"Dasar jedek! Cerewet mulu kayak emak-emak lo" kata Rafa.

"Apa lo bilang?" tanyaku lagi memastikan pendengaranku.

"Cerewet mulu kayak emak-emak" jawabnya.

"Bukan yang itu, sebelumnya tadi apa?" tanyaku lagi.

"Yang mana?" tanyanya balik.

"Yang itu loh DASAR JE- apa gitu?" kataku mengingatkannya.

"Ohh jedek?" tanyanya.

"Iya, apa itu?" jawabku.

"Udah sampe, buruan turun. Gue gak mau kena hukum gara-gara lo. Cepet deh!" gertaknya.

Gue tau ini akal-akalannya buat ngeless.

"Gak! Kasih tau gue dulu, apa itu jedek?" sahutku.

"Kepo ihh. Udah turun dulu kek, atau gue tinggal" ancamnya yang langsung gue berikan tatapan maut.

"Iya deh, ampun. Biasa aja kali kalo natap gue. Gue emang ganteng kok" katanya.

"Dasar bege! Ini tatapan bukan untuk terpesona, najis banget deh! Apa itu Jedek?" tanyaku yang masih diatas motor Rafael.

"Iya, turun dulu baru gue kasih tau" jawabnya.

Akhirnya gue pun turun.

"Jadi jedek itu--" katanya yang menggantung.

"Apa?!" tanyaku jutek.

"Jelek pendek!" jawabnya yang langsung lari meninggalkanku.

"RAFAEL ONTA! SINI LO!" teriakanku yang menggelegar.

Ia berbalik dan memasang wajah mengejek seperti keset welcome yang pantas untuk di injak-injak.

"Hahahahahaha" tawanya yang masih terdengar di telingaku.

~~~~~~~~~~

Di kamar mandi cewek.

"Adara!" panggil seseorang dari belakang.

"Eh kak Hanum, ada apa ya kak kok tumben manggil Adara?" tanyaku sopan pada kakak kelas, ia terkenal cantik. Secara dia kan ketua tim cheerleaders.

"Lo mau gabung di tim kami gak? Soalnya kita lagi butuh muka yang ceria kayak lo" tawar kak Hanum.

"Tapi kak, gue kan pendek" jawabku yang bingung akan sebuah alasan.

"Gak masalah kok. Tubuh lo kan ringan, jadi nanti lo di posisi flyer" jelasnya.

"Flyer?" tanyaku memastikan.

"Iya, gue denger lo juga bisa split" jawabnya.

"Dari siapa kak?" tanyaku.

"Dari Ardele" jawabnya yang langsung membuatku geram.

"Gimana?" tanyanya lagi.

"Gue pikir-pikir dulu deh kak, besok gue kabari lagi deh" kataku tersenyum canggung.

"Oke, gue harap lo mau terima tawaran gue" ungkapnya.

"Iya deh kak, gue usahakan" sahutku yang langsung diangguki.

~~~~~~~~~~

Di kelas.

"Ardele!!!" panggilku dengan teriakan menggelegar, hingga seluruh kelas menatapku.

"Eh sorry" ucapku dengan tersenyum malu.

"Apa sih lo teriak-teriak gitu? Iya gue tau lo emang tarzan, tapi gak gitu juga kali" gerutunya.

"Sini lo! Ikut gue" amukku dengan menyeretnya keluar kelas, dan beruntungnya ini adalah jam kosong.

"Apa?" tanyanya sok polos.

"Ihh, gue enek ya liat muka sok polos lo" sahutku, namun ia hanya tertawa.

"Ngapain lo bilangin ke kak Hanum?" tanyaku yang langsung membuatnya berhenti tertawa.

"Simple. Sebagai sahabat yang baik, rajin menabung, dan tidak sombong. Gue ikhlas, lahir dan batin bantuin lo buat masuk ke tim cheerleaders. Salah?" jelasnya dengan muka sok polosnya lagi.

"Bege! Tapi gue gak mau" kataku.

"Kenapa? Bukannya lo pengen banget ya?" tanyanya.

"Iya sih, tapi---" kataku yang langsung ia potong.

"Udah, terima aja tawaran dari kak Hanum. Kapan lagi ada kesempatan emas?" tanyanya lagi dengan merayuku.

"Iya juga sih" lirihku.

"Gitu dong!" seru Ardele.

Tapi gimana mau izin ke Daddy sama Memes? Pasti mereka gak ngebolehin, gerutuku dalam hati.

Jangan lupa vote dan comment nya guys!

Fame_sandy,
4 Juni 2017

Red Velvet #Wattys 2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang