"Raf, tungguin kek!" decakku kesal.
"Makanya jangan lelet macam siput gitu!" balasnya.
"Ih, biasa aja kali. Maklumin lah, kaki gue pendek!" sahutku dengan sedikit menaikkan suara.
Ia tersenyum melihatku.
"Apa?!" tanyaku kesal.
"Sorry, gue lupa. Hehe" jawabnya sambil nyengir.
"Bangke!" ujarku.
"Ya sudah, sini adek kecil abang gandeng ya" celetuknya.
"Apaan sih?! Princess Jedek setelah itu adek kecil, lalu apa lagi nanti?" tanyaku sambil berjalan mendahuluinya.
"My Beloved Wife" jawabnya sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Gembel!" sahutku, namun tidak di pungkiri ada sebagian perasaan yang berbunga-bunga.
"Sama-sama cantik" balasnya.
"Kok lo makin gesrek gitu sih?"ujarku.
"Bilangnya gesrek, tapi di lain tempat hatinya berbunga-bunga layaknya kebun Mama dibelakang rumah" sindirnya.
"Enggak kok, eh teman-teman mana ya?" tanyaku untuk mengalihkan perhatian.
"Sudah pada naik e bus mungkin" jawabnya.
"Ya udah yuk, kita langsung ke bus aja" sahutku.
"Cie kita? Ada yang ingin selalu bersama gue nih" sindirnya.
"Apaan sih lo Raf! Receh banget tau gak" balasku.
Bruk!
"AW!" desisku.
"Astaga Dara! Lo gak papa?" tanyanya terkejut melihatku jatuh.
"Gapapa gimana? udah tau jatuh kaya gini malah gak di tolongin. Bantuin berdiri kek!" omelku.
"Makanya jangan baper gitu sampe jatuh kan" balasnya dengan senyum menggoda.
"Gue gak baper kok, dasar batunya aja gak mau minggir" sahutku.
Ia meraih lenganku untuk membantuku berdiri.
"Masih sakit ya kakinya?" tanyanya dengan terselip nada khawatir.
"Gak kok, masih bisa berjalan" jawabku.
"Lo pikir gue mau gendong lo kaya di film-film gitu?" tanyanya.
"Apaan sih Raf! Sebel gua sama lo. Tau ah, mending tadi gua bareng sama Ardelle" jawabku dengan jalan sedikit pincang mendahuluinya.
"Dasar cowok gak peka! Anjing aja masih peka sama majikannya" gumamku mengoceh.
Terdengar suara derapan langkah yang mendekat. Sebuah tangan menarik lenganku agar berhenti.
"Ya udah sih Ra, gue tau lo itu emang cewek kuat tapi bukan fisik, namun hati dan perasaan lo yang kuat, maaf ya gue gak peka. Sini naik ke punggung gue, ini punggung kuat kok nahan beban berat badan lo apalagi beban hidup lo" katanya
Akupun tersenyum dibuatnya, "Makasih Raf, lo emang baik" ucapku.
Dan benar saja, gue di gendong Rafa sampai di depan bus.
Sampai di tempat duduk.
"Gue berat ya?" tanyaku yang ternyata sisa tempat duduk tinggal dua bersebelahan.
Ia bersandar dan memejamkan mata, "Enggak kok" jawabnya.
"Tapi lo berkeringat" sahutku.
"Makanya di lap dong" balasnya yang masih memejamkan mata.
Jiwa kemanusiaanku pun muncul dengan sendirinya, mencari sapu tangan di dalam tas yang biasa kubawa.
Dengan ragu, tangan ini menuju wajah Rafael yang masih memejamkan mata.
"Raf, ini sapu tangannya" kataku.
"Tolong dong" balasnya.
Mau tak mau, akhirnya aku pun mengelap keringatnya yang berada di kening.
Satu kata untuknya tampan, Ia sangat tampan, dan itu baru kusadari saat ini. Tanpa sadar aku meneguk ludahku dengan payah.
"Kenapa? Kagum?" celetuknya yang mengejutkanku.
"Baru sadar kalo gue tampan?" celetuknya lagi.
Entah mengapa aku tidak bisa menjawab kali ini, karena memang itu adalah fakta yang baru aku sadari.
"Nih, lap aja sendiri. Gue mau obatin luka gue" sahutku.
Dengan tangan yang masih gemetar gue menyerahkan sapu tangan itu pada Rafael.
"Mau gue bantu?" tawarnya.
"Tidak, aku bisa sendiri" balasku.
Dengan susah payah aku memposisikan kakiku yang menjuntai ke bawah untuk mengobati luka yang berada di lutut.
"Keras kepala banget sih! sini gue bantuin" katanya yang langsung menarik kaki ku dan menaruh di pangkuannya.
Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya pun selesai pengobatan di lututku.
"Cie udah akur nih Tom&Jerry nya" suara Ardelle yang tiba-tiba muncul di belakang.
"Astaga! Gue kira ini bus ada hantunya" sahut Rafael.
"Kampret dah lu!" balas Ardelle dengan menonyor kepala Rafael, namun ia berhasil menghindar.
"Lah itu lutut Adara kenapa? Lo apa in nyet?!" tanya Ardelle histeris.
"Please deh Del, gak usah lebay gitu. Cuma luka kecil juga" jawabku dengan memutar bola mata.
"Oh ya gue lupa, kalo luka yang parah itu hati lo" sindirnya dengan cekikikan.
"Del, gue udah move on ya sama senior itu, gak perlu dibahas lagi" sahutku.
"Pantes aja lo udah move on, karena sudah ada dokter yang nyembuhin luka hati lo, tuh cowok disebelah lo" katanya.
Detik kemudian kami terdiam, masing-masing hanyut dalam pikiran dan imajinasinya.
"Sorry, gue salah zona" ucap Ardelle yang bersuara kembali.
"Baik Gaes!!! Kita sudah sampai di wilayah perkemahan, selanjutnya kita semua akan turun dan berkumpul ke kelompoknya masing-masing, untuk mendirikan tenda. Selamat bekerja Gaess!" Suara panitia menginstruksi.
Selanjutnya kami berkumpul dan melakukan sesuai yang sudah di instruksikan.
HAI GAES!!!
GUA KEMBALI LAGI, MAKLUMIN YA, GUA UDAH JADI KAKAK PALING SENIOR DI SEKOLAH, PASTI LAH YA BANYAK TUGAS. APALAGI BENTAR LAGI MAU UJIAN TA.
YANG SABAR YA PARA READERS, GUA JANJI KOK BUAT SECEPATNYA SELESAI IN CERITANYA.
PLEASE,,, JANGAN MARAH. JANGAN BOSAN JUGA YA BUAT NUNGGU CHAPTER SELANJUTNYA
JANGAN LUPA VOMMENT NYAAAA.
SALAM DARI AKANG RAFAEL, JANGAN BOSEN YAA.
26 Agustus 2017
Fame_Sandy
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Velvet #Wattys 2017
Genç Kurgu1. Alergi debu 2. Princess Jelek Pendek 3. Kepo Maksimal 4. Manja 5. Polos 6. Cengeng "Semua sifat Lo itu yang membuat keharusan bagi gue untuk bersedia melindungi" ~Rafael Aditya Aurellio 1. Maniak ikan hias 2. Pecinta Red Velvet 3. Berisik 4. Pos...