Sejak kejadian siang itu, gue semakin menjaga jarak dengan Dara.
Entahlah, gue merasa itu adalah yang terbaik. Karena ia sudah ada yang menjaga. Dan sepertinya ia sudah BAHAGIA dengan tidak adanya kehadiranku.
Hari-hari gue lewati dengan rasa hampa, seperti malam ini. Gue berada di cafe langganan dengan secangkir kopi hitam dengan rokok di sela-sela jari.
Jujur, gue pernah berhenti merokok saat kepergok Adara waktu itu. Tapi tidak untuk sekarang.
Kebiasaan buruk ku saat kesepian dan ada masalah adalah merokok.
"What's up bro!" sapa Jeybran yang biasa gue panggil JJ.
Gue mengedikkan bahu untuk menyahuti sapaannya.
Ia adalah pemilik cafe ini yang berusia tiga tahun diatasku. So, ia sudah kuanggap kakak laki-laki, ia selalu ada disaat gue terpuruk, seperti saat ini.
"Lo ngerokok LAGI?" tanyanya dengan penuh penekanan di kata lagi.
"You can see that" jawabku acuh.
"Any problem?" tanyanya lagi.
"I guess not" balasku yang acuh lagi.
"Ck! Come on bro! Gue tau lo banget. Biar gue tebak" decaknya.
"Gue lagi unmood main tebak-tebakan J" gumamku dengan sesekali menghisap barang yang ada di jemariku.
"Ck! Pasti tentang Adara" tebaknya yang sialnya memang benar.
Selain kakak laki-laki yang menyebalkan, JJ termasuk pendengar setiaku.
"Alright" sahutku.
"Ck! Selalu begitu, sampai kapan sih lo gak mau ngaku aja sama Adara. Keburu di embat yang lain, baru nyesel lo" celetuknya.
"Dan sayangnya itu semua sudah terjadi" sahutku lesu.
"Terus lo diem aja?" tanyanya yang seperti mengintimidasi, sedangkan gue hanya mengedikkan bahu.
"Sampe kapan?" lagi-lagi pertanyaan itu muncul.
"Sampe kereta api bannya kempes" sahutku asal.
"Ck! Lagi-lagi lo masih bisa bercanda" geramnya sebal.
"Udah sono gangg-" ucapku terpotong saat melihat lelaki itu masuk cafe ini dengan wanita lain.
"Rav-Ravid?!" pekikku tertahan.
"Siapa?" tanya JJ penasaran.
"Udah, sono lo! Ada pelanggan tuh" usirku dengan menunjuk sepasang kekasih.
"Gue tinggak dulu ya bro!" pamitnya dan gue menghiraukan pamitannya.
Mataku terus mengawasi mereka berdua. Tak lama pesanan mereka datang.
Tidak ada gerik-gerik mencurigakan sampai saat ini, hingga makan mereka selesai.
Dan tiba-tiba saja Ravid mencium bibir wanita tadi. Awalnya kecupan, lambat laun ciuman itu semakin mendalam.
Hell, ini tempat umum. Tidak bisakah mereka ke kamar hotel sekalian?
Saat itu pula gue tersadar. Wanita itu bukan Adara, dan itu berarti Ravid selingkuh. Dan berani-beraninya dia menghianati Adara.
Segera gue berjalan menghampiri mereka, dan satu pukulan melayang di muka tampan Ravid.
Bahkan gue tidak sudi mengakui bahwa Ravid itu tampan.
"Oh jadi ini sikap asli lo? Cuih benar-benar banci!" ejekku meludahinya.
Prok.
Prok.
Prok.Ia bertepuk tangan.
Dan apa maunya? Ia membangunkan singa yang tidur.
Tanpa gue sangka, ia juga melayangkan pukulannya tepat mengenai rahang.
Sudut bibir terasa segar, bau anyir menyeruak indera pencium.
Darah.
"Bocah! Dari pada lo yang terjebak friendzone!" ejeknya membalas.
"Setidaknya gue gak menghianati cinta tulusnya Adara!" murkaku yang langsung memberi beberapa pukulan.
"Stop!" lerai wanita itu.
Sepertinya tidak asing.
Hanum?!
Ya, dia Hanum. Kakak kelas sekaligus captain cheerleaders yang menarik Adara untuk ikut cheerleaders.
"Oh, jadi captain cheerleaders selingkuhan lo" sindirku.
"Gue bukan selingkuhannya. Tapi Adara yang tolol itu selingkuhanya" belanya.
Gue termenung, tak mengerti ucapan wanita itu.
"Gue yang menyuruh Ravid buat selingkuh sama Adara" lanjutnya.
"Gak nyangka. Gue kira lo cewek baik" gumamku yang masih bingung.
"Apa motif lo?" tanyaku to the point.
"Simple. Ini cuma permainan juga tantangan buat pacar gue dapatin hatinya Adara yang notabennya gak pernah pacaran. Dan ternyata segampang itu pacar gue bisa naklukin Adara" jelasnya yang membuatku murka hampir melayangkan tamparan ke muka cantik bak malaikat, tapi hati bak iblis.
Dengan sigap Ravid menahan tanganku dan langsung melayangkan pukulan-pukulan di bagian tubuhku.
~~~~~~~~~~
Dengan kecepatan tinggi gue mengendarai motor, beruntung jalanan sepi sebab ini sudah lumayan malam.
Gue lirik jam sudah menunjukan pukul 11 malam, ini adalah hari Sabtu, tapi jalanan sudah sepi seperti hatiku.
Tyarrr!
Stop dramatis.
Sesampai diparkiran gue bergegas masuk ke appartemen dengan menaiki lift.
Ting!
Lift terbuka, gue berjalan beberapa langkah dan menangkap sosok akhir-akhir ini yang melayang-layang dipikiranku.
Adara.
Ia berdiri mondar-mandir di depan pintu appartemen.
"Ngapain lo?" tanyaku yang mengagetinya.
"Astaga! Gue kaget!" pekiknya.
Siapapun yang melihatnya juga tau, kalo lo kaget Ra. Batin gue.
Seketika gue teringat akan hal permainan sialan Ravid dengan pacarnya.
Oh Gosh! Bagaimana caranya memberitahu Dara? Gue bahkan gak tega buat ngasih tau, teganya ngasih tai. Rutukku dalam hati.
Mau tau selanjutnya? Besok ya gaess. Gak janji sih, tapi gue usahain deh.
Salam ting-ting dari Rafa 😉 buat yang gemes liat tingkahnya.
Jangan lupa vomment nya ya gaess.
Btw, makasih buat yang udah vomment sama part yang sebelumnya.
Juga buat yang nungguin part selanjutnya. Makasih ya gaess.
Luv u all 😘😘😘
Fame_Sandy
13 Juni 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Velvet #Wattys 2017
Ficção Adolescente1. Alergi debu 2. Princess Jelek Pendek 3. Kepo Maksimal 4. Manja 5. Polos 6. Cengeng "Semua sifat Lo itu yang membuat keharusan bagi gue untuk bersedia melindungi" ~Rafael Aditya Aurellio 1. Maniak ikan hias 2. Pecinta Red Velvet 3. Berisik 4. Pos...