Liburan akhir semester ganjil pun telah usai.
Semua murid kelas 12 mulai disibukkan dengan berbagai macam tryout dan ujian sekolah.
Setiap pulang sekolah akan ada jadwal bimbel untuk murid kelas 12. Kelas yang mereka tempati adalah kelas yang berdasarkan tingkat kecerdasannya.
Dan sialnya lagi, gue gak bisa sekelas sama Adara. Kalo tau kelasnya diacak berdasarkan tingkatan otak, gue akan rela belajar sehari 3 kali mengalahkan resep dokter.
Sayangnya waktu itu, penyakit malas datang menyerang sehingga saat tes tingkat kecerdasan otak gua tidak bisa lolos. Alhasil masuk kelas C, lumayan lahh gak jelek-jelek banget otak gue. Sedangkan Adara di kelas A.
"Raf! Mau kemana lu?" Tanya Roby sang ketua kelas.
"Pulang", jawabku acuh.
"Bolos lagi?! Gua bilangin ke Adara ah! Biar Lo di omelin lagi" celetuknya yang mau tak mau membuatku menghentikan langkah.
"Eh curut! Awas aja Lo!" Ancamku yang tak ada respon dari Roby.
Kulangkahkan kaki ini keluar dari kelas.
Dan yang benar saja tinggal beberapa langkah untuk menuju pintu keluar, suara nyaring beserta geraman menginstruksiku.
"Rafael Aditya Aurellio!" suara Adara menggelegar.
"Berhenti atau gak usah bicara lagi sama gue" ancamnya.
Mau gimanapun, gue menurut dengan perkataannya. Gue berhenti dan berbalik langsung menghadap ke arahnya.
"Adara Fredella Aurellio" balasku dengan tersenyum mempesona yang kuyakin bisa meluluhkan Adara saat marah.
"Jangan tersenyum! Aku tidak suka dengan senyummu itu" katanya dengan memasang wajah datar.
"Masa sih? Apa di gigi gue ada kulit cabenya ya?" Tanyaku yang sepertinya tidak penting.
"Gak lucu!" Jawabnya dengan mengerutkan kening.
"By the way, nama lengkap ku Adara Fredella ULANI bukan AURELLIO" geramnya.
Kulangkahkan kakiku untuk lebih mendekat kearahnya.
Tanganku mengarah pada kening Adara.
"Ini kening jangan dilipat-lipat, nanti cantiknya memudar" kataku dengan mengusap keningnya.
Cara ini adalah cara ampuh untuk menghentikan amarah Adara yang akan berubah menjadi sosok lembut lagi, semoga saja berhasil.
"Gak usah sok manis ya!" Katanya dengan menjauhkan tanganku dan bersedakap seperti ibu yang sedang mengomeli anaknya.
Melihat ekspresinya yang seperti itu membuatku tersenyum senang.
"Apa senyum-senyum gitu?!" Cetusnya lagi.
Ctakk!
"Aw!!" Pekiknya kesakitan akibat ulahku yang menyentik hidungnya yang sekarang berubah merah.
"Maaf", ucapku dengan mengusap hidungnya.
"Sakit bego!" Umpatnya.
"Makanya jangan marah-marah gitu, aku jadi berkhayal nanti anakku kau marahi terus" kataku santai.
"Anak?" Tanyanya bingung.
"Iya anak kita" jawabku.
"Aw!" Pekikku kaget bukan sakit sebab ia mencubit lenganku.
"Gue gak mau punya pasangan yang bobrok banget. Dan waktu anak gue tanya Mom, dulu Daddy rangking berapa disekolah? Gak mungkin kan gue jawab rangking 3 dari belakang?" Omelnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Velvet #Wattys 2017
Novela Juvenil1. Alergi debu 2. Princess Jelek Pendek 3. Kepo Maksimal 4. Manja 5. Polos 6. Cengeng "Semua sifat Lo itu yang membuat keharusan bagi gue untuk bersedia melindungi" ~Rafael Aditya Aurellio 1. Maniak ikan hias 2. Pecinta Red Velvet 3. Berisik 4. Pos...