Acara pentas seni akan di gelar lusa depan. Kami sebagai adik kelas ikut andil dalam merayakan perpisahan kakak kelas.
Banyak siswa-siswi yang sangat antusias menyiapkan gelar seni tersebut, namun juga ada beberapa siswa yang tidak tertarik sama sekali dengan acara tersebut. Seperti Adara saat ini.
Ia lebih memilih berdiam diri dan hibernasi di kamar dari pada ikut melaksanakan perayaan perpisahan kakak kelas. Padahal kakak kelas angkatan yang sekarang ada yang pernah jadi kehidupan terpenting Adara.
Siapa lagi kalau bukan Ravid?
"Ra, please deh! Ikut gue yuk!" Rajukku.
"Gak mau Raf" jawabnya malas dengan mata tertutup dan selimut yang ia eratkan.
"Please, setidaknya Lo kesana buat liat penampilan gue bukan untuk Ravid cowok bencong itu" rajukku lagi.
"No! Tampil aja sendiri sono!" Katanya dengan mengganti posisi tidurnya.
"Kalo Lo gak mau juga itu tandanya Lo takut gak bisa move on dari cowok sialan itu" celetukku.
Dengan sekejap ia bangun dan menatapku tajam.
"Apa?" Tanyaku sok polos.
"Lo bilang apa tadi?" Tanyanya balik.
"Gue bukan Abang tukang jualan kaset yang biasa lagunya di puter-puter terus" jawabku malas.
"Kambing!" Umpatnya dengan menatapku tajam.
"Apa?" Tanyaku yang tak merasa bersalah.
"Gue gak terima waktu Lo bilang gue takut gak bisa move on" katanya.
"Lalu apa kalau gitu CGMO?" Tanyaku memancingnya.
"Istilah baru hm?" Tanyanya menantang.
"Yaps! Cewek Gagal Move On!" Ledekku yang membuatnya geram.
"Oke kita buktikan saja! Keluar sekarang dari kamar gue, sepuluh menit lagi gue nyusul" sahutnya yang membuatku tersenyum ringan.
Yes!!!
Lo berhasil Rafael! Batinku bersorak.Gue keluar dari kamar Adara saat itu juga.
"Kenapa lu bro?!" Tanya Arlangga mengagetkanku.
"Kampret dah! Ngagetin aja" celetukku kesal.
"Lah elu senyum-senyum sendiri. Abis mesum ya dikamar kakak gue. Wah Lo keterlaluan bro, gue bilang ke-" cerocosku langsung gue sumpal dengan tissue yang tadinya terletak di meja makan.
"Bacot dah lu! Demi ikan kesayangan gue, gue belum nyentuh sejentik pun sama tubuh kakak kesayangan Lo" timpalku.
Ia pun terkikik geli.
"Apa?!" Tanyaku garang.
"Kagak, lucu aja sih liat kalian. Kalo emang cinta ngapain sih di sembunyikan? Kalah kok sama gengsi? Gak malu sama ikan kesayangan lo? Gak jaman bro! Jangan sampe lo kalah start lagi" sindirnya.
Fakkk!
Dalem banget bro!
Kampret dah lu!"Ngomong apa sih lo?" Gerutu gue dan mengabaikan sindirannya, kemudian segera gue melesat menuju motor yang sudah terparkir manis di depan.
"Hai merah! Gue harus apa?" Sapaku pada motor kesayangan gue, kemudian tertawa miris memikirkan ucapan Arlangga yang hampir seratus persen ada benarnya.
~~~~~~~~~~
"Kenapa tuh muka di tekuk aja?! Abis liat gorila ya?" godaku.
"Iya! Gorila ya depan gue!" sahutnya ketus.
"Macan lagi pms ya?" tanyaku masih menggodanya.
"Iya! Lebih tepatnya macan lagi pengen mutilasi orang lalu buat makan malam nanti!" Jawabnya ketus lagi, sedangkan gue hanya bergidik ngeri.
"Udah yuk masuk! Sepuluh menit lagi gue tampil" ajakku.
"Ya udah sono, masuk duluan" balasnya yang masih unmood.
"Kalo gue duluan entar Macamnya bikin onar gimana? Kan gue lagi yang salah" rajukku.
"Ihh! Ngeselin tau gak?!" ungkapnya dengan menghentak-hentakkan kakinya.
Namun tidak dipungkiri ia tetap mengekor di belakang ku. Kami melewati sepanjang koridor yang sepi. Sudah jelas jika semua siswa sudah berada dalam gedung khusus.
"Adara," panggil seseorang.
"K-kak Ravid?" gumamnya dengan gelagapan.
Aku mensejajarkan langkah dengan Adara, dengan cepat aku menggenggam tangannya untuk memberikan kekuatan.
"Slow baby" bisikku yang tiba-tiba keluar dari mulut.
Kurasakan tubuhnya menegang, entah sebab bisikanku atau melihat mantan kekasihnya.
"Hai" sapa Ravid saat sudah beberapa jarak dari kami.
"Bisa minta waktunya?" tanyanya pada Adara sedikit takut saat melirikku.
"Tidak" sahutku cepat.
"Ohh, sepertinya disini ada yang lebih posessif dari pada gue" sindirnya.
"Jika tidak ada hal penting pergilah dari hadapanku, aku tidak punya waktu dengan orang yang tidak penting sepertimu" kata Adara dengan muka lurus menatap Ravid.
"Jadi sekarang Rafael yang lebih penting?" pertanyaan Ravid yang membuatku geram.
"Cukup! Silahkan pergi" balas Adara dengan tampang datarnya.
"Ra, please" suara Ravid yang kini berubah melembut.
"Raf, Lo lima menit lagi tampilkan? Yuk!" ajak Adara yang menghiraukan rajukan Ravid.
"Gue yakin, Lo gak bakal bisa move on cepat dari gue Ra!" kata Ravid dengan meningkatkan suaranya.
"Lo kira gue cewek lemah?! Emang Lo setampan apa hah?! Justin Bieber kalah jauh sama Lo! Apalagi Shawn Mendes! Lo itu cowok kurang ajar yang beruntung bisa kenal sama gue. Dan satu lagi, rasa cinta yang pernah ada, dikalahkan oleh rasa benci yang baru muncul. Gue benci sama Lo!" sahut Adara dengan mata yang sudah merah.
"Cukup! Pergi Lo dari sini! Dan jangan muncul lagi!" sentakku dengan mencengkram kemeja yang ia pakai.
Dengan mata yang masih menahan amarah, Ravid mau tak mau pergi dari hadapan kami. Namun sebelum ia pergi, kalimat ancaman yang ia lontarkan.
"Lo akan menyesal karena sudah menghinaku Adara Fredella Ulani, kita akan bertemu LAGI" katanya dan langsung pergi.
Setelah Ravid pergi dan menghilang ditelan simpangan koridor, tubuh Adara tiba-tiba merosot. Ia menundukkan kepala dan tubuhnya bergetar.
Ia menangis LAGI, untuk kesekian kalinya ia menangisi cowok bencong tadi.
Akupun ikut berjongkok, merangkul pundaknya dan membantunya untuk berdiri. Ia langsung memelukku dan menangis tersedu-sedu dalam dekapan.
"Raf, g-gue takut. Lo tau kan yang tadi itu bukan gue banget. Gue berpura-pura melawannya hanya demi mendapatkan harga diri dan kehormatan gue kembali. G-gue gak mau jadi bahan permainannya lagi" katanya dengan tersedu-sedu.
"Sssttt, gue tau banget soal Lo. Gak usah dipikirin, masih ada gue yang mampu ngelindungi lo" sahutku menenangkan dengan mengusap punggungnya dan puncak kepalanya.
"Tapi gak selamanya Lo bisa ngelindungi gue Raf. Bisa jadi suatu saat ada cewek lain yang butuh Lo lindungi dari pada gue" lanjutnya yang semakin menangis.
"Gak akan ada Ra, cuma Lo cewek satu-satunya yang gue lindungi" balasku.
"Dasar gembel!" ungkapnya dengan memukul dadaku pelan, namun ia juga tersenyum dibalik air matanya yang mengalir deras.
Hai gaess!!!
Gue apdate lagi nihh
Jangan Sider dongg 😥😥😥 sedih gue.
Vote sama comment nya dongg, gue seneng banget loh meski comment kalian gak enak dibaca tapi lebih seneng lagi kalo kalian comment yang enak dibaca.See you soon.
Fame_sandy.
13 Juli 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Velvet #Wattys 2017
Ficção Adolescente1. Alergi debu 2. Princess Jelek Pendek 3. Kepo Maksimal 4. Manja 5. Polos 6. Cengeng "Semua sifat Lo itu yang membuat keharusan bagi gue untuk bersedia melindungi" ~Rafael Aditya Aurellio 1. Maniak ikan hias 2. Pecinta Red Velvet 3. Berisik 4. Pos...