Hubunganku dengan kak Ravid semakin membaik. Memang tidak ada yang patut dicurigai.
Gue selalu berfikir positif tentangnya, hanya saja orang disekitarku menganggapnya selingkuh.
Dan itu tidak dalam kriteria cowok selingkuh. Buktinya, semakin hari ia semakin romantis dan bisa dibilang semakin dekat.
Masalah Ardele, kita tidak lagi bertengkar sebab Ardele sudah meminta maaf padaku karena menuduh kak Ravid selingkuh. Ia juga terlihat seperti biasa, namun saat kak Ravid berada disekitarku, Ardele langsung menghilang dan ada saja alasannya.
Rafael? Entahlah, cowok itu jadi seperti menjaga jarak denganku. Mungkin karena ia tidak ingin merusak hubunganku dengan kak Ravid seperti yang pernah ia bicarakan waktu di appartemen nya.
Hubunganku dengan kak Ravid jalan hingga tiga bulan. Tak terasa memang. Bulan depan adalah bulan yang paling tidak disukai oleh kakak tingkatan, sebab bulan depan mereka harus menghadapi Tugas Akhirnya dan dilanjut dengan ujian beserta simulasi-simulasi lainnya.
Dan itu merupakan rentan terhadap hubungan. Gue takut. Gue takut kak Ravid seperti cowok lainnya yang memutuskan ceweknya dengan alasan ingin fokus sama sekolah.
"Woy! Ngelamun aja!" teriak seseorang dari sebelahku.
"Shit! You shock me" umpatku.
"Gue gak ada niatan ngagetin lo kok. Lo nya aja yang hobby banget ngelamun" celetuk Rafael.
"Sejak kapan lo ada disini?" tanyaku langsung.
"Sejak upin & ipin masih dalam kandungan" jawabnya asal.
"Bangke!" umpatku lagi.
"Ohh gitu yaa. Lama tak jumpa, sekali jumpa gue dapat umpatan mulu" sindirnya.
"Lebay! Lo kemana aja selama ini?" tanyaku.
"Cie kepo! Cie kangen!" pekiknya dengan mencolek daguku.
"Apaan sih lo?! GR lo makin meningkat ajaa" celetukku, sedangkan ia hanya tertawa melihat muka sebalku.
"Lo gak tanya yang lain?" tanyaku, sebab biasanya ia datang kerumah langsung tanya-tanya penghuni rumah.
"Undangan ulang tahun kan?" tebaknya yang memang benar.
"Kok tau" celetukku.
"Apa sih yang gak gue tau tentang lo" godanya.
"Gembel!" olokku.
"Ih, muka mirip shawn mendes gini dibilang gembel" protesnya.
"MIRIP" koreksiku.
"Yaps! Mirip sebelas duabelas" belanya lagi.
"Ogah! Masih mirip sama pantat ayam" sahutku.
"Oh. Jadi lo pernah liat pantat ayam?" katanya.
"Belum pernah sih" balaku yang kemudian kembali hening, hanya suara TV yang mendominasi.
"Gue tadi di chat sama Arla, suruh nemenin lo karena sendirian dirumah" katanya.
"Sudah kuduga" balasku.
"Gak keluar sama Ravid?" tanyanya.
"Kagak" jawabku singkat.
"Kenapa?" tanyanya lagi.
"Dia lagi sibuk" jawabku lagi.
"Sibuk pacaran sama cewek lain?" tebaknya.
"Please dont judge!" sahutku menatapnya tajam.
"Its oke, sorry" celetuknya, aku hanya diam tak menanggapinya dan beralih fokus ke layar TV.
"Lo bahagia sama Ravid?" tanyanya lagi.
"So HAPPY! Why?" tanyaku balik.
Ia tersenyum menatapku.
"Tidak, gue hanya penasaran aja. Ceritain gimana hari-hari lo bersamanya, kalo gak keberatan sih" pintanya.
Aku menggelang dan tersenyum menatapnya.
"Kak Ravid baik, dia sopan sama semua orang termasuk sama keluarga. Tiga bulan terakhir ini dia gak pernah macam-macam sama gue dalam artian melampaui batas. Dia juga selalu jagain gue. Dia juga orangnya romantis, kriteria gue banget. Bayangin aja yaa, dia rela kehujanan demi beliin gue batagor yang di sebelah sekolahan, padahal itu udah malem banget. So sweet kan?! Duhh idaman banget deh pokoknya. Dia juga pacar yang siap siaga waktu gue demam" ceritaku dengan mengingat kejadian waktu itu.
"Lo demam?" tanyanya kaget.
"Iya waktu itu, tapi cuma sehari aja kok" jawabku santai.
"Kebiasaan deh, pasti lo abis main hujan-hujan dan gak langsung ganti baju" omelnya.
"Apaan sih?! Cerewet kaya ibu-ibu komplek" balasku.
"Serah lo deh" katanya.
"Raf" "Ra" panggilku bersamaan.
"Lo duluan deh" kataku.
"Oke" balasnya.
Dasar gak peka! Biasanya kan cowok bilang "Ladies first". Huh! Dasar! Pantes jomblo!
"Gue udah jadian sama Ardele" katanya yang sukses membuatku terkejut setengah mati.
"Apa?!" pekikku.
"Serius?!" lanjutku.
Ia mengangguk.
"Wahhh. Berita terbaru ya. Sahabat gue jadian sama sahabat gue satunya. Hebat! Btw, selamat yaaa!" celotehku.
Walaupun ada bagian hati yang retak, tidak sepantasnya aku tunjukan pada Rafael. Toh, dia terlihat bahagia. Gue bahagia sama kak Ravid, dia juga berhak dong, bahagia sama Ardele.
"Thanks" jawabnya singkat.
"Sejak kapan?" tanyaku.
"Barusan" jawabnya singkat.
"Kok lo gak cerita ke gue sih, kalo lo suka sama sahabat gue, siapa tau gue bisa bantu. Tapi udahlah gapapa, toh kalian juga udah bersatu tanpa gue bantu. PJ nya dongg??" kataku.
"PJ?" tanyanya tak mengerti.
"Pajak Jadian bego! Masa gitu aja gak faham. Lo hidup di zaman apa sih?! Zaman Purba?" sindirku.
"Wajar dong, gue bukan anak masa kini" belanya.
"Tapi GR nya selangit, mengalahkan anak masa kini" celetuk ku.
"Lain kali lah, kita double date. Tapi lo yang bayar, itung-itung PJ nya" sambungku.
"Kok gitu? Gak bisa dong. Lo dulu jadian aja gak pakek tuh acara PJ-PJ an" protesnya.
"Anggap saja beramal" sahutku.
"Mending beramal ke saudara-saudara gue waktu itu" celetuknya.
"Ihh, gapapa kali. Sekali-kali nyenengin sahabat" balasku.
"Iya dah, terserah" jawabnya pasrah yang membuatku bersorak gembira seperti anak ayam yang baru di keluarkan dari kandangnya.
Hai gaess, lagi insom gak bisa tidur jadi lebih pilih lanjut nulis deh 😂😂😂
Ditunggu ya, part selanjutnya. Jangan bosen pleasee🙏🙏🙏
Jangan lupa vomment nya ya gaess.
Fame_sandy
23 Juni 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Velvet #Wattys 2017
Ficção Adolescente1. Alergi debu 2. Princess Jelek Pendek 3. Kepo Maksimal 4. Manja 5. Polos 6. Cengeng "Semua sifat Lo itu yang membuat keharusan bagi gue untuk bersedia melindungi" ~Rafael Aditya Aurellio 1. Maniak ikan hias 2. Pecinta Red Velvet 3. Berisik 4. Pos...