(12) Red Velvet

545 41 2
                                    

"Lo gak nawarin gue masuk gitu?" tanya Adara celingukan didepan pintu Appartemen.

"Lo tau sendiri, pintunya masih terbuka" Jawabku cuek dan membaringkan tubuh di sofa.

"Raf" panggilnya.

"Raf" panggilnya lagi.

"Raf lo masih marah sama gue" ungkapnya yang sukses membuatku meliriknya.

"Gue minta maaf" celetuknya.

"Lo gak mau maafin gue?" celetuknya kembali dengan menunduk.

Gue membuang nafas kasar.

"Lo gak salah Ra" kataku.

"Lalu, kenapa lo seperti menghindar?" tanyanya.

"Gue gak menghindar" jawabku singkat.

"Lalu?" tanyanya kembali yang tak puas dengan jawabanku.

"Gue gak mau jadi pengganggu di hubungan kalian" sahutku.

"Sorry" lirihnya.

Gue gak tahan kalo Adara merasa bersalah seperti saat ini. Ia polos, tapi banyak orang yang memanfaatkan kepolosannya.

Gue berdecak sebal.

"Ck! Gue udah bilang, lo gak salah Ra" gumamku dengan menatapnya lekat.

Wajahnya, wajah yang selalu kurindukan.

"Tapi gue merasa bersalah katanya dengan balas menatapku.

"Astaga! Lo habis menang pertinjuan ya" pekiknya.

Gue terenyum simpul.

"Bukan ini habis lomba selam dengan Regand dan Leonard" sahutku.

"Dan siapa kali ini pemenangnya?" tanyanya.

"Tentu gue lah. Gue kan selalu menang dalam hal apapun" jawabku sombong.

Kecuali dengan hati lo Ra, gumamku dalam hati.

"Bego! Dimana kotak P3Knya?" tanyanya yang mulai geram.

"Sekitar dapur" jawabku singkat dan ia langsung pergi menuju dapur.

"Kalo mau jadi jagoan gak usah sok pahlawan deh kalo ujung-ujungnya babak belur gitu" omelnya dari dapur yang masih bisa didengar.

Seketika perasaan itu muncul kembali dan menghangat dalam hati.

"Gue bukan sok pahlawan kok, tapi gue emang pahlawan yang nyelametin temen gue dari permainan gila" belaku.

"Dan berujung pada lo yang terluka?" celetuknya yang sudah di depanku dengan kotak P3K yang berada ditangannya.

"Maybe" jawabku cuek.

Ia mulai mengeluarkan beberapa antiseptik dan sibuk membersihkan lukaku.

Lo dari jauh aja keliatan cantik apalagi dari dekat, kataku dalam hati.

"Gue bisa sendiri" kataku dengan merampas antiseptik itu.

"Ck! Berisik, udah gue aja" finalnya dengan menatapku tajam.

Sedangkan gue hanya pasrah menerima perlakuannya.

"Lo makin cantik kalo dilihat dari dekat Ra" ungkapku tiba-tiba.

Ia memerah, pipinya yang blushing, hidung mancungnya yang sedikit mancung, juga bibir soft pink itu, ingin sekali kurasakan.

"AW!" pekikku tertahan, sebab ia menekan pada lukaku.

"Salah lo gombal mulu kerjaannya" sahutnya.

"Gue gak gombal bege! Sakit tau" balasku tak terima.

Red Velvet #Wattys 2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang