(2) Red Velvet

1.1K 81 0
                                    

"Lo gak mampir dulu?" tanyaku yang baru turun dari motor Rafael.

"Gak usah ditanya lagi, gue mau temu kangen sama Memes. Udah lama gue gak mampir" jelasnya.

"Huuu, dasar!" cibirku.

Rafael adalah anak dari sahabat Daddy, sejak lahir ia tinggal bersama kedua orang tuanya akan tetapi orang tuanya sedang menjalankan bisnisnya di Canada. Jadinya ia dititipkan ke Daddy.

Kasian ya, dititipkan kayak barang.

Waktu SMP sampai SMA kelas sepuluh, ia tinggal serumah dengan gue dan keluarga. Akan tetapi, ia memutuskan pindah ke Appartemen karena kesalah pahaman yang terjadi karena ulahku.

Waktu itu, gue sama Rafa gak sengaja ngerjain tugas bareng di kamar Rafa dan kita tertidur bersama. Itu real gak sengaja. Keesokannya memes yang melihat kaget berteriak hingga Daddy pun mendengar teriakan memes. Dan beginilah, alhasil Rafael pindah ke appartemen.

Bukan masalah Daddy atau Memes gak percaya sama gue, tapi mereka cuman takut kejadian yang tidak di inginkan terjadi di anak gadisnya.

"Hello mes! Lama kita tak jumpa" pekik Rafael dengan merentangkan tangannya yang akan memeluk Memes.

"Ohh Rafa, sini sini. Memes kangen" sahut memes dengan membalas pelukan Rafael.

"Lebay" cibirku dengan memutar bola jengah melihat tingkah mereka yang seolah-olah tidak bernah bertemu 1 abad.

"Ihh, ada yang sirik tuh mes. Minta dipeluk juga" sindir Rafael.

"Ogah, mending di peluk tukang sayur depan rumah" sahutku dengan segera menuju ke kamar meninggalkan mereka yang masih berpelukan.

Masih terdengar tawa memes dan Rafael, meski aku sudah memasuki kamarku.

~~~~~~~~~~

Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, gue segera keluar dari kamar untuk makan malam, karena hari sudah menjelang petang.

"Lo belum pulang juga?" tanya gue sinis pada Rafael, sedangkan ia hanya menggelang.

"Kakak kok jahat banget sih sama bang Rafa!" protes adik ternyebelinku.

"Suka-suka gue dong" kataku pada Arlangga.

"Biarin aja Ar, entar kalo udah kesemsem sama gue juga jinak sendiri" sahutnya.

"Lo pikir gue ikan hias lo!" kataku sinis dengan memutar bola mata, sedangkan Arlangga hanya terkikik melihat kami bertengkar.

"Kalian ini kerjaannya bertengkar mulu, apa mungkin di kawinin aja ya mes?" tanya Daddy pada memes.

"Ah iya tuh dad, ide bagus!" pekik memes antusias.

"Ogah!" sahut kami bersamaan.

"Ciee, kata orang biasanya kalo udah kaya gitu bisa beneran jodoh loh", goda Arlangga.

"Bangke lo dek, apaan sih! Masih bau kencur juga, tau apa lo soal jodoh huh?!" kataku.

"Apa sih kak, bercanda juga" gerutu Arlangga.

"Astaga! Gue lupa beri makan Regard sama Leonard" pekik Rafael dengan mengotak-atik ponsel nya. Mungkin sedang mengirim pesan ke penjaga appartemen buat ngasih makan tuh ikan hias.

"Pantesan lo jomblo! Orang perhatiannya sama ikan mulu" sindirku.

"Ngaca dong, situ juga jomblo. Gue juga perhatian sama lo kok, gak hanya ikan saja yang gue perhatiin. Cuma lo nya aja yang gak pernah liat" sahutnya.

Apa? Perhatian? Mungkin hanya sebagai sahabat. Batinku menyakinkan.

"Bege! Itu kode udah keras banget loh kak, masa masih gak peka aja sih! Heran gua. Kakak jomblo, bang Rafa juga jomblo. Cocok dong, udah deh langsung jadian aja.", celoteh Arlangga.

" Diem lo bocah!" gertak gue dengan muka bete. Sedangkan semuanya langsung tertawa termasuk Rafael.

Astaga, cobaan makan malam. Batinku.

"Btw, gue gak jomblo kok. Cuma lagi nunggu yang pas dan adem di hati. Gue juga gak mau dapat yang murahan" belaku.

"Huuu pembelaan!" ejek Arlangga.

"Diem lo adik durhaka!" hardik gue.

"Elahhh, ngeles aja kerjaan lo" cibir Rafael.

"Lo yang ajari, kalo lo lupa" sahutku.

"Sudah-sudah, makan dulu nanti dilanjut bertengkarnya keburu dingin makanannya" suara Daddy mengintruksi semuanya untuk diam dan memakan makanannya masing-masing.

~~~~~~~~~~

Saat ini kami sedang berkumpul diruang tengah, ada Daddy yang lagi membolak-balik koran tadi pagi, Memes lagi memainkan ponselnya yang pasti mempromosikan collection barunya di group olshop.

Arlangga sedang main playstation dengan Rafa, pantes aja tuh onta gak pulang-pulang, sekarang kan hari sabtu, malam minggu. Sudah jadi rutinitas Arla sama Rafa menghabiskan waktu malam minggu mereka dengan berkutik di depan layar lebar.

"Akh! Bodoh lo bang, masa gitu aja gak bisa kalahin gue sih" ejek Arlangga pada Rafael.

"Gue gak fokus bege! Masa gue dikasih pemain yang bahenol kek gitu" celoteh Rafa.

Benar-benar berisik bukan? Ocehan mereka mulai menjadi.

"Dikit lagi bege!"

"Serang!"

"Eh tante bahenol ngapain kekiri sih!"

"Elah badan doang yang berisi, otaknya kagak!"

"Yak dikit lagi!"

"Kok lo nyerang gue dari belakang sih bang?!"

"Ini taktik bego!"

Sudah tak tahan lagi dengan ocehan, omelan dan teriakan mereka. Segera gue lempar bantal kursi yang berada di sebelahku.

Bugh.

"Ih ini apaan juga?! Kenapa ada hujan bantal sih?! Gue kan pengennya hujan duit" gerutu Rafa.

Gue berjalan mendekatinya, dan langung menjewer telinganya.

"Aduh duh! Ini siapa sih?! Tangannya kurang kerjaan banget!" gerutunya lagi yang semakin membuatku geram.

"AW!" pekiknya, lalu mempause game yang dilayar.

Terdengar suara tawa nyaring dari Arlangga yang langsung gue beri tatapan maut. Terbukti, ia lansung diam dan sepertinya masih menahan tawanya.

"Apa sih lo?! Udah kayak ibu tiri gue tau gak?!" celotehnya dengan mengusap telinganya yang merah karena karya gue.

"Berisik lo!" ucapku dengan meninggalkannya yang masih mencembik kesal.

"Dasar! Bilang aja kalo kesepian gak punya temen, jomblo akut!" gumamnya yang masih terdengar jelas.

"Gue denger Raf," kataku yang langsung dibalas cengiran kuda dengan tangan bentuk peace, tanda berdamai.

Jangan lupa vote dan commentya

05 Juni 2017

Fame_Sandy.


Red Velvet #Wattys 2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang